Di antara semua fakta-fakta, fakta yang menguasai manusia adalah fakta yang paling utama karena ia mengadakan hubungan yang istimewa di antara insan dengan Tuhannya.
(Ingatlah peristiwa) tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia - Adam - dari tanah. Kemudian ketika Aku sempurnakan kejadiannya, serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu sujud kepadanya. (Ayat 71 & 72: Surah Saad)
Adam as ditempa dari tanah. Bagian Adam as yang ditempa dari tanah ini dinamakan jasad, tubuh atau diri yang zahir. Jasad yang dari tanah itu bahkan sudah sempurna kejadiannya, cukup lengkap dengan sekalian anggota namun, ia tetap kaku, tidak bisa bergerak, tidak merasakan apa-apa dan tidak dapat berkata-kata. Ia sudah memiliki otak tetapi otaknya tidak dapat berpikir. Ia sudah memiliki mata tetapi matanya tidak dapat melihat. Ia sudah memiliki telinga tetapi telinganya tidak bisa mendengar. Ini hanyalah satu lembaga yang kaku. Tapi begitu ia menerima tiupan dari Roh Allah semuanya berubah dengan cepat. Otaknya mulai bekerja. Mata, telinga dan semua anggotanya juga mulai bekerja. Ia juga bisa merasa. Ia bukan lagi satu lembaga yang kaku tetapi ia sudah menjadi insan yang hidup, bisa berpikir, bisa berkata-kata, bisa bergerak dan bisa merasa. Keajaiban itu terjadi semata-mata karena tiupan dari Roh Allah. Bagian Adam as yang menerima tiupan dari Roh Allah itu dinamakan Diri Batin atau rohani.
Roh Allah bukanlah Allah ingat itu dan juga bukan nyawa yang menghidupkan Allah swt. Allah swt hidup dengan Zat-Nya, bukan dengan nyawa atau roh dan bukan juga dengan sifat hidup. Sifat hidup bergantung kepada Allah tetapi Allah tidak tergantung pada sifat hidup. Roh Allah sama halnya seperti Tangan Allah, Kalam Allah, Pendengaran Allah swt dan lain-lain yang dinisbahkan kepada-Nya. Semuanya bukanlah Allah tetapi adalah keadaan atau sifat atau misal atau ibarat yang memperkenalkan Diri-Nya sekedar layak Dia dikenal oleh makhluk-Nya. Hakikat Diri-Nya yang sebenarnya tidak mampu ditandai, diibaratkan atau dimisalkan karena Dia adalah:
Tidak sesuatupun yang sebanding dengan (Zat-Nya, sifat-sifat-Nya dan administrasi)-Nya, (Ayat 11: Surah asy-Syura)
Sekalipun Dia tidak dapat dianggap tetapi Dia adalah:
Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Ayat 11: Surah asy-Syura)
Allah sendiri mengatakan Dia Mendengar dan Melihat. Dia mengadakan penyifatan setelah sebelumnya Dia menyangkal segala bentuk penyifatan. Dia tidak mirip dengan apa saja yang terlintas di dalam pikiran, cita-cita dan khayalan manusia atau gambaran gambaran yang diungkapkan oleh akal dan pendapat. Dia tidak mirip dengan apa juga yang nyata dan yang gaib, yang lahir dan yang batin. Bila Dia mengatakan Dia Mendengar dan Melihat maka Mendengar dan Melihat-Nya tidak sama dengan apa juga keadaan mendengar dan melihat yang diketahui atau tidak diketahui oleh manusia tak ada bandingan dan persamaan bagi Allah dan tak ada sekutupun.
Bila Dia mengatakan Dia Berkata-kata maka Kalam-Nya tidak sama dengan apa juga bentuk percakapan baik yang dapat dipikirkan oleh manusia maupun yang tidak dapat dipikirkan oleh manusia. Kata Allah tidak serupa dengan apa juga bentuk kata. Kalam-Nya tidak berhuruf dan tidak bersuara. Ketika Dia tujukan firman-Nya kepada Nabi Muhammad saw yang berbangsa Arab, digubah-Nya Kalam-Nya dalam bahasa Arab yang berhuruf dan bersuara dan Dia masih menisbahkan Kalam-Nya yang berhuruf dan bersuara dalam bahasa Arab itu sebagai Kalam-Nya. Oleh karena Dia sendiri menyatakan yang demikian adalah Kalam-Nya siapa menafikannya adalah kufur, tetapi siapa mengatakan Allah berbicara dalam bahasa Arab maka terlebih kufur lagi keadaannya.
Konsep nafi tiada sebanding dan isbat tidak dapat dipisahkan ketika kita membicarakan Allah pada aspek yang dianggap. Apabila Allah memperkenalkan Diri-Nya kepada manusia maka Dia wujudkan penyifatan yang mampu diterima oleh manusia, sesuai dengan kemampuan mengenal yang ada dengan manusia, tetapi Yang Haq itu melampaui apa yang dianggap. Aspek Allah yang dianggap merupakan pintu atau perantara yang menghubungkan hamba dengan Allah SWT yang tidak mampu ditandai. Sekalipun Allah memperkenalkan Diri-Nya melalui sifat-sifat yang diketahui oleh manusia tetapi mengadakan lembaga bagi Allah adalah sesat yang nyata. Siapa yang menjadi jelas kepadanya konsep nafi dan isbat sesungguhnya dia telah mendapatkan nikmat yang tidak terhingga nilainya.
Tiada Tuhan melainkan Allah
Roh Allah adalah perantara yang karenanya manusia memperoleh kehidupan. Roh Allah adalah suasana pemerintahan Allah yang mengatur bidang kehidupan. Roh Allah adalah penyambung kehendak Allah atau kebersinambungannya kehidupan, penyambung ubudiyah, dan doa, serta penyambung segala gerak manusia dan alam ini dari Allah sebagai pengatur, Adam as memperoleh sifat hidup karena tiupan Roh Allah atau Hakikat Roh yang ada pada sisi Allah swt, Bila keturunan Adam as berkembang biak semuanya tidak terlepas dari kontrol Hakikat Roh yang menjadi sumber bagi penghidupan yang dimulai dengan penghidupan Adam as Walau berapa banyak sekalipun manusia diciptakan mereka tetap menerima kehidupan dari sumber yang sama yaitu suasana pemerintahan Allah yang diistilahkan sebagai Roh-Nya atau Hakikat Roh. Suasana ketuhanan itu memiliki bakat dan kemampuan untuk menghidupkan setiap jasad secara terpisah dan bebas dari jasad-jasad yang lain. Setiap jasad memiliki kemampuan untuk hidup sendiri, meskipun ada jasad yang mengalami kematian namun jasad-jasad lain terus juga hidup. Jasad yang sudah diciptakan dapat juga hidup sekalipun masih banyak lagi jasad yang belum diungkapkan.
Adam as dan keturunan beliau as diciptakan dengan bertujuan:
Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". (Ayat 30: Surah al-Baqarah)
Adam as dan keturunan beliau as yang dibangsakan sebagai manusia diciptakan Allah SWT untuk menjadi khalifah di bumi. Khalifah dapat diartikan menurut beberapa pengertian. Pada pengertian pertama khalifah berarti pengganti kepada makhluk yang telah punah. Sekali waktu bumi ini pernah dihuni oleh satu ras makhluk tetapi makhluk tersebut telah dibinasakan oleh Allah karena mereka berbuat durhaka kepada Allah swt. Sejak makhluk bangsa tersebut pupus tidak ada lagi makhluk berakal yang mendiami bumi. Adam as diciptakan untuk menggantikan bangsa yang telah punah itu. Khalifah pada makna yang kedua berarti pengganti Rasulullah saw, yang menjadi pemimpin umat Islam setelah beliau wafat. Khalifah dalam hal ini ada dua kategori yaitu khalifah rasyidin (yang dipimpin) dan khalifah umum. Imam-saidina Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali termasuk dalam golongan khalifah rasyidin yang mendapat pimpinan Allah dan dijamin kebenarannya. Pimpinan mereka mendapat ridha Allah Perbuatan dan kata khalifah rasyidin dapat dijadikan referensi dalam pembentukan hukum-hukum agama, setelah al-Quran dan as-Sunah. Khalifah yang selain mereka tidak memiliki derajat yang demikian. Pada makna yang ke tiga pula khalifah berarti makhluk atau orang yang memiliki karakteristik khusus mengatasi semua makhluk atau golongan lain. Ini berarti ras manusia yang memiliki bakat-bakat serta kemampuan melebihi makhluk lain dalam mengelola urusan di bumi yang meliputi kehidupan manusia sendiri dan juga makhluk yang lain.
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam; dan Kami telah beri mereka menggunakan berbagai kendaraan di darat dan di laut; dan Kami memberikan rezeki kepada mereka dari benda-benda yang baik-baik dan Kami telah lebihkan mereka dengan selebih-lebihnya atas banyak makhluk-makhluk yang telah Kami ciptakankan. (Ayat 70: Surah Bani Israil)
Ras manusia diberikan dengan bakat-bakat dan kemampuan alami yang melebihkan mereka dari makhluk yang lain sehingga mereka dapat memimpin makhluk lainnya di bumi atau menjadi khalifah di bumi. Bakat kekhalifahan sudah diberikan kepada manusia sejak manusia pertama diciptakan.
Dan Ia telah mengajarkan Nabi Adam, akan nama benda-benda dan gunanya, (Ayat 31: Surah al-Baqarah)
Allah memberikan kepada Adam as bakat kekhalifahan sesuai dengan tujuan beliau as diciptakan. Bakat kekhalifahan yang diberikan kepada Adam as dan ras manusia itu dinamakan fitrah manusia. Makhluk lain juga diberikan dengan fitrah masing-masing tetapi fitrah yang dikaruniakan kepada bangsa manusia adalah yang paling utama dan paling sempurna. Pada fitrah manusia terkumpul semua fitrah kejadian alam. Karena itu manusia berpengetahuan tentang tingkah laku makhluk yang lain seperti malaikat, hewan, angin, tanaman, setan dan lain-lain. Fitrah manusia yang bersifat universal itu membuat manusia bisa memakai atribut anasir alam yang lain. Mereka dapat bersifat seperti malaikat atau setan atau hewan atau pun membeku seperti galian. Fitrah itu juga membuat manusia dapat mengambil manfaat dari anasir alam. Mereka dapat menciptakan kendaraan udara dan terbang seperti burung dan kendaraan air untuk berenang seperti ikan apa lagi kendaraan darat untuk mereka bergerak seperti kuda.
Alat penting yang ada dengan manusia dalam menjalankan tugas kekhalifahan adalah beberapa bakat fitrah insan yang ada dengan mereka. Bakat fitrah yang pertama adalah akal pikiran. Melalui bakat fitrah akal ini manusia mampu membentuk kehidupan yang teratur dan juga mampu mengambil manfaat dari benda-benda alam yang ada di sekeliling mereka. Daya pikir yang menjadi bakat fitrah ini terkait erat dengan satu lagi bakat fitrah yaitu ilham. Ilham sebagai bakat fitrah tahap ke dua adalah lebih seni dari akal pikiran. Ilham menjadi pemicu atau penggerak pada daya pikir untuk menelusuri dan mengembangkan apa yang dicetuskan oleh ilham itu.
Bakat fitrah yang ke tiga diceritakan oleh al-Quran:
Dan Ia telah mengajarkan Nabi Adam, akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Ia berfirman:
"Terangkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu semuanya, jika kamu orang yang benar". Malaikat menjawab: "Maha Suci Engkau (Ya Allah)! Kami tidak memiliki pengetahuan selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". Allah berfirman: "Wahai Adam! Terangkanlah nama benda-benda ini semua kepada mereka". Maka setelah Nabi Adam menjelaskan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu katakan dan apa yang kamu sembunyikan". (Ayat 31 - 33: Surah al-Baqarah)
Allah mengetahui rahasia semua langit dan bumi. Dia mengetahui yang sebenarnya dan yang disembunyikan. Sebagian dari pengetahuan tersebut Allah swt disimpan pada fitrah Adam as sebagaimana firman-Nya yang artinya: "Dan Kami ajarkan kepada Adam nama-nama sekaliannya". Maksud nama di sini adalah nama beserta segala informasi yang rinci yang terkait dengan yang disebutkan itu beserta manfaat dan cara pakainya. Bakat fitrah yang mengetahui sebagian dari yang nyata dan yang disembunyikan menurut apa yang diberikan oleh Allah swt itu dinamakan kasyaf. Pengetahuan Adam as melalui kekuatan kasyaf melebihi pengetahuan malaikat.
Keistimewaan yang ada pada fitrah manusia adalah karena perkaitannya dengan tiupan Roh Allah
.. lalu Aku tiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu sujud kepadanya. (Ayat 72: Surah Saad)
Dan (ingatlah) tatkala Kami berfirman kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam!" (Ayat 34: Surah al-Baqarah)
Semua makhluk termasuk malaikat diperintahkan sujud kepada Adam as karena fitrah Adam as ada relevansi dengan tiupan Roh Allah kadang-kadang istilah 'Rahasia' atau 'Rahasia Allah' digunakan oleh orang sufi untuk menceritakan maksud 'tiupan Roh Allah' itu. Istilah Rahasia digunakan untuk menjelaskan bahwa 'tiupan Roh Allah' bukanlah sesuatu yang dapat dijelaskan dengan jelas. Ini adalah sebenarnya rahasia karena jarang manusia yang diberi pengetahuan tentangnya dan kelompok sedikit yang diberi pengetahuan itu tidak mampu mengatakan hal dengan jelas kepada orang lain. Pemahaman itu ditanamkan sebagai keyakinan bukan deskripsi akal. Rahasia Allah itulah yang membuka bidang perhubungan di antara Allah SWT dengan hamba-Nya. Rahasia Allah itulah yang menanamkan pemahaman tentang Allah yang " "; Allah Mendengar dan Melihat; Allah Maha Esa dan berbagai aspek ketuhanan.
No comments:
Post a Comment