Wednesday 20 February 2013

Nabi Muhammad saw adalah seorang manusia fitrah yang sejak awal kejadian beliau selalu bergerak di atas landasan fitrah manusia yang suci murni. Fitrah yang suci bersih lagi murni akan memicu perjuangan dalam jiwa ketika insan itu tertutup oleh suasana yang penuh dengan kemunkaran, kelaliman, penyembahan berhala dan benda-benda alam, perebutan kekuasaan, kegilaan kepada harta dan berbagai adat dan kebudayaan yang menyimpang jauh dari sifat fitrah yang asli. Perjuangan dalam jiwa Nabi Muhammad saw sampai ke puncaknya ketika beliau mencapai usia 36 tahun. Kejahilan, kesyirikan, kekafiran, kemunkaran dan kezaliman yang merajalela di dalam masyarakat menjadi beban yang sangat berat menghimpit jiwa fitrah beliau Tekanan tersebut menjadi lebih kuat karena segala kerusakan itu terjadi pada orang-orang yang dekat dengan beliau, kaum keluarga dan masyarakat yang sama keturunan dengan beliau, sedangkan jalan untuk menyelamatkan mereka tidak terbuka. Jiwa fitrah yang sangat mengasihi sesama manusia sangat menginginkan keamanan dan kesejahteraan kepada manusia. Jiwa yang seperti inilah yang selalu menderita ketika melihat kerusakan yang terjadi kepada orang lain.
Fitrah yang suci murni memiliki bakat yang istimewa yaitu kemampuan untuk mengenal dan mengerti tentang sesuatu yang benar dan juga memiliki kemampuan untuk bergerak ke yang benar itu. Ketika mencapai usia 36 tahun Nabi Muhammad diseret oleh fitrah suci beliau ke Gua Hiraa, kira-kira 10 km ke utara Makkah. Gua tersebut berada di atas Gunung Hiraa, sekitar 20 meter dari puncak gunung. Seorang pria yang kuat membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk mendaki dari bawah hingga ke lantai Gua Hiraa. Jalur masuk ke dalam gua tersebut sangat sempit, di celah dua buah ketulan batu besar yang hampir bertaut. Seseorang yang ingin melewatinya harus menyusup dengan bersusah payah. Setelah berhasil melewati rute yang sempit itu seseorang itu akan masuk ke dalam satu ruang kosong yang sempit ini. Ruangnya tidak cukup untuk seorang manusia tidur dengan nyaman di dalamnya.

Gua tersebut disembunyikan oleh batu-batu besar, hampir-hampir tidak ada cahaya matahari yang masuk ke dalamnya. Batu-batu di sekitar gua itu berwarna hitam kemerah-merahan yang bisa menimbulkan rasa gerun dalam hati siapa yang menyaksikan pemandangan di sana. Bagian yang terdapat Gua Hiraa merupakan bagian yang paling menakutkan di antara semua bagian Gunung Hiraa.

Ketertarikan Fitrah telah membawa Nabi Muhammad saw ke tempat yang tidak ada manusia mau pergi, apa lagi tinggal beberapa hari di sana siang dan malam. Bulan Ramadan merupakan waktu yang paling beliau gemar berkhalwat di Gua Hiraa. Beliau mondar ke Gua Hiraa sampai wahyu yang pertama turun ketika usia beliau menjangkau 40 tahun.

Suasana Gua Hiraa menceritakan bahwa hanya insan yang berjiwa besar dan sangat berani dan bersemangat waja saja yang sanggup tinggal di sana seorang diri, siang dan malam dan berhari-hari lamanya. Hanya tawakal dan keyakinan yang teguh membuat seseorang mampu bertahan di dalam kegelapan Gua Hiraa, tidak dapat melihat binatang bisa seperti ular dan jengking yang mungkin muncul kapan saja. Insan yang bisa tinggal di sana pastilah di dalam jiwanya tidak ada sebesar zarah pun rasa takut kepada makhluk, kecintaan kepada dunia, harta benda, pangkat dan kemuliaan. Hanya jiwa Islam (berserah diri sepenuhnya kepada Allah) yang sempurna dapat tinggal sendirian di dalam Gua Hiraa. Tujuan, harapan dan ketergantungan hanyalah Allah, Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

Semakin mendekati usia 40 tahun semakin sering Nabi Muhammad saw mengunjungi Gua Hiraa. Bila berada di luar gua, terutama pada waktu malam, beliau menatap bangunan alam maya, melihat kerapian susunannya dan keindahan gubahannya. Ketika berada di dalam gua beliau merasakan ketenangan, kedamaian dan kelezatan. Gua Hiraa yang gelap gulita dan sunyi sepi memisahkan beliau dari seluruh alam dan makhluk. Kegelapan membungkus jasad sehingga pengaruh jasad tidak lagi menghijab hati nurani. Bila terpisah dari segala yang maujud, fitrah suci akan merdeka dari segala sesuatu kecuali Allah Cahaya fitrah yang suci lagi murni memancar dengan terang benderang menyuluh ke seluruh alam maya menyaksikan dengan jelas apa yang tidak bisa dipandang dengan mata. Tiap sesuatu menjadi terang benderang di dalam sinar fitrah suci Nabi Muhammad saw Tidak ada satu partikel pun yang terlindung dari pandangan mata hati beliau Semuanya jelas dan nyata namun, masih ada satu yang tidak dapat disingkap oleh fitrah, meskipun seseorang itu manusia suci.

Fitrah mampu menyingkap rahasia kemanusiaan sehingga manusia bisa membentuk tatasusila kehidupan yang sesuai untuk dijalani oleh semua umat manusia. Fitrah dapat membentuk sistem moral yang baik. Fitrah dapat mengelola administrasi negara dan perdagangan. Fitrah dapat mengeksplorasi alam maya dan benda-benda alam. Tetapi ketika berhadapan dengan pencipta manusia dan alam sekaliannya dan juga Pencipta fitrah itu sendiri maka fitrah hanya bisa berkata, "Allah!" Dan masuk ke penyerahan tanpa takwil.

Apa yang dilalui oleh Nabi Muhammad saw di Gua Hiraa pernah dialami juga oleh Nabi Ibrahim as, sebagaimana diceritakan oleh al-Quran:

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi, dan agar jadilah dia orang-orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin. Maka ketika ia berada pada waktu malam yang gelap, ia melihat sebuah bintang (bersinar), lalu ia berkata: "Inilah Tuhanku" Kemudian ketika bintang itu terbenam, ia berkata: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang." Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit (menyinarkan cahayanya), ia berkata: "Inilah Tuhanku" Maka setelah bulan itu terbenam berkatalah ia: "Sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, niscaya aku dari kaum yang sesat". Kemudian ketika ia melihat matahari terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah ia: "Inilah Tuhanku Ini lebih besar! "Setelah matahari terbenam, ia berkata:" Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu mempersekutukan (Allah dengan). Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi, sedang aku tetap di atas dasar tauhid dan bukanlah aku dari orang-orang yang menyengutukan Allah (dengan sesuatu yang lain) ". (Ayat 75 - 79: Surah al-An ' aam)
Tafakur membawa Ibrahim berhujah dengan paham-paham yang menciptakan benda-benda alam sebagai tuhan-tuhan. Tafakur dan argumen berakhir pada level: "Aku hadapkan wajahku kepada yang menciptakan semua langit dan bumi. Aku hadapkan dengan fitrah yang hanif. Aku tidak mempersekutukan-Nya dengan apa-apa pun ". Tahap terakhir ini Allah membukakan kepada para hamba-Nya yang Dia kehendaki. Hadapkan fitrah suci kepada-Nya dengan penuh keikhlasan tanpa mengadakan apa takwil tentang-Nya dan tidak mengadakan sekutu bagi-Nya. Dia sendiri menentukan kapan dan bagaimana Dia berkehendak mengadakan pembukaan kepada hamba-Nya.

Pada 17 Ramadan, tahun 41 dari umur Nabi Muhammad saw, datanglah malaikat Jibril as membawa wahyu yang pertama dari Tuhan Azza wa Jalla, sebagai menyempurnakan lagi fitrah Nabi Muhammad saw, menaikkan fitrah manusia ke derajat fitrah Muslim, menjawab segala yang merespons, menguraikan segala yang kusut dan membukakan segala yang tertutup. Sempurnalah kesempurnaan Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim dipersiapkan untuk menanggung mahkota seluruh alam, menjadi penutup nabi-nabi, menjadi penyelamat umat manusia dan dunia seluruhnya, menjadi rahmat bagi sekalian alam dan menjadi kekasih Allah!

No comments:

Post a Comment