Saturday 23 February 2013

Peristiwa hijrah memberi pengajaran yang sangat berguna bagi umat manusia agar mereka menghargai bakat dan kemampuan kemanusiaan yang Allah karuniakan kepada mereka. Nabi Muhammad saw telah mengajarkan bahwa menggunakan akal pikiran, mengadakan strategi dan perencanaan serta melakukan ikhtiar dan usaha adalah bagian dari paket beriman kepada takdir, bertawakal dan berserah diri. Jika ada orang yang menafsirkannya secara lain tentu sekali interpretasi berbeda dengan interpretasi yang dikeluarkan secara nyata melalui perbuatan Rasulullah saw.

Sebelum kedatangan wahyu Nabi Muhammad memasuki praktek berkhalwat. Setelah wahyu datang beliau dibimbing oleh wahyu untuk membimbing umat manusia. Beliau membawa pengikut beliau menyeberangi lautan bencana, menanggung penyiksaan dan menghadapi perlawanan karena semua itu adalah batu ujian yang menggilap iman. Tarekat khalwat sudah berubah menjadi tarekat kehidupan harian yang penuh dengan tes bencana.

Rasulullah saw dan Muslim generasi pertama berjalan di atas ranjau kehidupan, menghadapi kekejaman dan menanggung penderitaan. Keluarga Yasir yang menjadi hamba kepada suku Banu Makhzum telah disiksa dengan sangat parah sekali. Mereka dijemur di lembah Mekah diwaktu panas terik dengan meletakkan batu di atas dada mereka. Rasulullah saw mengunjungi keluarga Yasir dan memberikan kekuatan rohani kepada mereka. Beliau bersabda: "Bergembiralah wahai keluarga Yasir. Kamu akan mendapat tempat di dalam surga". Ucapan Rasulullah saw itu menjadi penawar yang sangat mujarab, memberi kekuatan kepada keluarga Yasir untuk menanggung penderitaan yang sedang menimpa mereka. Mereka mampu mempertahankan iman mereka dengan penuh kesabaran. Mereka telah terhibur dengan janji yang disampaikan oleh Rasulullah saw Mereka sedikit pun tidak ragu dengan jaminan Rasulullah saw itu. Mereka telah mencium bau surga dan ia membuat mereka tenang, reda dengan takdir Tuhan. Kebahagiaan surga yang menunggu di depan menyapu segala kesakitan yang sedang dialami.

Meskipun disiksa dengan hebatnya oleh Banu Makhzum namun keluarga Yasir tidak beranjak dari kepercayaan mereka. Usaha untuk membawa mereka ke kekufuran hanya sia-sia. Orang Banu Makhzum yang gagal mengubah akidah keluarga Yasir, menjadi kerasukan setan. Ketika setan sudah menguasai mereka sepenuhnya hilanglah keperimanusiaan mereka. Dada Yasir dirajam dengan tombak. Samyah, istri Yasir, menjadi lebih bersemangat dan berani melawan tuannya. Banu Makhzum tidak tahu hendak buat apa lagi dengannya. Samyah diserahkan kepada Abu Jahal yang ikut serta menyiksa keluarga Yasir itu. Abu Jahal yang bersekutu dengan iblis, mengambil sebilah tombak dan dengan sekuat-kuat tenaganya merejamkan tombak itu ke bagian kemaluan Samyah sampai tembus ke belakang. Keluarlah dua roh suci, naik ke Tuhan mereka, membawa kemenangan di dalam mempertahankan tauhid. Yasir dan istrinya Samyah menjadi syuhada yang pertama dalam Islam. Nama mereka yang diukir dengan tinta emas tidak mungkin dihapus dari lembaran sejarah perjuangan Rasulullah saw Yasir dan Samyah mendahului para syuhada yang lain, menunggu mereka di pintu surga.

Selain Yasir dan keluarganya, Bilal bin Rabah dan ibunya juga menerima siksaan yang berat dari tuan mereka. Mereka menjadi hamba kepada Umayyah bin Khalaf. Bilal menghadapi segala penyiksaan atasnya dengan semangat yang kental. Bilal berkata kepada tuannya: "Meskipun tuan cincang lumat badan saya, tuan pisahkan roh dari tubuh saya, namun agama ini tetap saya anuti dan saya pertahankan sekuat tenaga saya. Tubuh saya tidak membutuhkan makanan yang enak atau pakaian yang cantik atau kehidupan yang nyaman. Roh saya yang membutuhkan makanan dan pakaian dan perlu dipersucikan. Kini saya sudah temukan yang dapat memenuhi kebutuhan roh saya sebanyak mungkin. Saya tidak membutuhkan apa-apa lagi dari tuan. Sia-sia saja tuan menghalangi saya dari mendapatkan yang demikian."

Ketegasan Bilal menambahkan kemarahan Umayyah. Tangan Bilal diikat dan lehernya dililit dengan rantai yang berduri. Bilal tidak diberi makan dan minum. Usaha yang kejam itu gagal meruntuhkan iman Bilal. Kemudian Bilal diseret mengelilingi kota Makkah. Orang mengejeknya sambil membalingnya dengan batu. Tindakan begini ini tidak mengganggu iman Bilal. Ketika sampai dekat dengan Ka'bah Bilal menjerit sekuat-kuat hatinya: "AHAD! AHAD! AHAD!" Kata inilah yang sangat dibenci oleh kaum musyrikin Quraisy. Bilal tidak putus-putus menyebut Ahad, Senin, Selasa. Bilal dibawa pula ke padang pasir yang sangat panas. Ia dipakaikan baju perang (baju besi). Bilal yang dipakaikan baju besi itu dijemur di tengah panas yang sangat terik. Iman Bilal terus memancar. Kata Ahad terus keluar dari celah bibirnya. Orang musyrikin sudah tidak dapat menahan geram lagi. Mereka beramai-ramai mengangkat batu besar dan diletakkan di atas dada Bilal. Nun di atas sana matahari 'menyala'. Di bawah pula pasir 'membara'. Di antara keduanya adalah Bilal yang berpakaian baju besi dan ditindih pula oleh batu besar. Bilal tidak nampak matahari, pasir atau batu besar. Bilal tidak merasakan kepanasan atau keberatan. Bilal hanya melihat satu saja yaitu Yang Maha Satu, Maha Esa, Minggu! Bilal menikmati kelezatan menyaksikan Yang Maha Esa. Dari celah bibirnya, dengan nada yang perlahan dan terputus-putus, masih lagi keluar ucapan: "Minggu! Minggu! Minggu! "Dengarlah Bilal bermunajat:" Jika mereka mau membunuh aku agar aku menyekutukan Tuhan ar-Rahman, biarlah aku mati daripada aku melakukannya. Aku lebih takut menyekutukan Allah. Allahumma! Tuhan Ibrahim, Tuhan Yunus, Tuhan Musa dan Tuhan Yesus. Selamatkan iman daku! "

Bilal telah lulus tes makam keesaan. Bilal sudah memperoleh pancaran Ahadiyyah. Allah mengirimkan wakil-Nya untuk menyelamatkan hamba-Nya yang telah membuang segala sesuatu dari hatinya selain Allah Abu Bakar, pria benar lagi jujur, datang ke tempat Bilal yang sedang parah disiksa. Abu Bakar mau membeli Bilal yang imannya sudah dibeli oleh Allah Apakah Umayyah mau melihat Bilal mati dan dia kerugian? Umayyah mengambil kesempatan yang ditawarkan oleh Abu Bakar. Bilal dijual kepada Abu Bakar dengan harga lima kali lebih mahal dari harga biasa seorang hamba. Abu Bakar membayarnya tanpa tawar menawar. Abu Bakar mencoba mengangkat batu yang di atas dada Bilal tetapi tidak berdaya. Ia marah. Disergahnya orang-orang yang berada di tempat itu. Barulah mereka datang mengangkat batu tersebut. Baju besi ini dilepas dari tubuh Bilal. Bilal sudah bebas dari matahari yang menyala dan pasir yang membara. Bilal sudah bebas dari batu yang menindih dadanya. Bilal sudah bebas dari baju besi yang membungkusnya. Bilal bertanya kepada Abu Bakar: "Apakah tuan membeli saya untuk menjadi hamba tuan?" Abu Bakar menjawab: "Demi Allah, wahai Bilal engkau aku bebaskan". Bebaslah Bilal sepenuhnya dari segala bentuk perbudakan kecuali kehambaan terhadap Allah Ibu Bilal, Hamamah, juga dibeli oleh Abu Bakar dan dimerdekakan. Lain-lain hamba yang dibeli dan dibebaskan oleh Abu Bakar adalah Amir bin Furahah (pria yang mengembala kambing di kaki Gunung Saur saat Rasulullah bersembunyi di sana sebelum berangkat ke Madinah), Abu Fukaihah, Zinnirah, Ummu Ubais, an-Nahyah dan anak perempuannya, Khabbab bin al-Aratti (pria yang berada bersama-sama adik perempuan Umar al-Khattab dan suaminya ketika Umar menerpa masuk dan merebut lembaran yang tertulis ayat al-Quran yang sedang dibaca oleh adiknya) dan seorang hamba perempuan kepada Banu Venus.

Rasulullah saw dan Muslim telah menjalani tarekat tes bala. Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman, rumah tangga, kaum keluarga, harta benda dan pekerjaan demi menyelamatkan akidah mereka. Namun keras tes yang mereka terima namun, mereka tetap berpijak pada bumi yang nyata. Tarekat mereka adalah kekhalifahan di bumi. Mereka beriman kepada akhirat dan hal ghaib dan mereka juga beriman kepada hal kehidupan harian di dalam dunia ini yang diajarkan oleh Rasulullah saw Mereka menuju akhirat dengan menunggang dunia. Tidak ada di antara mereka yang lari dari dunia lantaran cintakan Allah dan akhirat. Mereka adalah kelompok yang diakui oleh Rasulullah sebagai kelompok yang paling baik pernah ada di atas muka bumi. Itulah kelompok yang menggabungkan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, kelompok yang menjadikan dunia sebagai kebun akhirat. Mereka mencintai Allah dan Rasul-Nya tanpa membuang dunia dan akhirat. Mereka mendukung tarekat Islam yaitu mentaati Allah dan Rasul-Nya dengan melakukan kehambaan kepada Allah dengan sebenar-benar kehambaan dan melakukan amal shalih dan bertaqwa.

Mungkin tidak seorang pun yang datang kemudian telah mengalami zauk atau kefanaan yang dialami oleh Bilal sewaktu dijemur di panas terik dengan berpakaian baju besi dan ditindih batu besar di atas dadanya. Di puncak kefanaan dan zauk Bilal mengucapkan: "Minggu! Minggu! Minggu! "Suasana ketuhanan yang menguasai Bilal dan yang sedang disaksikan oleh mata hati Bilal menyebabkan terucap kata AHAD bukan "ana al-Haq!" Masih adakah umat kemudian yang semulia Bilal, juru azan Rasulullah saw? Bukankah pada malam Isra dan Mi'raj Rasulullah saw mendengar suara terompah Bilal di dalam surga. Kemuliaan dan ketinggian derajat Bilal masih tidak mengatasi derajat Abu Bakar as-Siddik, sedangkan Abu Bakar tidak melalui makam fana dan zauk. Ia r.a selalu di dalam kondisi jaga. Zauknya adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya. Kefanaan beliau r.a adalah wahyu. Kebaqaan beliau r.a adalah ubudiah. Begitu juga halnya dengan Umar, Usman dan Ali. Jalan yang ditempuh oleh para sahabat itu adalah jalan yang dibimbing langsung oleh Rasulullah saw dan jalan demikian diistilahkan sebagai jalan kenabian.

No comments:

Post a Comment