Wednesday 3 July 2013

Sang Kyai 64

Setelah dzikir harian berjamaah, mbak Sun dan suaminya yang memang biasa mengikuti zikir harian, menghadap padaku, mas Slamet yang duduk di sampingku menjelaskan,

“Iya tadi ku suruh melihat foto mas, kok istriku ini jadi muntah-muntah dan kepala pening sekali.” jelas mas Slamet.

“Iya mas… saya sekarang kok jadi benci kalau melihat mas… ya salah mas apa kok saya jadi benci..” tambah mbak Sun.

“Hm, aneh juga… coba ambilkan air zikir yang kemaren..” kataku menyuruh mas Slamet Kliwon.

Air kemudian ku tiup, dan ku suruh minum mbak Sun, dan ku suruh melihat dan memegang foto profilku, yang ada di tablet. Selang sepuluh menit kemudian, mbak Sun tiba-tiba menangis, menangis sekerasnya seperti anak kecil… aneh juga, aku sendiri heran, bukan aku tau apa masalahnya, masalahnya aku sendiri tak tau kenapa kok menangis.

“Ampun pak, ampuni aku… ampuni aku pak…” begitu kata-kata yang diucapkan.

Aku sendiri masih tak ngerti apa sebab dan minta ampun dari apa…? Sampai akhirnya dia ingin muntah, dan muntah-muntah di depan rumahku, dipegangi suaminya, sampai akhirnya jatuh pingsan. Bingung juga menghadapi hal seperti itu… ku suruh mas Slamet menggotong istrinya ke tempat yang lebih bersih.

Tiba-tiba mbak Sun sadar dan muntah-muntah lagi, lalu pingsan lagi, begitu berulang-ulang, kasihan juga melihatnya, maka ku suruh saja bawa pulang, besok saja dilanjutkan.

Besoknya setelah dzikir ku coba seperti semalam, ku kasih air dan ku suruh menempelkan jari di foto, dan sekali tempel, langsung saja, tubuhnya lemas seperti orang pingsan, dan ketawa cekakak cekikik sebagaimana orang yang kerasukan.

“Ini siapa?” tanyaku, melihat jin yang ada di tubuh mbak Sun berulah, menendang-nendang suaminya yang mencoba memegangi, sehingga suaminya berkali-kali kena tendang.

“Sudah biarkan saja tak usah dipegangi..”

Mbak Sun menatapku…. dan dia memalingkan wajah.

“Hii takut… siapa kamu wong bagus, wajahmu menakutkan…” katanya.

“Kamu sendiri siapa?” kataku balas bertanya.

“Aku gak mau mengaku, kecuali kamu mau memenuhi syarat yang ku ajukan.”

“Apa syaratnya?” tanyaku.

“Syaratnya kamu mau menikah denganku.”

“Kalau aku tak mau..?”

“Ya aku tak mau mengaku siapa aku.”

“Ooo begitu, kalau begitu aku paksa mengaku.”

“Paksa pakai apa?”

“Paksa pakai ini..” lalu ku tempelkan tanganku ke tubuh mbak Sun.

“Aduuuuh panas, panasss… iya… iya aku mengaku, aku mengaku..”

“Kamu siapa?”

“Saya dikirim orang.”

“Siapa yang mengirim?”

“Ya saingan dagangnya perempuan ini.., aku dikirim diperintahkan untuk menghancurkan perempuan ini..”

“Siapa yang mengirim?”

“Dewi…”

“Punya saingan bernama Dewi kang Slamet?” tanyaku pada kang Slamet.

“Iya, orangnya jualan sebagaimana aku dan istriku.” jawab kang Slamet.

“Dikirim dengan dukun dari mana?”

“Dukun dari Jogya, malah Dewi membayar dengan memberikan tubuhnya dan membayar 10 juta untuk mengirimkan diriku.” kata jin yang ada di dalam tubuhnya mbak Sun.

“Bayar sama siapa?” tanyaku heran.

“Ya bayar melayani perantara dan dukunnya..”

“Ya sama perantara dan dukunnya.”

“Hm begitu…” kataku heran.

“Iya… hihihi..” jawab jin itu sambil cekikak cekikik.

“Kamu keluar ya…” kataku sambil menatap wajahnya yang berusaha menghindari tatapanku.

“Jangan menatapku begitu aku takut…, kamu siapa kok bagus bener wajahmu, tapi menakutkan..?”

“Aku gurunya orang yang kamu masuki ini..” jawabku tandas.

“Aku takut..” kata jin itu.

“Ya kalau takut keluar..”

“Aku ndak berani keluar nanti aku disalahkan dukun yang mengirimku…, aku nanti dihajar.”

“Takut mana denganku apa dengan dukun itu?”

“Ya takut denganmu…, badanku panas semua…, rasanya semua tulangku lepas.”

“Makanya keluar… jangan sampai aku marah nanti malah aku hancurkan kamu..”

“Iya iya…. saya keluar, tapi saya minta ijin dulu sama dukun yang mengirimku..”

“Ya kalau begitu ku bakar saja kamu…” kataku sambil mengulurkan tangan untuk memegang mbak Sun, dan dia menghindar, tapi kupegang kakinya, dan seketika tubuhnya lemas, tanda jin sudah keluar, dan mbak Sun sadar.

Selang beberapa saat, ku biarkan mbak Sun istirahat, karena ku lihat kelelahan. Lalu setelah ku rasa cukup, ku suruh lagi minum air isian, dan air segera dibuang,

“Air apa ini…?” katanya dengan suara orang lain lagi, pertanda sudah ada jin lain lagi.

“Dengan siapa ini?” tanyaku dan jin dalam tubuh mbak Sun melihat dengan mata nanar, dan ketika tatapan wajahnya melihatku, dia seperti silau dan berpaling.

“Kamu siapa?” tanyaku.

“Aku jin yang dikirim…”

“Dikirim siapa?”

“Aku tak mau menyebutkan…”

Ku tempel tanganku di tubuh mbak Sun….

“Aduh panaaasss, iya iya aku mengaku..”

“Dikirim siapa?”

“Dikirim Tobil…. yang mengirimku dulu suka sama orang ini tapi tidak diterima, jadi dia mengirimkan jin, agar orang ini mau dinikahi..”

“Orang mana?”

“Orang yang di daerah Kretek…”

“Sekarang kamu keluar atau ku paksa keluar?”

“Kamu siapa? Punya apa kok mau memaksaku keluar?”

Ku tempel saja tanganku ke tubuh mbak Sun dan ku tarik jinnya keluar, dan jin pun keluar.

Ku suruh lagi meminum air isian, dan sekali lagi air baru ditenggak, mbak Sun sudah lemas, dan berubah suara lagi menjadi suara lain.

“Siapa ini?”

“Kenapa nanya nanya?”

“Ya aku ingin tau kenapa kamu di dalam?”

“Saya dikirim…”

“Dikirim siapa?’

“Dikirim kyai Juki.”

“Kyai Juki itu siapa?”

“Itu Kyai yang sering jadi penceramah di masjid Agung sana…” jelas Taufik yang memang kenal kyai Juki.

“Ooo.. ” aku heran, kyai juga main jin.

“Iya dia di luarnya juga alim,” tambah Taufik.

“Wah wah… dunia, kalau begini kan ketahuan jadinya..” kataku.

“Untuk urusan apa kamu dikirim kyai Juki?” tanyaku pada jin yang ada di tubuh mbak Sun.

“Memangnya kau ada urusan apa? Kok nanya nanya?” jawab jin itu.

“Ya dia ini muridku… jelas jadi urusanku.”

“Kamu berani denganku..?” tanya jin itu. “Aku ini sakti.”

“Sakti..? Kalau sakti coba tatap aku.” kataku.

Dia menatapku tapi segera berpaling… “Ih takut, kau menakutkan, matamu menakutkan, panasss..”

“Bagaimana kau berani denganku sekarang?’ tanyaku.

“Kau ini siapa? Mengapa ilmumu tinggi sekali, kau muridnya siapa?”

“Aku murid syaikh Nawawi..” jawabku.

“Jangan sebut nama itu, panas,”

“Bagaimana mau melawanku.?”

“Tidak, tidak, aku tak berani, biar aku keluar saja…”

“Keluar sendiri atau ku keluarkan?”

“Aku keluar sendiri saja…” katanya dan mbak Sun pun lemas.

Malam itu entah berapa jin yang sudah ku keluarkan silih berganti jin ku keluarkan, karena malam sudah larut, maka ku sarankan untuk dilanjutkan besok paginya saja.

Dan siangnya mbak Sun datang lagi sambil diantar suaminya, di Facebook yang memakai Id Slamet Kliwon itu, segera saja ku suruh minum, dan aku lupa memberinya minum pakai gelas kaca, jelas gelas langsung dibanting pecah… dan mbak Sun sudah berubah menjadi orang lain.

“Siapa?” tanyaku.

“Aku kirimannya Siswoyo…”

“Siapa itu Siswoyo?”

“Siswoyo ya mertuanya Sun ini.”

“Itu mertuanya yang dulu mas..” jelas kang Slamet.

“Ooo…. begitu, lalu untuk apa kamu dikirim?”

“Dulu Sun ini tak mau dinikahkan dapat anaknya , jadi tubuhnya diisi jin, biar mau..”

“Jadi sudah lama kamu di dalam?”

“Ya sudah lama.., tapi sejak Sun ikut ngaji thoreqoh itu, tubuhku panas, aku gak kuat di dalam, aku kepanasan, ngaji di mana itu kok panas sekali..”

“Ya ngaji di sini, aku gurunya..”

“Hah takut aku, aku dikeluarkan saja, aku tak kuat..”

Segera jin ku keluarkan, dan ku suruh minum air isian lagi, dan langsung saja berubah menjadi suara lain.

“Dengan siapa ini?”

“Aku jin dikirim oleh Supeno dan Supeni.”

“Siapa itu?”

“Dukun suruhannya Siswoyo..”

“Ooo… kamu keluar ya..”

“Saya tak bisa keluar.”

“Kenapa?”

“Saya harus minta pertanggung jawaban pada Supeno dan Supeni.”

“Ya sana meminta pertanggung jawaban.”

“Tak bisa.”

“Kenapa.”

“Orangnya sudah meninggal semua..”

“Ya nanti minta pertanggung jawaban di akherat, sekarang kamu keluar.”

“Ya ya saya keluar tapi saya biarkan di tubuh perempuan ini sebentar, saya kasihan padanya, dia orang baik kok dikirimi jin.”

Aku tak sabar menunggu lantas saja jin ku keluarkan, tapi segera berganti jin baru…

“Siapa ini?” tanyaku.

Dia menggeleng.

“Kamu siapa?”

Dia menggeleng lagi… dan memberi isyarat kalau dia tak bisa bicara. Ku suruh ambilkan spidol dan kertas. Dan ku sodorkan di depannya.

“Kamu siapa?”

Dia menulis, ‘saya kiriman’,

“Sudah berapa lama di dalam?”

Dia menulis, ’20 tahun’.

Heran juga aku, tapi karena susah berkomunikasi, maka ku keluarkan saja jinnya.

Karena melihat keadaan mbak Sun kelelahan maka pengeluaran jin ku hentikan beberapa saat, dan setelah ku rasa cukup istirahat, ku suruh lagi mbak Sun minum air isian dan langsung saja berubah gerak geriknya,

“Dengan siapa ini?” tanyaku.

“Saya jin yang disuruh orang menyerang pada ayahnya anak ini.”

“Lhoh kenapa kok masuk ke anak ini?”

“Karena ayahnya berisi, jadi saya tak bisa masuk ke ayahnya, jadi saya masuki raga anaknya.”

“Wah kok begitu?”

“Ya…”

“Sudah berapa tahun di dalam?”

“Saya sudah 20 tahun lebih..”

“Banyak tidak yang di dalam?”

“Tak ada, semua sudah pada keluar.”

“Benar?’

“Benar.”

“Kamu keluar ya.., mau keluar sendiri, atau ku keluarkan?”

“Ya saya mau keluar, karena di dalam sudah tak ada teman ngobrol.”

“Lhoh memangnya di dalam juga nyangkruk ngobrol sama teman-teman?”

“Ya… sekarang saya tak ada temannya..”

“Kalau begitu keluar..”

“Kamu siapa? Aku takut denganmu, jangan menatapku seperti itu, aku takut.”

“Kamu kan jin, masak penakut.”

“Ya aku takut denganmu..”

“Nah kalau takut keluar sana…”

“Sebentar aku masih mau di dalam..”

Ku tarik saja jinnya keluar karena pembicaraan ku anggap sudah tak ada manfaatnya.

Jin itu kebanyakan pembohong kelas berat, ketika dikatakan di dalam tak ada lagi, aku tak lantas percaya, dan ku suruh mbak Sun minum air isian lagi, dan benar saja, masih saja ada jin di dalam.

Sekalian ku suruh kang Slamet melatih ilmunya mengeluarkan jin dari tubuh istrinya, ketika jin dipegang, jin berontak, dan kang Slamet kuwalahan.

“Konsentrasi pada lafadz Allah kang..” kataku.

Kang Slamet pun konsentrasi dan memegang istrinya, baru istrinya kuwalahan dan tak berdaya, lalu ditanya.

“Siapa ini?” tanya kang slamet.

“Aku jin muslim,.”

“Jin muslim?” tanyaku.

“Ya..”

“Berarti hafal fatekhah.”

“Hafal…” lalu jin itu membaca fatekhah dengan lancar.

“Kenapa di dalam?”

“Saya dikirim orang, tapi saya lupa dikirim untuk apa… saya di dalam sudah hampir 30 tahun..”

“Wah lama juga, tolong siapa saja orang yang menonton ini, siapa saja yang ada jinnya, kamu bisa menunjukkan?”

“Ya saya bisa..”

Lalu jin itu menunjukkan siapa saja orang yang hadir yang ada jinnya, dan juga menunjukkan siapa saja nama-nama keluarganya orang itu, apa kerjaannya dan lain-lain, heran juga jin bisa tau sedetail itu tiap orang, gak tau bagaimana cara dia mengetahui, apa dengan cara menanyakan jin yang ada di dalam tubuh orang itu atau bagaimana.

Setelah berdialog panjang lebar, akhirnya jin itu ku suruh keluar, dan setelah itu, ku suruh minum dan memegang fotoku tak ada reaksi apa apa, ku rasa jinnya sudah bersih.

Cerita soal jin ini masih panjang dan sekali lagi ini hanya pengalaman, sebenarnya siapa saja bisa mempunyai apa yang ku punyai bisa sepertiku jika mengamalkan sebagaimana yang ku amalkan, jadi bukan karena mengamalkan sebuah ilmu untuk mengeluarkan jin atau sejenisnya, cukup mendekatkan diri pada Allah, berusaha selalu istiqomah dalam menjalankan laku amaliyah, nanti akan Allah anugerahkan berbagai ilmu, ilmu dari sisi Allah, bukan ilmu yang dipelajari, bukan dengan khodam jin atau malaikat. Sebab kita tak butuh jin juga tak butuh malaikat, para malaikat itu sudah sejak penciptaan Adam, malaikat tugasnya adalah melayani Adam, makanya diperintah sujud pada Adam, jadi tak perlu kita meminta, malaikat itu akan melayani kita, membagikan rizqi, membagikan hujan, mencatatkan amal perbuatan kita, tak usah kita repot menyediakan berlembar-lembar kertas, dan berliter-liter tinta, malaikat sudah mencatatkan amal kita, juga kita mau mati saja malaikat itu akan dengan suka rela mencabutkan nyawa kita, kita tak usah repot-repot membetot nyawa sendiri, sudah ada malaikat yang akan mencabutkan nyawa kita, malah ndak usah kita bayar dengan nyicil atau kontan, mereka akan melakukannya.

Jadi yang kita butuhkan bukan khodam, yang kita butuhkan adalah penyesuaian penghambaan kita kepada Allah, meletakkan diri sesuai dengan kodrat kenapa kita diciptakan.

Kejadian yang kita alami, adalah cara Allah menunjukkan keberadaannya dan agar kita bisa mengetahui keagungan dan kebesaranNya, seandaipun kita tak mengakui selamanya Allah itu Maha Agung dan Maha Kuasa, kekuasaan dan kebesaranNya tak tergantung atau bersandar pada apapun yang DIA ciptakan, Allah maha satu dan maha sendirian, tak bergantung pada tempat atau suasana. Kita manusia hanya bisalah mengambil manfaat dari pelajaran yang Allah berikan dari kejadian setiap hari, itu seperti qur’an yang dijelaskan dengan kejadian nyata.

Juga pengalaman yang ku alami, seperti menaklukkan jin, sama sekali bukan berarti aku ini ahli dalam jin, atau dalam pengalaman yang ku alami soal aku ini mengobati santet, sama sekali lantas aku ini orang yang tau seluk beluk soal santet, kita kembalikan saja pada Nabi kita, Muhammad SAW, beliau itu bukan jebolan sekolah manapun, bukan jebolan universitas ternama, juga bukan jebolan universitas Trisakti atau universitas Indonesia, tapi sampai sekarang Nabi kita itu dianut seluruh orang Islam di seluruh dunia, kurasa juga beliau tak pintar dan faham betul soal santet, atau ilmu sihir manapun, tapi beliau adalah sumber segala ilmu dari Allah karena wahyu melewati beliau, jadi bukan juga saya ini tau soal santet, atau soal jin, malah sama sekali saya tak tau, saya hanya menjalankan dan berusaha mengamalkan yang diwariskan nabi, bukan hanya mendialogkan atau membicarakan, tapi mengamalkan, karena saya yakin apa yang dibawa Nabi itu hal yang haq dan benar, lalu kok kemudian saya bisa mengeluarkan jin, sebenarnya juga tak saya ketahui sama sekali, kok bisa? saya tak mengambil pusing kenapa kok bisa atau tidak, dijalani saja yang seharusnya dijalani, sebagaimana Nabi itu bukan seorang yang pintar baca tulis dan pintar baca, kok bisa menyampaikan Al-qur’an dengan benar bahkan bahasanya yang sangat tinggi tak satupun yang salah? dan bisa mengarahkan orang dari dulu sampai sekarang dengan petunjuk yang dibawanya, karena ada campur tangan Allah di dalamnya.

Pengalaman yang saya alami juga saya sendiri tak meributkan bagaimana saya kok bisa, ya menurut saya juga siapa yang mengamalkan seperti yang saya amalkan juga akan bisa, dan kenyataannya banyak murid saya juga yang bisa mengobati sembarang penyakit dan juga bisa mengeluarkan jin dari tubuh seseorang, kok bisa? ya kenyataannya bisa, jika mau membuktikan kenapa tak mengikuti apa yang saya amalkan, kan lebih mudah mencari buktinya, daripada hanya menyangka nyangka, dan kan bisa tau apa yang saya amalkan itu melenceng tidak dari agama? misal membaca qur’an itu apa melenceng dari agama? menjalankan puasa sunnah itu apa melenceng dari agama? nah agar tau, kenapa tak mencari tau masuk dalam lingkunganku?

Kembali soal pengalaman, ini juga namanya pengalaman, kejadian yang sama sekali tanpa direncanakan, tak seperti sinetron atau film tv, jadi ending ceritanya kadang tak bisa ditebak, termasuk saya sebagai orang yang mengalami.

Habis isya’ ada tamu dari Tegal, biasanya jam delapan, ada dzikir harian di majlis, tapi karena ada tamu, masak ku tolak, kalau dzikir sudah mulai ya ku biarkan saja tamu menunggu sampai dzikir selesai, karena dzikir belum mulai maka ku temui tamu,

“Ada apa?” tanyaku pada dua tamuku.

“Saya dari facebook mas…” jawabnya.

Lalu ku tanya Id nya dia, karena aku tak tau semua tamu yang datang, setelah menjelaskan baru aku ingat paling tidak sedikit, sebab sehari pesan yang masuk ke inboxku ada 200an pesan kalau pesan terjawab lantas terjadi dialog, ya sehari sampai ada 300-400 pesan masuk, dan setiap pesan yang masuk, aku tak bisa mengetahui setiap orang perorang, apalagi kalau jawab pakai opera mini, tak ketahuan fotonya, apalagi kalau orangnya memakai foto bukan foto asli, maka makin sulit lagi, hampir tiap hari ada saja teman facebook datang ke rumahku, bahkan ada yang jauh jauh datang naik pesawat, malah pernah ada yang sudah bela-belain datang naik pesawat, dan sudah sampai di rumahku, aku sendiri sedang dalam menjalani kholwat tidak menemui siapapun, makin susah kan, ya kenapa juga gak kasih kabar kalau mau ketemu.

“Ada keperluan apa?” tanyaku.

“Saya ingin minta dilihat apa saya ada jinnya..” kata satu orang, sebut saja namanya Rohman.

“Kenapa tak lewat facebook saja? kan bisa lewat dari facebook.” kataku.

“Ya biar makin mantep ketemuan sama mas…”

“Ooo ya ndak papa…, coba minum air ini..” kataku setelah mengambil air, dan ku tiup.

“Dia lantas meminum air…”

Lantas ku sodorkan fotoku di depannya, “Ini jarinya ditempelkan.”

Lalu ku lihat dia menempelkan jari telunjuknya di tengah dada foto… sebentar sebentar dia menggelengkan kepala.

“Wajah mas berubah-rubah..” katanya sambil menggelengkan kepala.

Biasanya, ini biasanya, saya sendiri juga tak tau bagaimana kok bisa begitu, jadi ini ku ambil dari kebiasaan saja, sebenarnya aku sendiri juga tak tau kenapa kok jadi seperti itu, biasanya kalau di dalam tubuh seseorang tersebut ada beberapa jin, misal 10 jin maka fotoku akan berubah menjadi 10 wajah, wajah jin yang ada di dalam tubuh orang tersebut.

Benar saja suara pemuda yang di depanku sudah berubah, menjadi suara orang lain.

“Siapa?” tanyaku.

“Hmmm… aku jin…”

“Muslim?”

“Ya aku muslim..”

“Assalamualaikum..” ucapku.

“Waalaikum salam..”

“Kenapa kamu di dalam?”

“Saya dikirim.”

“Atas perintah siapa?”

“Atas perintah perempun yang disakiti pemuda ini..”

“Lalu maksudnya?”

“Maksudnya ya saya diminta menghancurkan kehidupan pemuda ini.”

“Lhah kamu kan jin muslim, antara muslim dengan muslim yang lain kan saudara, bagaimana kamu kok bisa dan mau dikirim untuk menghancurkan pemuda ini?”

“Saya ditaklukkan orang yang mengirimku.”

“Wah hebat berarti yang mengirimmu itu..?”

“Ya…”

“Lalu kenapa kamu ndak keluar dan lari?”

“Saya tak bisa keluar..”

“Kenapa?”

“Karena saya diancam dan saya tak tau bagaimana saya harus keluar.”

“Hm begitu,….?”

“Aduh tubuhku ini kamu apakan ustad…?”

“Kenapa? Aku tak mengapa-apakan.”

“Tapi tubuhku sama sekali tak berdaya, seperti ditindih gunung..”

“Ya aku tak tau, aku kan tak mengapa-apakanmu.”

“Berapa jin di dalam tubuh pemuda ini?”

“Banyak…”

“Berapa?”

“Ada 20 an jin..”

“20? wah banyak juga.”

“Iya, tapi mereka semua jin fasik.., dan semua sudah kabur, ketika masuk kesini tadi, semua takut pada ustad?”

“Takut padaku?”

“Ya..”

“Apa mereka semua bentuknya?”

“Ada yang berbentuk macan, ada yang berbentuk ular, kera dan lain-lain, pokoknya macam-macam, tapi mereka cemen semua, masak sama ustadz takut, hahahaha…”

“Wah wah.. mungkin mereka merasa kalah ganteng sama aku sehingga keder, hehehe…”

“Ustad bisa saja, hehehe…, ustad tau apa bentukku?”

“Aku tak tau, wong aku ndak bisa melihat jin..”

“Bentukku naga, hahahaha…”

“Wah naga besar kalau begitu?”

“Ya sebesar pohon kelapa…”

“Wah ngeri juga bentukmu, hhehehe..”

“Aduuuh… aku ustad apakan, kok semua badanku sakit begini?”

“Aku tak mengapa-apakan kamu.”

“Ustad tau… aku ini umurku berapa?”

“Ya mana aku tau.., umurmu berapa?”

“Umurku sudah ribuan tahun, aku dulu murid Sunan Gunung Jati, yang mengislamkanku Sunan Gunung Jati, aku juga sebenarnya menjaga makam Sunan Gunung Jati.”

“Wah senang berkenalan denganmu.., siapa namamu?” lalu dia membisikkan namanya di telingaku, dan karena yang melihat banyak maka dia membisikkan lagi sesuatu padaku.

“Kamu keluar ya dari tubuh orang ini.”

“Ya saya mau ustad, mau sekali, apalagi ustad yang memerintahkan, ustad adalah murid syaikh Abdul Qodir Jailani, semua bangsaku takut dan tunduk pada kewalian beliau, jadi saya ustad perintahkan, dengan senang hati saya akan keluar..”

“Lalu kenapa ndak keluar?”

“Saya tak bisa keluar ustad.”

“Kenapa?”

“Ya saya tak tau..”

“Ustad…! Boleh saya meminta ijazah ilmunya..?”

“Untuk apa, bukankah ilmumu sudah banyak?”

“Masih banyakan ustad..”

“Ilmu apa yang kamu minta?”

“Angkat saja saya jadi murid, nanti saya akan bisa keluar.”

“Ya gak papa… ku terima kamu jadi murid.”

“Kobiltu, saya terima jadi murid ustad.”

“Ya.. keluar ya..”

“Ya ustad, saya dibantu..”

“Ya saya bantu…”

Jin itupun keluar, dan pemuda itupun sadar.

No comments:

Post a Comment