Sunday 24 February 2013

Para sahabat Rasulullah saw adalah kelompok Muslim yang paling beruntung karena Rasulullah saw di tengah-tengah mereka. Mereka menerima pengajaran wahyu langsung dari beliau Mereka adalah suku yang paling diberkati Allah karena Dia karuniakan kepada mereka cahaya (Nur) Nabi Muhammad saw secara langsung, tanpa dihijab oleh ruang, zaman atau waktu. Apa yang mereka peroleh dari Nur Muhammad saw adalah yang paling benar dan asli pada tingkat maksimum. Jika Nabi Muhammad saw diibaratkan sebagai matahari, maka para sahabat menerima pancaran matahari ketika ia berdiri tegak tanpa segumpal awan pun melindunginya. Umat yang di belakang pula adalah umpama orang yang menerima pancaran cahaya matahari ketika ia telah condong ke barat dan ketika awan mendung sudah berarak dipermukaan langit.
Muslim yang menerima tarekat secara langsung dari Rasulullah saw menetap di atas jalan kehambaan dan kesadaran. Wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah saw secara langsung membakar sifat-sifat keji para sahabat tanpa membakar identitas mereka. Mereka mengikuti tingkah-laku Rasulullah saw dengan keras untuk memakai sifat-sifat benar, amanah, menyampaikan dan bijaksana. Mereka berusaha menyesuaikan diri dengan Rasulullah saw karena beliau adalah model yang Allah kirim untuk diteladani. Bila jalan yang demikian diikuti maka para sahabat menjadi duta-duta kepada Rasulullah saw, cermin yang membalikkan cahaya Nabi Muhammad saw dan penyambung lidah Nabi Muhammad saw Cara yang demikian meneguhkan iman pada landasan kehambaan. Tidak ada percobaan untuk membuang kehambaan dan menjadi Tuhan. Tidak ada pengalaman spiritual yang memabukkan. Banyak dari pengalaman yang aneh-aneh yang dialami oleh para sufi yang datang kemudian, tidak dialami oleh para sahabat Rasulullah saw Golongan yang menjalani tarekat yang diterima secara langsung dari Rasulullah saw tidak mengalami atau jarang terjadi pengalaman dan penyaksian terhadap tajalli-tajalli, warna dan cahaya . Pengalaman yang demikian tidak terjadi di awal sahabat menerima Islam dan tidak juga di tingkat akhir. Pengalaman yang demikian tidak terjadi karena 'matahari' kenabian tidak ditutup oleh awan mendung keraguan dan syak wasangka yang biasa dikeluarkan oleh akal pikiran. Pengembara di jalan kenabian yaitu tarekat para sahabat tidak terpukau dengan tajalli dan tidak tertarik dengan bayangan. Tajalli dan bayangan adalah fenomena yang timbul selama awan mendung menutupi cahaya matahari yang asli. Setelah awan mendung berlalu muncullah cahaya yang terang benderang, tanpa rupa, tanpa warna dan bayangan juga hilang.

Para sahabat yang mengikuti jalan kenabian sangat mencintai akhirat. Keluarga Yasir yang sedang hebat menderita disiksa oleh orang Banu Makhzum, menjadi tenang saat menerima jaminan surga dari Rasulullah saw surga yang dijanjikan itu memberi semangat dan kekuatan kepada keluarga Yasir. Kecintaan mereka kepada akhirat lahir dari kecintaan mereka kepada Allah yang berjanji untuk memperlihatkan Diri-Nya di akhirat kelak. Mereka tidak meninggalkan akhirat atau pun dunia karena kecintaan mereka kepada Allah Kecintaan kepada Allah yang disertai oleh kecintaan kepada akhirat dan dunia tidak menggoncangkan iman dan pegangan tauhid mereka.

Apa yang dilakukan oleh kaum musyrikin bukanlah memaksa Muslim menyangkal ketuhanan Allah, tetapi mereka mau diadakan sekutu bagi Allah Kaum Muslimin yang hati mereka sudah dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah tidak mau mempersekutukan Allah dengan sesuatu. Inilah prinsip menyintai Allah yang berdasarkan iman, yang dibentuk melalui jalan kenabian. Cinta yang demikian diperkuat dengan kecintaan kepada akhirat dan surga. Surga diinginkan karena surga adalah tempat pertemuan sebenarnya hamba dengan Tuhan. Allah mendorong hamba-Nya mencintai akhirat dan surga di samping benar dalam mencintai-Nya dan Rasul-Nya. Cinta yang berdasarkan kepada iman itu juga tidak memisahkan seseorang dari dunia.

Tujuan manusia diciptakan adalah untuk mereka mengabdikan diri kepada Tuhan dengan cara menjadi khalifah di bumi, di dalam dunia. Manusia sebagai khalifah atau wakil Tuhan berkewajiban memakmurkan kehidupan di dalam dunia ini, menerapkan peraturan dan kehendak Allah Dunia adalah daerah kekhalifahan manusia. Dunia adalah kebun buat manusia bercocok tanam. Dunia adalah tempat buat manusia bekerja sebagai hamba Tuhan. Dunia adalah amanah yang Tuhan pertanggungjawabkan kepada makhluk berbangsa manusia. Cinta kepada Allah yang berdasarkan iman mendorong seseorang manusia memenuhi tugas dan kewajibannya di dalam dunia. Tugas yang sangat penting di dalam dunia adalah menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar dan semuanya itu harus dibuat berlandaskan kepada tauhid.

Pada jalan kenabian yang diikuti oleh para sahabat, kesungguhan digembelingkan ke arah mematuhi peraturan syariat. Mereka meyakini syariat dengan sepenuh jiwa raga dan bersedia untuk mempertahankan syariat dengan segala kemampuan yang mereka ada. Rasulullah saw menolak permintaan kelompok Taqif yang datang dari Taif, agar berhala mereka tidak dihancurkan dalam tempuh satu tahun dari masa mereka mulai menerima Islam dan mereka juga meminta dibebaskan dari melakukan shalat lima waktu. Agama Tauhid tidak bisa toleran dengan berhala. Tentang shalat pula beliau bersabda: "Tidak ada Islam tanpa shalat." Tentara Islam menyeberangi padang pasir, memikul senjata, berperang, membunuh dan dibunuh, semuanya dilakukan dengan membawa aturan syariat, termasuk shalat lima waktu. Setelah kewafatan Rasulullah saw, Khalifah Abu Bakar as-Siddik memerangi kelompok Islam yang enggan mengeluarkan zakat. Syariat dipegang ketika Muhamad masih hidup dan juga setelah kewafatan beliau Kaum Muslimin berkewajiban menanggung syariat sehingga ke akhir hayat mereka. Tidak ada batas atau makam di mana seseorang bebas dari tuntutan syariat. Rasulullah saw sendiri pun terikat dengan tuntutan syariat, bahkan kesungguhan beliau bersyariat melebihi orang lain.

Orang yang memasuki jalan kenabian adalah hamba yang Allah pimpin kepada-Nya. Jalan tersebut sudah dilalui oleh para anbia, shiddiqin dan salihin. Pada jalan tersebut sesuatu adalah terang dan jelas, tidak kesamaran. Klaim pada jalan ini adalah syariat, tidak perlu melakukan latihan yang berat, berbahaya dan samar-samar. Pada jalan kenabian latihan bersuluk dan berkhalwat tidaklah sepenting menjaga tuntutan fardu di samping menjalankan tugas dalam kehidupan harian. Praktek di jalan kenabian tidak mengganggu pekerjaan harian, tidak perlu mengasingkan diri ke tempat yang tidak ada orang. Cara yang diajarkan oleh Sunah Rasulullah saw bisa mencegah seseorang terbawa ke dalam zauk, bertingkah aneh, meratap dan menangis atau mengeluarkan kata yang melanggar syariat. Orang yang berjalan pada jalan kenabian tidak mengambil tahu tentang tajalli Tuhan, Rahasia Tuhan, fana dalam Tuhan, baqa dengan Tuhan atau yang sejenisnya. Kasyaf, zauk, jazbah dan keramat jarang sekali ditemukan pada orang yang melalui jalan kenabian. Jika ada pun hal yang demikian terjadi, itu terjadi bukan disengaja, tidak dibuat praktek khusus untuk memperoleh yang demikian. Mereka yang berbuat menurut Sunah Rasulullah saw mendapat kelezatan di dalam shalat dan membaca al-Quran bukan di dalam zauk. Mereka bertindak mengelola kehidupan harian secara manusia biasa tanpa harus bersandar pada kekeramatan. Mereka menetap di dalam kesadaran, tidak dibawa ke alam fana. Mereka terus berada di atas landasan kehambaan, tidak memasuki suasana bersatu dengan Tuhan atau baqa dengan-Nya. Mereka menghabiskan waktu dengan melakukan tuntutan syariat, bukan membahas tentang af'al, asma ', sifat dan zat Tuhan. Mereka berpegang kuat kepada wahyu dan kata Rasulullah, tidak mencari-cari apa yang disebut ilmu rahasia, ilmu isi atau yang sejenisnya.

Orang yang berjalan pada jalan kenabian tidak diminta berperang dengan jasad dengan melakukan latihan yang menyakitkan jasad. Pada jalan kenabian penekanan diberikan pada soal kesederhanaan dan menjaga agar tidak melampaui batas. Diizinkan melakukan pembalasan tetapi sekadar kejahatan yang dilakukan orang, jangan melampau dalam pembalasan dan jika sanggup memaafkan adalah lebih baik. Diizinkan tidur tetapi jika bangun shalat tahajjud adalah lebih baik. Diizinkan makan dan minum tetapi jika berpuasa adalah lebih baik. Cara yang demikian lebih memudahkan masyarakat mengikutinya. Orang khusus ini bisa mencapai tujuan melalui jalan ini.

Pengembara di jalan kenabian membangun kecintaan kepada Allah berdasarkan bimbingan syariat. Cinta yang lahir melalui cara yang demikian di dalam batasan rasional, tidak terjadi kecintaan yang asyik mahsyuk sehingga lupa diri dan makhluk di sekeliling. Kasih yang rasional melahirkan rasa syukur tatkala menerima nikmat dari Allah SWT dan sabar dalam menerima ujian. Cara yang demikian membuat kehambaan selalu menemani pengembara di jalan kenabian. Rasa tergantung, berhajat dan berharap kepada Allah tidak pernah lepas dari hati hamba itu. Kasih yang berdasar pada iman menjadi lebih kuat dengan cara mendukung syariat, sesuai Sunah Rasulullah saw, dengan tulus ikhlas beramal sesuai dengan perintah al-Quran dan Sunah Rasulullah saw dalam hal lahir dan batin, juga tidak melakukan hal yang munkar. Jika yang demikian dilakukan seseorang itu selamat dari kekufuran dan berikutnya seseorang itu dibawa ke suasana berserah diri kepada Allah Cara yang demikian menundukkan keinginan diri sendiri kepada ketentuan dan kehendak Allah Tunduk kepada ketentuan dan kehendak Allah menambahkan kecintaan kepada-Nya yang didasarkan kepada iman . Kasih yang demikian menjadi lebih kuat ketika dilakukan kebaktian kepada agama-Nya, peraturan-Nya, Sunah Rasul-Nya, menolong makhluk-Nya, menghapus kezaliman dan kemunkaran serta menegakkan keadilan di atas muka bumi. Kasih kepada Allah secara demikian melahirkan juga mencintai makhluk Allah dan orang yang terkait bekerja meniadakan hal-hal yang tidak baik dari umat manusia seperti kemiskinan, penyakit, kesusahan dan lain-lain. Pada jalan kenabian kecintaan kepada Allah berkaitan dengan kecintaan kepada peraturan Allah dan makhluk-Nya. Tujuannya adalah melakukan kehendak Allah sebaik mungkin.

Orang yang berjalan pada jalan kenabian tidak mengalami suasana fana, bersatu dengan Tuhan, baqa, tajalli atau menyaksikan satu wujud (wahdatul wujud) yang biasa ditemukan oleh pengembara di jalan kesufian. Pada jalan kenabian Allah karuniakan yang lebih baik dan lebih benar dari semua itu. Dikaruniakan kepada pengembara di jalan kenabian makna agama yang sebenarnya yang tidak bercampur dengan kesamaran dan kekeliruan. Allah jadikan mereka saksi untuk agama-Nya, menjadi kelompok yang menyatakan kebenaran agama-Nya dan kebenaran Rasul-Nya menyampaikan perintah-Nya. Allah karuniakan kepada mereka makam yang mulia yaitu menjadi penyebar agama-Nya secara benar dan bersih dari bid'ah dan kesesatan. Orang yang berjalan pada jalan kenabian dikaruniai rasa ghirah (kecemburuan) beragama. Perasaan yang demikian membuat mereka siap berjuang melindungi agama dan mempertahankannya dari gangguan musuh-musuh agama. Merekalah yang sebenar-benar dipilih dan dilantik sebagai khalifah Allah di bumi dan diberikan izin menggunakan cop mohor-Nya di dalam melaksanakan tugas kekhalifahan itu. Allah akan membantu, menolong dan membela mereka menjalankan tugas mereka menyebarkan syariat, memakmurkan bumi, mengalahkan musuh-musuh Islam dan menyelamatkan umat Islam dari penindasan bangsa-bangsa lain.

Pada jalan kenabian tidak ada fana dalam perbuatan Allah, fana dalam nama Allah, fana dalam sifat Allah dan fana dalam zat Allah swt Bila tidak ada fana tidak ada juga baqa. Bila itu tidak ada maka tidak ada pula mabuk. Kecintaan kepada Allah berjalan di dalam kesadaran. Tidak terjadi keasyikan yang melahirkan ucapan yang aneh. Tidak ada tangisan dan rayuan untuk bersatu dengan Tuhan atau dukacita karena berpisah dengan Tuhan. Para sahabat yang diasuh sendiri oleh Rasulullah saw selalu berada di dalam kesadaran penuh, bukan kefanaan. Mereka mengejar kecintaan kepada Allah dan jarak dengan-Nya dengan cara mentaati Rasulullah saw di dalam mentaati Allah Mereka bekerja memahami wahyu Tuhan dan mengamalkannya dalam kehidupan harian. Mereka tidak memasuki jalan suluk secara khusus karena untuk mereka kehidupan inilah tempat bersuluk. Suluk mereka adalah takwa, yaitu berjalan di celah-celah duri kebodohan, kemusyrikan, kemunafikan, kemunkaran dan kefasikan. Mereka bersuluk secara menjaga diri agar tidak melakukan dosa dan maksiat terutama syirik kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Rasulullah saw diutus hamba mengalami kegelapan akidah dan keruntuhan akhlak. Beliau berkewajiban menyelamatkan umat manusia. Beliau bekerja keras untuk mengobati penyakit-penyakit yang teramati bangsa manusia dalam segala segi termasuk akidah, akhlak, sistem perekonomian, sistem administrasi masyarakat dan lain-lain. Agama yang dibawa oleh Rasulullah saw mencakup segala aspek kehidupan umat manusia, sesuai dengan akal budi manusia, mengimbangi soal lahiriah dengan soal batiniah. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw mengoreksi aspek lahiriah yang telah diputar-balikkan oleh kaum Yahudi dan aspek batiniah yang telah rancu oleh kaum Nasrani. Tugas suci yang ditanggung oleh Rasulullah saw itu ditanggung juga oleh kaum Muslimin yang menjadi pengikut beliau Tugas yang sama dipikul oleh kaum Muslim yang datang kemudian dengan mendukung jalan kenabian.

Jalan yang dibentuk oleh Rasulullah saw dan diikuti oleh para sahabat adalah jalan singkat dalam mencapai tujuan yaitu ridha Allah Jalan yang ada suluk adalah jalan jauh yang harus dilalui oleh orang-orang tertentu karena sesuatu sebab yang perlu, terutama pada zaman yang telah jauh dari zaman Nabi Muhammad saw Ketika beliau masih hidup bimbingan wahyu dan pengajaran langsung dari beliau lebih kuat dan lebih efisien dari cara berkhalwat sendirian jauh dari Rasulullah saw Beriman dan beramal salih lebih dituntut dari mengasingkan diri. Berjuang menyelamatkan manusia dari neraka adalah juga termasuk dalam hal amal shalih. Di dalam melaksanakan tugas suci itu Rasulullah saw dan kaum Muslimin harus berperang menghapus faktor-faktor yang membentengi umat manusia dari sampai kepada kebenaran. Banyak kelompok yang pada awalnya enggan menerima atau mendengar ajaran Islam, telah dengan rela memeluk Islam setelah mereka dikalahkan. Muslim zaman Rasulullah sanggup mati demi menyelamatkan umat manusia dari api neraka.

Nabi Muhammad saw sebagai juru pandu yang terampil telah mengemudikan perjalanan kaum Muslimin di celah-celah kehidupan jahiliyah. Kehidupan jahiliyah dipenuhi oleh duri-duri keruntuhan akidah dan akhlak. Orang jahiliyah menyembah berhala, mendewa-dewakan sesama manusia, arak, berjudi, berzina, membunuh anak-anak perempuan, menyelesaikan permasalahan dengan cara berlaku kejam dan membunuh, menjadikan wanita sebagai alat memuaskan nafsu dan bermacam-macam perlakuan yang melanggar moral dan etika kemanusiaan . Di dalam menangani masalah jahiliyah itu Rasulullah saw menekankan dua hal pokok yaitu mengembalikan akidah manusia kepada tauhid dan mengembalikan akhlak manusia kepada nilai-nilai murni kemanusiaan (fitrah). Selama beliau berdakwah di Makkah fokus beliau adalah akidah dan akhlak. Penekanan pada aspek akhlak semata, yaitu nilai murni kemanusiaan semata-mata, tanpa tauhid, tidak akan mempengaruhi yang mendalam kepada pembentukan kepribadian manusia. Revolusi akhlak semata tanpa revolusi akidah mungkin mampu mengwujudkan manusia yang baik tetapi manusia yang demikian hanya bergerak pada soal-soal materi dan duniawi saja. Keberhasilan dan keunggulan diukur melalui pencapaian pada hal kehidupan duniawi dan materi semata. Tanpa akidah manusia akan mengalami kekosongan jiwa dan kekosongan tersebut akan diisi oleh sesuatu seperti ketaasuban kepada keluarga, keturunan, kaum dan bangsa. Pengisian dengan anasir duniawi itu akan menarik manusia kembali kepada kerusakan akhlak. Banyak orang yang memulai perjalanan mereka dengan baik sehingga memperoleh akhlak yang mulia. Setelah mencapai keberhasilan dan keunggulan di dalam kehidupan lahiriah jiwanya yang kosong diresapi oleh berbagai anasir duniawi dan materi. Akibatnya mereka jatuh ke dalam perilaku yang merusak nilai murni kemanusiaan. Banyak pemimpin yang telah berjuang dengan ikhlas untuk membebaskan negara mereka dari penjajah. Setelah mencapai kemerdekaan dan menjadi pemimpin, mereka yang tidak pengisian akidah itu berubah menjadi tamak kekuasaan dan menindas rakyat. Banyak juga kaum pengusaha yang memulai bisnis mereka secara jujur sehingga masyarakat memberi dukungan luas kepada mereka. Saham mereka melambung naik. Setelah mencapai kesuksesan dan kekayaan, jiwa mereka yang kosong diisikan dengan harta benda. Akibatnya lahirlah sifat menambun harta tanpa batasan sehingga harta orang yang dipercayakan kepada mereka juga diselewengkan. Banyak orang yang memulai sesuatu karir dengan menghormati nilai-nilai murni kemanusiaan, tetapi setelah keberhasilan dicapai, nilai murni tersebut dibuang begitu saja. Orang yang seperti inilah yang selalu mendatangkan kesusahan kepada setiap badan atau asosiasi yang mereka anggotai. Revolusi akhlak akan hancur jika ia tidak mengiringi revolusi akidah. Rasulullah saw telah membangun jalan yang mengkoordinasikan akidah dengan akhlak. Semakin kuat dan benar akidah kaum Muslimin semakin murni akhlak mereka. Kemurnian akhlak kaum Muslimin menjadi daya tarik bagi kaum lain. Orang yang belum Islam lebih mempelajari tentang Islam melalui akhlak kaum Muslimin. Pembentukan akhlak kaum Muslimin merupakan dakwah secara tidak langsung kepada kaum lain. Pada jalan kenabian Muslim berkecimpung di dalam masyarakat dan mereka melakukan dakwah sepanjang masa dengan mempraktikkan nilai-nilai murni kemanusiaan.

No comments:

Post a Comment