Wednesday 20 February 2013

Hakikat adalah suasana pemerintahan Tuhan. Suasana administrasi Tuhan bukan makhluk. Jadi ia tidak bisa ditemukan pada makhluk tetapi kehadirannya menguasai dan mengontrol keberadaan dan kesinambungan keberadaan makhluk bisa dirasakan. Akal yang sehat juga bisa mengakui kebenaran ini. Tanpa kontrol dari alam hakikat niscaya terjadi huru-hara pada kejadian makhluk. Tentu saja semua hewan mau menjadi buraq. Manusia dan jin mau menjadi malaikat. Semua orang mau lahir sebagai putra raja. Tetapi semua itu tidak terjadi karena benteng hakikat sangat teguh, tidak dapat dirobohkan oleh makhluk. Pada Hakikat Insan sudah ada informasi yang jelas dan final tentang kejadian semua manusia termasuk giliran masing-masing masuk ke alam dunia ini.

Di antara semua hakikat-hakikat, hakikat yang menguasai manusia merupakan hakikat yang paling utama karena ia mengadakan hubungan yang spesial di antara insan dengan Tuhannya.

(Ingatlah peristiwa) tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia - Adam - dari tanah. Kemudian ketika Aku sempurnakan kejadiannya, dan Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu sujud kepadanya. (Ayat 71 & 72: Surat Saad)
Adam as ditempa dari tanah. Bagian Adam as yang ditempa dari tanah ini disebut jasad, tubuh atau diri yang lahir. Jasad yang dari tanah itu meskipun sudah sempurna kejadiannya, cukup lengkap dengan sekalian anggota namun, ia tetap kaku, tidak dapat bergerak, tidak merasakan apa-apa dan tidak dapat berkata-kata. Ia sudah memiliki otak tetapi otaknya tidak dapat berpikir. Ia sudah memiliki mata tetapi matanya tidak dapat melihat. Ia sudah memiliki telinga tetapi telinganya tidak dapat mendengar. Hanya satu lembaga yang kaku. Tetapi setelah ia menerima tiupan dari Roh Allah segalanya berubah dengan seketika. Otaknya mulai bekerja. Mata, telinga dan semua anggotanya juga mulai bekerja. Ia juga bisa merasa. Ia bukan lagi satu lembaga yang kaku tetapi ia sudah menjadi insan yang hidup, bisa berpikir, bisa berkata-kata, bisa bergerak dan bisa merasa. Keajaiban itu terjadi semata-mata karena tiupan dari Roh Allah Bagian Adam as yang menerima tiupan dari Roh Allah itu dinamakan Diri Batin atau rohani.

Roh Allah bukanlah Allah dan juga bukan nyawa yang menghidupkan Allah Allah hidup dengan Zat-Nya, bukan dengan nyawa atau roh dan bukan juga dengan sifat hidup. Sifat hidup tergantung kepada Allah tetapi Allah tidak tergantung pada sifat hidup. Roh Allah sama halnya seperti Tangan Allah, Kalam Allah, Pendengaran Allah dan lain-lain yang dinisbahkan kepada-Nya. Semuanya bukanlah Allah tetapi adalah kondisi atau sifat atau misal atau ibarat yang memperkenalkan Diri-Nya sekedar layak Dia dikenal oleh makhluk-Nya. Hakikat Diri-Nya yang sebenarnya tidak mampu dianggap, diibaratkan atau dimisalkan karena Dia adalah:

Tidak ada sesuatu yang sebanding dengan (Zat-Nya, sifat-sifat-Nya dan administrasi)-Nya, (Ayat 11: Surah Asy-Syura)

No comments:

Post a Comment