Wednesday, 10 July 2013

Barang siapa merenungi sesuatu dan mencari penyebabnya dia akan menemukan setiap bagian memiliki bagian-bagian sendiri dan dia juga merasa setiap satu itu menjadi penyebab berbagai hal lain. Renungan begini bernilai satu tahun ibadat.

Siapa merenungi kepada pengabdiannya dan mencari penyebab dan alasan dan dia dapat mengetahui yang demikian, renungannya bernilai lebih dari tujuh puluh tahun ibadah.

Siapa merenungkan hikmah kebijaksanaan Ilahi dan bidang makrifat dengan segala kesungguhannya untuk mengenal Allah Yang Maha Tinggi, renungannya bernilai lebih dari seribu tahun ibadat karena ini adalah ilmu pengetahuan yang sebenarnya.

Pengetahuan yang sebenarnya adalah suasana keesaan. Orang arif yang menyintai menyatu dengan yang dicintainya. Dari alam kebendaan terbang dengan sayap spiritual meninggi sampai ke puncak prestasi. Bagi rahib berjalan di dalam surga, sementara orang arif terbang ke posisi dekat dengan Tuhannya. Para pencinta memiliki mata pada hati mereka mereka memandang sementara yang lain terpejam sayap yang mereka miliki tanpa daging tanpa darah mereka terbang ke arah malaikat Tuhan jualah yang dicari!

Penerbangan ini terjadi di dalam alam spiritual orang arif. Para arifbillah mendapat penghormatan disebut insan sejati, menjadi kekasih Allah, sahabat-Nya yang akrab, pengantin-Nya. Bayazid al-Bustami mengatakan, "Para Pemegang makrifat adalah pengantin Allah Yang Maha Tinggi".

Hanya pemilik-pemilik 'pengantin yang pengasih' mengenali mereka dengan dekat dan secara mesra .. Orang-orang arif yang menjadi sahabat akrab Allah, walaupun sangat cantik, tetapi ditutupi oleh kondisi eksternal yang sangat sederhana, seperti manusia biasa. Allah berfirman melalui rasul-Nya: "Para sahabat-Ku tersembunyi di bawah kubah-Ku. Tidak yang mengenali mereka kecuali Aku".

Kubah yang di bawahnya Allah sembunyikan sahabat-sahabat akrab-Nya adalah kondisi mereka yang tidak terkenal, rupa yang biasa saja, sederhana dalam segala hal. Bila melihat ke pengantin yang ditutupi oleh tabir pernikahan, apakah yang dapat dilihat kecuali tabir itu?

Yahya bin Muadh al-Razi mengatakan, "Para kekasih Allah adalah air wangi Allah di dalam dunia. Tetapi hanya orang-orang yang beriman yang benar dan jujur saja bisa menciumnya". Mereka mencium keharuman baunya lalu mereka mengikuti bau itu. Keharuman itu mengwujudkan kerinduan terhadap Allah dalam hati mereka. Masing-masing dengan cara tersendiri mempercepatkan langkahnya, menambahkan usaha dan ketaatannya. Derajat kerinduannya, keinginannya dan kecepatan perjalanannya tergantung berapa ringan beban yang dibawanya, sejauh mana dia telah melepaskan diri keterikatan benda dan dunia. Semakin banyak seseorang itu menanggalkan pakaian dunia yang kasar ini semakin dia merasakan kehangatan. Penciptanya dan semakin hampirlah ke permukaan akan muncul diri rohaninya. Jarak dengan yang sebenarnya (fakta) tergantung pada sejauh mana seseorang itu melepaskan kebendaan dan keduniaan yang menipu daya.

Penanggalan aspek yang multi-bilang pada diri membawa seseorang ke satu-satunya kebenaran. Orang yang akrab dengan Allah adalah orang yang telah membawa dirinya ke keadaan kekosongan.

Hanya setelah itu barulah dia dapat melihat keberadaan yang sebenarnya (fakta). Tidak ada lagi keinginan pada dirinya untuk dia membuat pilihan. Tidak lagi 'aku' yang tinggal, kecuali keberadaan satu-satunya yaitu yang sebenarnya (fakta). Meskipun berbagai kekeramatan yang muncul melalui dirinya sebagai membuktikan posisinya, dia tidak ada hubungannya dengan semua itu. Di dalam suasananya tidak ada pembukaan terhadap rahasia-rahasia karena membuka rahasia Ilahi adalah kekufuran.

Di dalam buku yang berjudul "Mirsad" ada dituliskan, 'Semua orang yang kekeramatan lahir melalui mereka adalah ditutup darinya dan tidak memperdulikan kondisi tersebut. Bagi mereka masa kekeramatan muncul melalui mereka dianggap sebagai masa perempuan keluar darah haid. Wali-wali yang hampir dengan Allah harus mengembara setidaknya seribu tingkat, yang pertama adalah pintu kekeramatan. Hanya mereka yang dapat melewati pintu ini tanpa dicederai akan meningkat ke tahap-tahap lain yang lebih tinggi. Jika mereka terlena mereka tidak akan sampai ke mana-mana.
Nabi saw bersabda, "Tidur orang alim lebih baik dari ibadah orang jahil". Orang alim adalah orang yang telah memperoleh pengetahuan tentang fakta atau yang nyata, yang tidak berhuruf, tidak bersuara. Pengetahuan demikian diperoleh dengan terus menerus berzikir nama keesaan Yang Maha Suci dengan lidah rahasia. Orang alim adalah orang yang zat dirinya diubah menjadi cahaya suci oleh cahaya keesaan. Allah berfirman melalui rasul-Nya: "Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya. Pengetahuan batin tentang hakikat roh adalah rahasia kepada rahasia-rahasia-Ku. Aku melemparkan ke dalam hati hamba-hamba-Ku yang baik-baik dan tidak ada tahu Kondisinya melainkan Aku."

"Aku adalah sebagaimana hamba-Ku mengenal Aku. Bila dia mencari-Ku dan ingat kepada-Ku, Aku besertanya. Jika dia mencari-Ku di dalam, Aku mendapatkannya dengan Zat-Ku. Jika dia ingat dan menyebut-Ku di dalam jemaah yang baik, Aku ingat dan menyebutnya di dalam jamaah yang lebih baik."

Segala yang dikatakan di sini jika ingin mencapainya perlu melakukan tafakur - cara mendapatkan pengetahuan yang demikian jarang digunakan oleh orang banyak. Nabi saw bersabda, "Satu saat bertafakur lebih bernilai dari satu tahun beribadah." "Satu saat bertafakur lebih bernilai dari tujuh puluh tahun beribadat." "Satu saat bertafakur lebih bernilai dari seribu tahun beribadat."

Nilai sesuatu amalan itu tersembunyi di dalam fakta kepada yang sebenarnya. Perbuatan bertafakur di sini tampaknya memiliki nilai yang berbeda.
Sesungguhnya tidak ada yang lain selain Allah dan diri kamu sendiri. Diri manusia itu bertentangan dengan Tuhan. Segala sesuatu itu tunduk kepada Allah dan diri manusia itupun adalah kepunyaan Allah. Pada diri manusia timbul angan-angan dan hawa nafsu. Oleh karena itu, jika kamu masuk ke yang haq dan melawan diri kamu sendiri, maka kamu telah masuk ke pihak Allah dan melawan diri kamu sendiri. Allah berfirman kepada Nabi Daus as, "Hai Daud, kepada-Ku-lah kamu kembali. Oleh karena itu, berpegang teguhlah kamu kepada-Ku. Sesungguhnya perbudakan yang sejati adalah melawan diri kamu sendiri karena Aku."  Karena itulah penghambaan kamu dan kedekatan kepada Allah menjadi kenyataan yang sungguh-sungguh. Karena itulah kamu mencapai kesucian dan kebahagiaan. Dan karena itulah kamu akan dimuliakan dan segalanya akan menjadi hamba kamu dan takut kepadamu, lantaran semuanya tunduk kepada Allah. Sebab, Dia-lah Pencipta dan tempat asal mereka, dan mereka telah menyatakan kehambaan mereka kepada Allah. Allah berfirman, "Seluruhnya memuji Allah, tetapi kamu tidak mengetahui pujian mereka."  Ini berarti segala yang ada di dalam alam ini sadar akan adanya Allah dan patuh kepada-Nya.

Allah SWT berfirman, "Kemudian Dia berkata kepadanya dan kepada dunia, Kemarilah kamu berdua dengan rela ataupun tidak."  Mereka berkata, "Kami datang dengan rela."

Oleh karena itu, segala penghambaan adalah melawan dirimu sendiri dan hawa nafsumu. Allah berfirman, "Janganlah kamu menuruti hawa nafsumu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah."

Selanjutnya Allah berfirman, "Jauhkanlah kehendak hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dan kerajaan-Ku melainkan hawa nafsu manusia."
Syirik itu bukan melulu menyembah berhala, tetapi termasuk juga di dalamnya adalah menuruti hawa nafsu dan menyekutukan apa saja yang ada di dunia dan di akhirat dengan Allah, karena apa saja selain Allah bukanlah Tuhan. Oleh karena itu, jika kamu tumpukan hatimu kepada sesuatu selain Allah, berarti kamu telah berbuat syirik. Maka, janganlah kamu menyekutukan Allah dengan jalan apapun juga, baik dengan jalan kasar maupun dengan jalan halus. Berjaga-jagalah selalu dan jangan berdiam diri, berhati-hatilah selalu dan waspadalah, semoga kamu beroleh keselamatan. Segala posisi dan kebaikan yang kamu peroleh, jangan kamu katakan bahwa ia datang dari kamu sendiri atau milik kamu yang sebenarnya. Jika kamu diberi sesuatu atau kenaikan pangkat posisi, janganlah kamu hebohkan kepada siapapun. Sebab, ia dalam pertukaran suasana dari hari ke hari itu, Allah selalu menampakkan keagungan-Nya dalam aspek-aspek yang senantiasa baru, dan Allah di antara hamba-hamba-Nya dengan hati-hati mereka. Bisa jadi apa yang dikatakan sebagai milik kamu itu akan dilepaskan-Nya dari kamu, dan bisa jadi apa yang kamu anggap kekal itu akan berubah keadaannya. Sehingga, jika hal itu terjadi kamu akan merasa malu kepada mereka yang kamu hebohkan itu. Maka, lebih baik kamu berdiam diri, simpan pemberian itu di dalam pengetahuan kamu saja dan tidak usah kamu sampaikan kepada siapapun. Jika kamu miliki sesuatu, ketahuilah bahwa itu adalah karunia Allah, bersyukurlah kepada-Nya dan mohonlah kepada-Nya supaya Dia menambahkan nikmat-nikmat-Nya kepadamu. Jika sesuatu itu lepas darimu, maka Dia akan menambah ilmumu, kesadaranmu dan kewaspadaanmu. Allah berfirman: "Apa saja ayat yang Kami nashkhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?" (QS 2:106)
Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah dengan dzikir yang di waktu waktu dan dengan istiqomah hitungan, tempat dan waktu. Patuhlah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya, agar nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. Oleh karena itu, janganlah meminta sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kehendakmu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah adalah kehendak nafsu badaniah. Jika persyaratan ini kamu turuti, maka ia akan merusak dirimu dan menjauhkanmu dari Allah. Patuhilah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, bertawakallah kepada-Nya dan jangan sekali-kali kamu menyekutukan-Nya. Dia-lah yang telah membuat nafsu dan kehendakmu. Oleh karena itu, janganlah kamu berkehendak, berkebutuhan atau bercita-cita untuk mendapatkan sesuatu, agar kamu tidak tercebur ke lembah syirik. Allah berfirman: "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS 18: 110)

rahasia-rahasia puasa dan kondisi batiniyahnya

Ketahuilah. bahwa puasa itu tiga lantai: puasa umum, puasa khusus dan puasa yang khusus dari khusus (lebih khusus lagi).

Adapun puasa umum. maka yaitu mencegah perut dan kemaluan dari pada memenuhi keinginannya. sebagaimana telah lalu penguraiannya. Adapun puasa khusus, maka yaitu pencegahan pendengaran, penglihatan. lidah. tangan, kaki dan anggota-anggota tubuh lainnya dari dosa. Adapun yang khusus dari khusus, maka yaitu puasa hati dari segala cita-cita yang hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya dari selain Allah "Azza wa Jalla secara keseluruhan. Dan hasillah berbuka dari puasa ini, dengan berpikir pada selain Allah 'Azza wa Jalla dan hari akhirat dan dengan berpikir tentang dunia. Kecuali dunia yang dimaksudkan untuk Agama. Maka yang demikian itu, adalah sebagian dari perbekalan akhirat dan tidaklah termasuk dunia. Sampai berkatalah orang-orang yang memiliki hati : "Barangsiapa tergerak cita-citanya, dengan bertindak pada siang-harinya untuk memikirkan bahan pembukaan puasanya, niscaya dituliskan suatu kesalahan kepadanya. Karena yang demikian itu, termasuk kurang kepercayaan dengan kumia Allah 'Azza wa Jalla dan kurang yakin dengan rezeki yang dijanjikan ".

Inilah tingkat nabi-nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang muqarrabin. Dan tak panjanglah pandangan tentang pengurainnya secara kata, tetapi tentang penelitiannya secara pelaksanaan. Karena itu adalah menghadapkan cita-cita sejati kepada Allah Azza wa Jalla. Dan berpaling dari selain Allah dan memakai akan pengertian firman Allah 'Azza wa Jalla:
قل الله ثم ذرهم في خوضهم يلعبون
(Qulillaahu tsumma dzarhum fii khaudlihim yal abuun).
Artinya: Katakanlah Allah., Kemudian biarkanlah mereka main-main dengan percakapan kosongnya " . (S. Al-An'aam, ayat 91). Adapun puasa khusus, yaitu puasa orang-orang shalih. Yaitu: mencegah segala anggota badan dari dosa. dan kesempurnaannya adalah dengan enam hal:
Pertama: memicingkan mata dan mencegahnya dari memperluas pandangan ke segala yang dicela dan dimakruhkan dan kepada tiap-tiap yang mengkhawatirkan dan melaiaikan hati dari mengingat Allah "Azza wa Jalla.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم
النظرة سهم مسموم من سهام إبليس لعنه الله, فمن تركها خوفا من الله آتاه الله عز وجل إيمانا يجد حلاوته في قلبه
(Annadhratu sahmun masmuumunmin sihaami Ibliisa la "-anahu! Laahu faman tarakahaa khaufan minalluuh: iiataahullaahu" Azza wa Jalla iimaanan yajidu halaawatahu fiiqalbih),
Artinya: "Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah Iblis yang telah kena kutukan Allah. Maka barangsiapa meninggalkan pandangan, karena takut kepada Allah, niscaya didatangkan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepadanya keimanan, yang diperolehnya kemanisan didalam hatinya". (1).

Diriwayatkan oleh Jabir dari Anas, dari Rasulu llah صلى الله عليه وسلم. bahwa ia bersabda:
خمس يفطرن الصائم : الكذب والغيبة والنميمة واليمين الكاذبة والنظر بشهوة
(Khamsun yufthirnash shaa-ima al-kadzibu wal-ghfi-batu wan namiimatu wal yamiinul kaadzibatu wannadhrubi syah-wah). Artinya: "Lima hal membukakan puasa dari orang yang berpuasa: berdusta, mengupat, menjadi lalat-merah. Bersumpah palsu dan memandang dengan nafsu ". (2).

Kedua: menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengupat, menjadi lalat-merah, berkata keji, berkata yang merenggangkan hubungan, kata permusuhan, kata yang mengandung ria. Dan mengharuskan berdiam diri serta menggunukan waktu untuk berzikir kepada Allah dan membaca Al-Quran.

1.Dirawikan Al HakimDari Huzaifah, Dan sahih isnadnya.
2.Dirawikan AlJabir dari Anas, KataAbu Hatim ArRazi, Hadis ini Bohong.

Inilah puasa lisan! Berkata Sufyan: "mengupat itu merusakkan puasa", diriwayatkan ini oleh Bisyir bin Al-Harits darinya. Diriwayatkan oleh lits dari Mujahid: "Dua hal merusakkan puasa: mengupat dan membohong". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya puasa itu benteng. Apabila seorang dari kamu berpuasa, maka janganlah berkata keji dan jahil. Dan kalau ada orang yang menyerang atau memakinya maka hendaklah ia mengatakan:" Aku ini berpuasa! Aku ini berpuasa! "(1). Tersebut pada hadist:" Bahwa dua orang wanita mengerjakan puasa pada masa Rasulullah صلى الله عليه وسلم . Lalu 'diserang keduanya oleh kesangatan lapar dan haus pada akhir siang, sehingga hampirlah keduanya binasa. Lalu keduanya mengirim utusan kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. memohon izin berbuka. Maka Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. mengirimkan kepada keduanya sebuah wadah, seraya mengatakan kepada utusan itu: "Katakanlah kepada kedua wanita itu:" Muntahkanlah kedalam wadah ini, apa yang telah engkau makan! "Maka muntahlah seorang dari keduanya setengah wadah darah semata dan daging mentah. Dan yang seorang lagi muntah seperti itu juga, sehingga penuhlah wadah itu dengang muntah keduanya. Maka heranlah manusia dari yang demikian itu. Lalu bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : "Keduanya ini telah berpuasa dari apa yang dihala.lkan oleh Allah untuk keduanya dan berbuka dengan apa yang diharamkan oleh Allah kepada keduanya. Yang seorang duduk bersama yang lain, mengupati manusia. Maka inilah apa yang dimakan oleh keduanya dari daging manusia itu! ". (2).

Ketiga: mencegah pendengaran dari mendengar segala yang makruh. Karena tiap-tiap yang haram diucapkan maka haram mendengarnya. Karena itulah, disamakan oleh Allah Ta'ala antara orang yang mendengar dan yang makan haram. Berfirman Allah Ta'ala:
سماعون للكذب أكالون للسحت
(Sammaa-'uuna lilkadzibi akkaaluuna lissuht). Artinya: "Mereka orang-orang yang suka mendengar untuk berdusta dan memakan yang haram. (S. Al-Maidah, ayat 42). Dan berfirman Allah Ta'ala:
لولا ينهاهم الربانيون والأحبار عن قولهم الإثم وأكلهم السحت
(Laulaaa yanhaa-humur rabbaniyyuuna wa! Ahbaaru'an qaulihimui itsma wa aklihimussuht).
Artinya: "Mengapa mereka tidak dilarang oleh anggota keTuhanan dan pendeta-pendeta dari mengucapkan perkataan dosa dam memakan yang haram?". (S Al-Maidah, ayat 63).

1 dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
2. Dirawikan Ahmad dari 'Ubaid, sanadnya tidak diketahui.

Maka diam mendengarkan upatan adalah haram. Berfirman Allah Ta'ala: "Bahwa kamu, jadinya seperti mereka". (S. An-Nisa, ayat 104). Dan karena itulah, bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Yang mengupat dan yang mendengar, adalah berserikat dalam dosa". (1).

Keempat: mencegah anggota-anggota tubuh yang lain dari segala dosa. Dari tangan dan kaki dan dari segala yang makruh serta mencegah perut dari segala harta syubhat, waktu berbuka. Maka tidak ada arti puasa, yaitu ia mencegah dari makanan yang halal, kemudian berbuka dengan makanan yang haram. Lalu serupalah orang yang berpuasa ini, seperti orang yang membangun sebuah istana dan meruntuhkan kota. Bahwa makanan yang halal itu, sesunggguhnya memberi melarat dengan banyaknya, bukan karena macamnya. Maka berpuasa itu, adalah menyedikitkannya. Dan orang yang meninggalkan memperbanyak obat karena takut dari kemelaratannya, maka ketika beralih kepada memakan racun, adalah dungu. Dan yang haram itu, adalah racun yang merusak agama. Dan yang halal adalah obat, yang bermanfaat sedikitnya dan memberi melarat banyaknya. Dan maksud dari puasa itu, ialah menyedikitkannya. Telah bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع والعطش
(Kammin shaa-imin laisa lahuumin shaumihi illal ju-'u wal'athasyu).
Artinya: "Banyaklah orang yang berpuasa, yang tidak ada baginya dari puasanya itu, selain lapar dan haus". (2).

Maka ada orang yang mengatakan yaitu: orang yang berbuka dengan yang haram. Dan ada yang mengatakan, yaitu: yang menahan diri dari makanan yang halal dan berbuka dengan daging manusia dengan pengupatan. Dan itu, adalah haram. Dan ada yang menyatakan, yaitu: orang yang memelihara anggotanya dari dosa.

Kelima: bahwa tidak memperbanyak makanan yang halal waktu berbuka, dimana rongganya penuh melimpah. Maka tidak adalah karung yang lebih dimarahi Allah 'Azza wa Jalla dari perut yang penuh dengan yang halal. Bagaimana dapatnya memperoleh manfaat dari puasa, memaksakan musuh Allah dan menghancurkan hawa nafsu, ketika diperoleh oleh yang berpuasa ketika berbuka, apa yang tidak diperolehnya pada siang hari? Kadang-kadang bertambah lagi, dengan berbagai macam warna makanan, sehingga berjalanlah kebiasaan dengan menyimpan segala macam makanan itu untuk bulan Ramadlan. Maka dimakanlah segala makanan itu didalam bulan Ramadlan, apa yang tidak dimakan dalam bulan-bulan ini.

1.Dirawikan At Thabrani dari Ibnu Umar dengan sanad dlaif,
2.Dirawikan AnNasa i dari Ibnu Majah dari Abu Hurairah.

Dan dimaklumi, bahwa maksud dari puasa, adalah mengosongkan perut dan menghancurkan hawa-nafsu, untuk memperkuat jiwa kepada bertaqwa.

Ketika perut ditolak dari makanan, dari pagi hari sampai sorenya, sehingga periit itu bergolak keinginannya dan bertambah kuat favoritnya, kemudian disuguhkan dengan makanan yang lezat-lezat dan kenyang, niscaya bertambahlah kelezatan dan berlipatgandalah kekuatannya serta membangkitlah dari nafsu syawat itu, apa yang diharapkan tadinya tenang, kalau dibiarkan diatas kebiasaannya. Maka jiwa dan rahasia puasa, adalah melemahkan kekuatan yang menjadi jalan setan dalam mengembalikan kepada kejahatan. Dan yang demikian itu, tidak akan berhasil, selain dengan menyedikitkan makanan. Yaitu: memakan makanan yang dimakan setiap malam jikalau tidak berpuasa.
Bila dikumpulkan apa yang dimakan pada pagi hari, pada apa yang dimakan pada malam, maka tidaklah-bermanfaat dengan puasanya itu. Bahkan sebagian dari adab berpuasa, tidak memperbanyak tidur pada siang hari, sehingga dirasainya lapar dan haus. Dan dirasainya lemahnya kekuatan. Maka jernihlah ketika itu hatinya serta bcrkekalanlah pada setiap malam sekedar kelemahan, sehingga ringanlah mengerjakan sholat tahajjud dan wirid-wiridnya. Semoga setan tidak mengelilingi hatinya, lalu dapat ia memandang kealam tinggi.

Dan malam Lailatu'l-qadar, adalah malam yang terbuka padanya sesuatu dari alam malakut. Dan itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah Ta'ala:
إنا أنزلناه في ليلة القدر
(Innaa anzalnaahu fiilailatilqadr).
Artinya: "Sesungguhnya (Al-Quran) itu, kami turunkan pada malam Lailatu'l-qadar (malam kemuliaan)", (S. Al-Qadr, ayat 1). Barang siapa membuat diantara hatinya dan dadanya, tempat penampung makanan, maka dia terhijab Nya. Dan barangsiapa mengosongkan perutnya, maka yang demikian itu belum cukup untuk mengangkatkan hijab, sebelum cita-citanya kosong, dari selain Allah 'Azza wa Jalla. Dan itulah urusan seluruhnya. Dan pangkal semuanya itu, adalah menyedikitkan makanan. Dan akan datang untuk itu, penjelasan lebih lanjut dalam Kitab Makanan, insya Allah 'Azza wa Jalla.

Keenam: adalah hatinya sesudah berbuka, tergantung dan bcrgoncang diantara takut dan harap. Karena ia tidak mengetahui, apakah puasanya diterima, maka dia menjadi bagian orang muqarrabin atau ditolak, maka dia menjadi bagian orang yang tercela (mamqutin). Dan harus ada seperti demikian. pada akhir tiap-tiap ibadah, yang baru selesai dikerjakan!

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Abi'l Hasan Al-Bashry, bahwa ia melewali suatu kaum, yang sedang tertawa besar. Maka ia berkata: "Bahwa Allah 'Azza wa Jalla menjadikan bulan Ramadlan, tempat persembunyian bagi machlukNya, dimana mereka tetap padanya mcntaatiNya. Maka dahululah suatu kaum, lalu mereka memperoleh kemenangan dan tertinggallah beberapa kaum, lalu merugilah mereka. Maka heran sekali bagi orang yang tertawa, yang bermain-main pada hari, dimana padanya memperoleh kemenangan orang yang telah dahulu dan merugi padanya orang-orang yang berjalan sia-sia. Demi Allah kalau terbukalah tutup. sungguh akan bekerja orang baik dengan berbuat kebaikan dan orang jahat dengan berbuat kejahatan. Artinya: "Adalah kegembiraan orang yang diterima amalannya, menjauhkan dia dari bermain-main. Dan kesedihan hati orang yang tertolak amalannya, menutupkan baginya pintu tertawa ".

Dari Al-Ahnal bin Qais, bahwa orang mengatakan kepadanya: "Bahwa tuan seorang yang sudah sangat tua dan puasa itu, melemahkan tuan".

Menjawab Al-Ahnaf: "Saya menyediakan puasa itu untuk perjalanan jauh. Dan bersabar diatas menta'ati Allah صلى الله عليه وسلم adalah lebih mudah dari bersabar dari azab Nya ".
Maka inilah segala pengertian batiniyah dalam puasa.

Kalau Anda berkata. bahwa orang yang menyingkat saja dengan pencegahan keingingan perut dan kemaluan serta meninggalkan segala pengertian ini, maka telah mengatakan segala ulama fiqih, bahwa puasanya sah, maka apakah artinya itu?

Maka ketahuilah, bahwa para ulama fiqih dhahiriah adalah menetapkan kondisi Dhahiriyah dengan dalil-dalil, yang lebih lemah dari dalil-dalil yang telah kami-sebutkan dalam kondisi batiniyah itu. Lebih-lebih tentang pengupatan dan semua yang menyamainya.

Tapi tidaklah kepada para fuqaha 'dhahiriah itu ditimbang, selain apa yang mudah kepada umum orang yang lalai, yang menghadapkan dirinya kepada dunia, yang masuk dibawahnya.
Adapun ulama akhirat, maka mereka bersungguh-sungguh dengan sahnya itu akan diterima. Dan dengan diterima, akan sampai kepada yang dimaksud. Mereka memahami, bahwa yang dimaksudkan dengan puasa, adalah berakhlak dengan salah satu dari akhlak Allah 'Azza wa Jalla, yaitu: tempat meminta dan mengikuti malaikat, tentang pencegahan dari hawa-nafsu sedapat mungkin. Para malaikat itu, suci dari segala hawa nafsu.

Dan manusia, derajatnya adalah diatas derajat hewan, karena kesanggupannya degan nur-akal, menghancurkan hawa-nafsunya. Dan kurang dari derajat malaikat, karena berkuasa hawa-nafsunya padanya. Serta ia dicoba dengan perjuangan menghadapi hawa-nafsu itu. Sewaktu manusia itu terjerumus kedalam hawa nafsu maka ia turun ketingkat yang paling bawah dan berhubungan dengan lumuran hewan. Dan sewaktu ia mencegah diri dari hawa-nafsu, niscaya terangkatlah ia ketingkat yang paling inggi dan berhubunganlah itu dengan tingkatan malaikat. Dan malaikat itu dekat dengan Allah 'Azza wa Jalla. Dan yang mengikuti para malaikat serta menyerupakan diri dengan peri-lakunya maka berdekatanlah itu dengan Allah 'Azza wa Jalla, sebagaimana dekatnya para malaikat itu. Karena menyerupai dengan orang yang dekat itu, maka menjadi dekat. Dan tidaklah dimaksudkan dengan dekat disitu, dengan tempat, tetapi dengan sifat. Saat inilah rahasia puasa pada para anggota akal dan ahli hati, maka apakah faedahnya mengemudiankan su ^ tu makan dan mengumpulkan dua makan ketika malam. serta membenamkan diri dalam hawa-nafsu yang lain sepanjang hari? Dan kalau untuk yang seperti ini, ada manfaatnya, maka apakah artinya sabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : "Berapa banyak orang yang berpuasa, yang tak ada puasanya selain lapar dan haus?" (1) "
Karena inilah, mengatakan Abu'd-Darda ': "Alangkah baiknya tidur dan berbuka orang-orang yang pandai, bagaimana mereka tidak mencela puasa dan tidak tidur malam orang-orang bodoh? Sebiji sawi dari orang yang berkeyakinan dan bertaqwa, adalah lebih utama dan lebih kuat dari pada seperti berbukit ibadah dari orang-orang yang tertipu dengan dirinya. Dan karena itulah. berkata sebagian ulama: "Berapa banyak orang yang berpuasa, berbuka dan berapa banyak orang yang berbuka, berpuasa? Orang yang berbuka puasa, adalah orang yang meniaga segala anggota tubuhnya dari dosa. ia makan dan minum. Dan orang yang berpuasa berbuka, adalah orang yang lapar dan haus dan melepaskan segala anggota tubuhnya. Dan barang siapa memahami akan arti dan rahasianya puasa, niscaya mengetahui, bahwa seumpama orang yang mencegah dirinya dari makan dan bersetubuh dan berbuka dengan bercampur aduk dengan dosa, adalah seperti orang yang menyapu salah satu dari pada anggotanya pada wudlu ', dengan tiga kali. Maka sesungguhnya telah sesuai pada dhahir jumlahnya, kecuali ia telah meninggalkan yang penting, yaitu: mencuci. Maka shalatnya tertolak lantaran kebodohannya. Dan seumpama orang yang berbuka puasa dengan makan dan ia mengerjakan puasa dengan segala anggota tubuhnya dari segala yang makruh, adalah seperti orang yang membasuh segala anggota wudlu'nya sekali-sekali, maka shalatnya diterima insya Allah, Karena nya ia berpegang pada pohon, meskipun ia meninggalkan taman. Dan seumpama orang yang mengumpulkan diantara keduanya, adalah seperti orang yang membasuh setiap anggota wudlu'nya, tiga-tiga kali, maka ia telah mengumpulkan diantara pohon dan kelebihan. Dan itu, adalah kesempurnaan namanya. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : "Bahwa puasa itu amanah, maka harus dipelihara oleh seseorang kamu akan amanahnya". (1) Sewaktu Nabi صلى الله عليه وسلم. membaca firman Allah 'Azza wa Jalla:
إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها
(Innallaaha ya-'murukun y an tuaddul amaanaati ilaa ahlihaa.) Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah (barang-barang kepercayaan) kepada yang punya". (S. An-Nisaa ', ayat 58), lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. meletakkan tangannya atas pendengaran dan penglihatannya, seraya bersabda: "Mendengar itu amanah dan penglihatan itu amanah".

Jikalau tidaklah itu dari amanah puasa, maka tidaklah Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Maka hendaklah ia mengatakan: bahwa aku ini berpuasa" . Artinya: bahwa aku simpan lisanku agar aku memeliharakannya. Maka bagaimanakah ia aku lepaskan dengan menjawab akan perkataan engkau?

Jadi, sudah teranglah, bahwa bagi setiap ibadah itu memiliki dhahir dan batin, kulit dan isi. Dan kulitnya itu memiliki beberapa derajat dan untuk setiap derajat memiliki beberapa lapisan. Maka kepadamulah sekarang, untuk memilih, apakah engkau cukupkan dengan kulit saja, tanpa isi atau engkau berpihak mencemplungkan diri kepada para anggota isi!
PASAL KETIGA: tentang praktek sunat dengan puasa dan susunan wirid padanya Ketahuilah, bahwa kesunatan puasa itu, dikuatkan pada hari-hari yang utama. Keutamaan hari-hari itu, sebagian ada pada tiap-tiap tahun, sebagian ada pada tiap-tiap bulan dan sebagian lagi pada tiap-tiap minggu.

Adapun yang dalam setahun sesudah hari-hari bulan Ramadlan, maka yaitu: hari 'Arafah, hari' Asyura, sepersepuluh pertama dari bulan Dzulhijjah dan sepersepuluh pertama dari bulan Muharram. Semua Bulan Haram (2), adalah tempat berat dugaan bagi puasa. Yaitu waktu-waktu yang utama. "Dan adalah Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . memperbanyak puasa bulan Sya'ban, sehingga disangka orang bahwa ia dalam bulan Ramadlan ". (3).

1.Dirawikan Al Kharaiti dari ibnu masud, isnad baik
2.Bulan Haram yaitu empat bulan dalam setahun. ZULKAEDAH, zulhijjah, muharram dan rejab, dinamakan demikian karena dilarang berperang padanya.
3.Dirawikan Bukhari Dan Muslim Dari Aishah

Dalam hadits tersebut: "Puasa yang lebih utama sesudah bulan Ramadlan, adalah puasa pada bulan Allah, Muharram". (1).

Karena bulan Muharam itu, awal tahun. Maka membangunnya diatas kebajikan, adalah lebih disunatkan dan diharapkan berlangsung berkatnya. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : "Puasa sehari dari bulan haram, adalah lebih utama dari tigapuluh hari bulan lainnya. Dan puasa sehari dari bulan Ramadlan, adalah lebih utama dari tigapuluh hari dari bulan haram". (2)

Pada hadits tersebut: "Barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan haram yaitu: Kamis, Jum'at dan Sabtu, niscaya dituliskan oleh Allah baginya setiap hari, sebagai ibadah sembilanratus tahun". (3).

Pada hadits tersebut: "Ketika telah berada senishfu (lebih dari limabelas hari) dari bulan Sya'ban, maka tak ada puasa lagi, sehingga Ramadlan" (4).

Karena itulah disunatkan berbuka (tidak berpuasa) sebelum Ramadlan beberapa hari. Kalau disambungkannya Sya'ban dengan Ramadlan, maka bisa (jaiz) juga. Dikerjakan yang demikian, oleh Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم sekali dan dipisahkannya antara Sya'ban dan Ramadlan (dengan tidak berpuasa) banyak kali. Dan tidak jaiz, dimaksudkan menerima Ramadlan, dengan dua atau tiga hari puasa, kecuali bertepatan dengan wiridnya. Dimakruhkan oleh sebagian Shahabat diambil bulan Rajab untuk berpuasa seluruhnya sehingga tidak menyerupai dengan bulan Ramadlan. Maka bulan-bulan yang utama itu, adalah bulan Zulhjjah, Muharram, Rajab dan Sya'ban dan bulan haram, yaitu: ZULKAEDAH, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Satu tunggal dan tiga berturut-turut. Dan yang lebih utama dari bulan haram itu, adalah bulan Dzulhijjah, karena padanya ibadah hajji, beberapa hari yang dimaklumi dan yang diperkirakan. Bulan ZULKAEDAH, adalah sebagian dari bulan haram dan sebagian dari bulan-bulan hajji. Dan bulan Syawal, adalah sebagian dari bulan-bulan hajji dan tidaklah ia termasuk bulan haram. Bulan Muharam dan bulan Rajab, tidaklah bagian dari bulan-bulan hajji.
Dalam hadits tersebut: "Tiadalah dari hari-hari yang melakukan praktek padanya, yang lebih utama dan lebih dicintai Allah 'Azza wa Jalla, dari hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Bahwa berpuasa sehari padanya, adalah menyamai dengan puasa setahun. Melakukan ibadah shalat satu malam daripadanya, menyamai dengan mengerjakan ibadah shalat pada malam Lailatu'l-qadar. Lalu orang bertanya: "Dan Tiadakah jihad di jalan Allah Ta'ala?"

1.Hadis Ini dirawikan Dari Abu Hurairah
2.Menurut AlIraqiBeliau tidak pernah menemukan hadis ini.
3.Dirawikan Al Azdi dari Anas termasuk dlaif.
4.Dirawikan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah, Hadith Sahih.

Maka Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab: "Dan tiadalah jihad di jalan Allah 'Azza wa Jalla, selain orang yang diletihkan kudanya dan ditumpahkan darahnya" (1).
Adapun puasa yang berulang-ulang dalam sebulan. maka yaitu awal, pertengahan dan akhir bulan. Dan pertengahannya, adalah hari-hari putih (terang-benderang siang-malam), yaitu: tangga tigabelas, empat belas dan limabelas.
Adapun yang berulang-ulang dalam seminggu, maka yaitu: hari Senin, Kamis dan Jum'at. Itulah hari-hari yang utama, disunatkan padanya berpuasa dan memperbanyak amal, karena berlipat-lipat pahalanya dengan barakahnya waktu-waktu tersebuL
Adapun puasa suntuk waktu, maka adalah melengkapi bagi keseluruhan serta tambahannya. Dan bagi orang-orang yang berjalan pada jalan Allah (orang-orang suluk atau salikin), padanya beberapa jalan. Diantara mereka, ada yang memakruhkannya, karena telah datang beberapa hadits yang menunjukkan kepada makruhnya.

Dan yang shahih (lebih sah), sesungguhnya dimakruhkan karena dua hal:
Pertama: bahwa tidak berbuka pada dua hari raya dan hari-hari tasyriq, maka itu adalah suntuk waktu seluruhnya.
Kedua: bahwa dengan berpuasa suntuk waktu itu, adalah tidak menyukai sunnah tentang berbuka. Dan orang yang selalu berpuasa itu, menjadikan puasa suatu larangan terhadap dirinya. Sedang Allah menyukai agar dilaksanakan keentengan yang dianugerahiNya, sebagaimana menyukai dilaksanakan segala kemauannya. Maka ketika sesuatu dari itu tidak ada dan melihat kebaikan bagi dirinya dalam berpuasa suntuk waktu, maka harus dikerjakannya yang demikian. Sesungguhnya telah dikerjakan itu oleh sekelompok Shahabat dan tabi'in. Diridlai Allah kiranya mereka itu sekalian. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. dalam apa yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy'ari: "Barangsiapa berpuasa dalam waktu seluruhnya, niscaya disempitkan kepadanya neraka jahanam dan dinomori sembilanpuluh". Artinya, tak ada baginya dalam neraka jahanam itu tempat.

Dan kurang dari itu, ada derajat yang lain. Yaitu: puasa setengah waktu, dengan cara, ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Yang demikian itu, adalah sangat memberatkan bagi diri dan lebih kuat memaksakannya. Dan telah datang mengenai kelebihannya, banyak hadits, karena hamba padanya, adalah diantara puasa sehari dan syukur sehari. Telah bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Didatangkan kepadaku kunci-kunci gudang dunia dan tempat penyimpanan dibumi, maka aku kembalikan semuanya. Dan aku mengatakan: Aku lapar sehari dan aku kenyang sehari. Aku memuji akan Engkau. Ketika aku kenyang dan aku merendahkan diri kepada Engkau, ketika aku lapar". (2).

1.Dirawikan Ibnu Majah dari Abu Hurairah
2.Dirawikan At Tirmidzi dariAbi Amamah

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : "Yang lebih utama puasa, adalah puasa saudaraku Daud. Adalah ia berpuasa sehari dan berbuka sehari". (1). Dan dari itulah "turun tangan Nabi صلى الله عليه وسلم . pada Abdullah bin Umar ra tentang puasa, dimana Abdullah mengatakan: "Bahwa saya sanggup lebih banyak dari itu". Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم: "Puasalah sehari dan berbukalah sehari!" Lalu Abdullah menghubungkan; "Bahwa aku berarti lebih baik dari itu!" Maka bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Tidak ada yang lebih baik dari itu!" (2).

Diriwayatkan "bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم . tidak berpuasa sekalikali sebulan penuh, selain dari bulan Ramadlan ". (3).

Dan siapa yang tidak sanggup berpuasa setengah waktu itu maka tak apalah dengan sepertiganya. Yaitu, dia berpuasa sehari dan berbuka duahari. Dan saat berpuasa tiga hari dari awal bulan, tiga hari ditengah dan tiga hari dipenghabisannya, maka itu adalah sepertiga dan jatuh dalam waktu-waktu yang utama. Dan jika berpuasa Senin, Kamis dan Jum'at, maka itu mendekati dengan sepertiga.

Apabila telah jelas waktu-waktu prioritas, maka yang sempurana adalah dipahami oleh orang banyak akan pengertian puasa. Dan bahwa maksudnya, adalah membersihkan hati dan menuangkan segala cita-cita bagi Allah "Azza wa Jalla. Orang yang memahami dengan yang halusnya dari kebatinan, melihat ia akan segala hal-ikhwalnya. Kadang-kadang diinginkan oleh keadaannya akan berlangsung cepat dan kadang-kadang diinginkan akan berlangsung berbuka. Dan kadang-kadang diperlukan niencampurkan berbuka dengan puasa.
Bila telah dipahami akan artinya dan telah dipastikan akan batasnya dalam menempuh jalan akhirat dengan muraqabah hati, niscaya tidak tersembunyi kepadanya kebaikan hatinya. Dan itu. tidak mengharuskan tertib yang terus-menerus. Dan karena itulah, diriwayatkan, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. : "Adalah berpuasa, sehingga dikatakan orang, ia tidak berbuka. Dan ia berbuka, sehingga ia dikatakan orang tidak berpuasa. Dan ia tidur, sehingga dikatakan orang itu tidak bangun dan ia bangun, sehingga dikatakan orang itu tidak tidur". (4) .

Dan adalah yang demikian itu, menurut apa yang terbuka baginya dengan nur kenabian, dari pada menunaikan segala hak waktu. Para ulama memandang makruh membuat berurutan diantara berbuka lebih banyak dari empat hari, karena penghargaan dengan hari raya dan hari-hari tasyriq.

1.Dirawikan Bukhari dan Muslim dari Abdullah Bin Amr.
2. Dirawikan Bukhari dan Muslim dari Abdullah Bin Amr
3.DirawikanBukhari dan muslim dari Aishah
4.Dirawikan Bukhari dan Muslim dari Aisyah dan Ibnu Abbas

Ulama-ulama itu, menyebutkan, bahwa yang demikian mengkesatkan hati, melahirkan keburukan adat kebiasaan dan membukakan pintu-pintu hawa-nafsu. Dan demi umurku, benarlah seperti yang demikian pada pihak kebanyakan manusia, lebih-lebih orang yang memakan sehari semalam dua kali.

Inilah yang kami maksudkan menyebutkannya dari urutan puasa sunat.

Wa'llahu A'lam bish-shawab? Allah yang mahatahu dengan kebenaran! Telah tammat Kitab Rahasia-Rahasia Puasa. Dan segala pujian bagi Allah dengan segala tempat pujiannNya semuanyaa, apa yang kita ketahui dari padanya dan apa yang tidak peduli ketahui diatas segala ni'matNya seluruhnya, apa yang kita ketahui darinya dan apa yang tidak kita ketahui. Rahmat Allah kepada penghulu kita Muhammad, keluarganya dan sahabatnya, serta sejahtera dan mulia dan kepada tiap-tiap hamba pilihan dari penduduk bumi dan langit.
Dan Allah yang menolong, tak ada Tuhan lain dari Dia. Dan tak adalah taufik bagiku, selain dari Allah. Mencukupilah bagi kami Allah dan sebaik-baik tempat menyerahkan diri.
Tentang yang wajib dan sunat, yang dhahir dan yang harus dengan merusak puasa. Adapun wajib yang dhahir, enam hal:
Pertama: mengintip awal bulan Ramadlan. Dan yang demikian itu dengan melihat bulan (ru'jah). Jikalau mendung, maka disempurnakan tiga puluh hari dari bulan Sya'ban. Dan kami maksudkan dengan ru'yah, adalah mengetahuinya. Dan hasil yang demikian itu dengan dikatakan oleh seorang 'adil. Dan tidaklah tetap awal bulan Syawal (hiial Syawal), melainkan dengan dikatakan oleh dua orang 'adil. Karena menjagakan (ihtiath) ibadah. Siapa yang mendengar dari seorang 'adil dan ia percaya perkataannya itu, serta berat sangkanya benar, maka haruslah ia berpuasa, meskipun kadli (penguasa atau pejabat Agama) tidak menjalankannya. Maka hendaklah masing-masing hamba mengikuti tentang ibadahnya menurut berat dugaannya (dhannya). Bila dilihat bulan disebuah negeri dan tidak terlihat dinegeri yang lain dan diantara kedua negeri itu, berjarak kurang dari dua marhalah, maka wajiblah puasa atas semuanya. Dan kalau lebih dari dua marhalah, niscaya bagi masing-masing negara itu, hukumnya sendiri. Dan tidaklah kewajiban berpuasa itu, melampaui ke negeri yang tidak melihat bulan.

Kedua: niat. Dan tak bisa tidak untuk setiap malam, berniat diwaktu malam (mubayyatah) yang tentu, lagi yakin. Kalau diniatkan puasa bulan Ramadlan sekali niat niscaya tidak memadai. Dan itulah yang kami maksudkan dengan kata kami: setiap malam. Dan kalau diniatkan pada siang hari, niscaya tidak memadai untuk puasa Ramadlan dan puasa fardlu lainnya, kecuali untuk puasa sunat. Dan itulah kami maksudkan dengan kata kami: diwaktu malam (mubayyatah). Kalau diniatkan berpuasa secara mutlak atau diniatkan fardlu secara mutlak, niscaya tidak memadai. Bertujuan: fardlu dari Allah Azza wa Jalla puasa Ramadlan.

Kalau diniatkan pada malam diragukan (malam keraguan, apakah ia masih bulan Ramadlan), akan berpuasa besok, jikalau ia dari bulan Ramadlan, niscaya tidak memadai. Karena malam keraguan itu, tidak yakin. Kecuali disandarkan niatnya kepada kata seorang saksi yang 'adil. Dan kemungkinan salah atau bohongnya saksi itu, tidaklah membatalkan keyakinan. Atau disandarkan kepada partisipasi suatu kondisi seperti syak hati pada malam penghabisan dari pada Ramadlan. Maka yang demikian itu, tidak mencegah keyakinan niat. Atau disandarkan kepada ijtihad, seperti orang yang ditahan didalam lubang tanah, ketika berat dugaannya akan masuknya Ramadlan dengan ijtihadnya. Maka keraguannya itu tidaklah mencegahnya dari niat. Sementara ia ragu pada malam diragukan, niscaya tidak bermanfaat akan yakinnya niat denga lisan. Karena niat itu, tempatnya hati dan tidaklah tergambar keteguhan maksud serta keraguan itu. Sebagaimana kalau ia mengatakan dipertengahan bualan Ramadlan: Saya akan puasa esok hari, jika besok itu dari bulan Ramadlan. Maka yang demikian itu, tidak memberi melarat kepadanya, karena itu merupakan keraguan kata-kata. Dan tempat niat tidaklah tergambar padanya keraguan. Tapi ia yakin, bahwa esok itu dari bulan Ramadlan.

Siapa yang meniatkan pada malam hari, kemudian ia makan, maka tidaklah merusakkan niatnya. Kalau berniat seorang wanita didalammasa berkain kotor, (didalam haid), kemudian ia suci (habis haidnya), sebelum terbit fajar, niscaya sahlah puasanya.

Ketiga: menahan diri dari memberikan sesuatu kedalam rongga, dengan sengaja, serta teringat puasa. Maka rusaklah puasa dengan makan, minum, memasukkan sesuatu dalam hidung dan memasukkannya dalam lobang dubur (tempat keluar air besar). Dan tidaklah rusak puasa dengan membetik, berbekam, bercelak, memasukkan alat pemakaian celak kedalam telinga dan kedalam al-ihlil (tempat keluar air kecil dari laki-laki atau lobang kecil dari tempat keluar susu wanita). Kecuali diteteskan kedalam al-ihlil, sesuatu yang sampai ketempat air kecil dari seseorang.

Dan apa yang sampai kedalam rongga badan, tanpa sengaja, dari debu jalan atau lalat yang masuk kedalam rongganya atau apa yangmasuk kedalam rongganya dalam berkumur-kumur, maka tidaklah membukakan puasa. Kecuali ketika bersangatan dalam berkumur-kumur, maka membukakan puasa. Karena ia teledor salah sendiri. Dan itulah yang kami maksudkan dengan kata kami: sengaja.

Adapun teringat puasa, maka kami maksudkan, diluar dari orang yang lupa. Maka tidaklah membukakan puasa bagi orang yang tupa. Orang yang makan dengan sengaja pada dua tepi siang, kemudian ternyata baginya, bahwa ia telah makan pada siang hari dengan sebenarnya, maka haruslah ia meng-qadla-kan puasa itu. Dan jikalau masih dalam hukum dhan dan ijtihadnya, maka tidak wajib qadla. Dan tidak seyogialah memakan pada dua tepi siang, selain dengan memperhatikan dan ijtihad.

Keempat; menahan diri dari bersetubuh. Dan batas bersetubuh adalah masuknya ujung kemaluan laki-laki (al-hasyafah). Jikalau bersetubuh karena lupa maka tidak membukakan puasa.

Jika bersetubuh pada malam hari atau bermimpi (ber-ihtilam), lalu datang waktu subuh sedang ia berjanabah (berhadats-besar) itu, maka tidak membukakan puasa. Dan kalau terbit fajar, dimana ia sedang bercampur dengan istrinya, lalu terus dilariknya, sahlah puasanya. Tetapi jika ia bertahan, niscaya rusaklah puasanya dan wajib ia memberikan kafarat puasa.

Kelima: menahan diri dari mengeluarkan mani (al-istimna '). Yaitu mengeluarakan mani dengan sengaja, dengan bersetubuh atau tanpa bersetubuh. Maka yang demikian itu membukakan puasa. Dan tidaklah membukakan puasa dengan memeluk istrinya dan tidak pula dengan tidur bersama, selama tidak inzal (keluar mani karena dorongan syahwat). Tetapi yang demikian itu makruh, kecuali ia orang tua atau dapat mengendalikan dirinya. Maka dalam hai yang demikian, tidak mengapa berpelukan. Dan meninggalkannya, adalah lebih utama. Ketika ia takut dari berpelukan akan inzal, maka berpeluk itu dan keluarlah maninya maka yang demikian itu membukakan pjiasa, karena salahnya sendiri (taqshir)

Keenam: menahan diri dari mengeluarkan muntah. Maka mengeluarkan muntah itu, merusakkan puasa. Dan jika termuntah, maka tidaklah merusak puasanya. Ketika menelan dahak dari kerongkongannya atau dadanya, niscaya tidaklah merusak puasanya. Karena merupakan suatu kelapangan (rukhshah), lantaran meratanya bahaya yang demikian itu. Kecuali ditelannya, setelah sampai kemulutnya, maka yang demikian itu membukakan puasa.

Adapun yang harus dilaksanakan dengan terbukanya puasa itu, empat hal: men-qadlakan, memberi kafarat, memberi fid-yah dan menahan diri pada siang hari itu, untuk nenyerupakan diri dengan orang yang berpuasa.

Tentang qadla, maka wajibnya adalah umum pada tiap-tiap muslim mukallaf, yang meninggalkan puasa dengan halangan ('udzur) atau tanpa halangan.

Wanita yang berkain kotor (ber-haidl), meng-qadla-kan puasa. Dan begitu pula orang yang murtad (orang yang keluar dari agama Islam, kemudian kembali kedalam Islam, maka haruslah meng-qadlakan puasanya). Adapun orang kafir, anak dibawah umur dan orang gila, maka tak adalah qadla diatas mereka. Dan tidaklah disyaratkan berurutan dalam neng-qadla-kan puasa Ramadlan. Tetapi di-qadla-kan menurut kehendak dari yang meng-qadla-kan, bercerai-cerai atau berkumpul berturut-turut. Tentang kafarat, maka tidak wajib, kecuali karena bersetubuh. Adapun mengeluarkan mani, makan, minum dan. selain bersetubuh, maka tidaklah wajib kafarat.

Kafarat, ialah memerdekakan seorang budak. Jika sulit, maka berpuasa dua bulan berturut-turut. Dan jika tidak sanggup, maka memberikan makanan enam puluh orang miskin, satu mud (secupak) untuk seorang. Tentang menahan diri dari siang hari itu yang masih ada, maka haruslah terhadap orang yang berdosa dengan berbuka itu atau bersalah pada berbuka. Dan tidaklah harus pada wanita yang berhaid, ketika datang
sucinya, menahan diri dari sisa harinya itu. Dan tidak pula atas orang musafir, ketika tiba kembali dari bepergian yang sampai dua marhalah itu dalam keadaan berbuka (tidak berpuasa).

Dan wajiblah menahan diri, ketika naik saksi melihat bulan, seorang adil pada hari-ragu. Berpuasa dalam bepergian adalah lebih utama dari berbuka, kecuali bila tidak sanggup. Dan jangan berbuka pada hari keluar bepergian, dimana ia tadinya bermukim pada awal safarnya (perjalanannya). Dan jangan pula berbuka pada hari kedatangan kembali, ketika ia datang dari perjalan itu dengan berpuasa.

Tentang fid-yah, maka wajiblah atas wanita hamil dan wanita yang menyusui, apabila keduanya berbuka, lantaran takut membawa melarat kepada anaknya. Fid-yah itu diwajibkan untuk setiap hari satu mud gandum (atau beras) untuk seorang miskin, serta meng-qadta-kannya. Dan orang yang sudah terlalu tua, saat tidak berpuasa, maka bersedekah setiap hari satu mud.

Adapun sunat, maka enam hal: mengemudiankan sahur, menyegerakan berbuka dengan kurma atau air sebelum shalat, meninggalkan menggosok gigi (siwak) sesudah zawal (tergelincir matahari), bermurah hati dalam bulan Ramadlan, karena prioritas-prioritas yang telah dijelaskan pada zakat dahulu. Bertadarus AI-Quran dan ber-i'tikaf di masjid, lebih-lebih pada sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadlan. Karena yang demikian, "Adalah Rasul صلى الله عليه وسلم. ketika masuk sepuluh yang terakhir, lalu melipatkan tikar, mengikatkan pinggang dan telah membiasakan dirinya dan keluarganya yang demikian (untuk melakukan ibadah) ". (1). Artinya: abadi menegakkan ibadah.

Karena pada sepuluh yang akhir itu, ada malam Lailatul-qadar. Dan yang lebih sering-kali, Lailatul-qadar itu pada malam yang ganjil dari sepuluh yang terakhir. Dan malam yang ganjil yang lebih mendekati, adalah malam satu (21), malam tiga (23), malam lima (25) dan malam tujuh (27). Dan berturut-turut dalam ber-i'tikaf ini adalah lebih utama. Jika bemadzar (berhajat) akan mengerjakan i'tikaf berturut-turut atau meniatkan berturut-turut, niscaya putuslah berturut-turutnya dengan. keluar dari masjid, tanpa ada kepentingan. Seperti kalau ia keluar untuk berkunjung pada orang sakit (iyadah) atau menjadi saksi atau mengantarkan janazah (mayat) atau berziarah atau membaharukan bersuci. Dan jikalau keluar untuk membuang air, niscaya tidak putus i'tikaf. Dan bisa ia berwudlu 'dirumah dan tidak seyogianya ia naik ke urusan lain.
"Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم. tidak keluar, kecuali untuk keperluan manusia (membuang air besar atau air kecil). Dan ia tidak menanyakan dari hal orang sakit, kecuali melewatinya saja ". (2).
1. dirawikan Bukhari dan Muslim dari Aisyah
2.Dirawikan Bukhari dan Muslim dari Aisyah

Dan putuslah berturut-turut, karena bersetubuh. Dan tidak putus dengan gemetar. Dan tidak mengapa didalam masjid memakai bau-bauan, melakukan perkawinan ('aqad-nikah), makan. tidur dan mencuci tangan di tempat cuci tangan, Semuanya ini kadang-kadang diperlukan dalam melakukan i'tikaf berturut-turut itu. Dan tidak terputus berturut-turut dengan mengeluarkan sebagian badan. "Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم. mendekatkan kepalanya, lalu disisirkan rambutnya oleh 'Aisyah ra, sedang' A'isyah berada didalam kamar ". (2). Sedangkan orang yang melakukan i'tikaf (mu'takif) itu, keluar untuk menunaikan kebutuhannya (melakukan qadla- hajat, membuang airbesar atau airkecil), lalu ketika kembali seyogialah mengulang kembali niatnya. Kecuali apabila ia telah berniat awalnya, sepuluh hari misalnya. Meskipun begitu, yang lebih baik, niat itu diperbarui.
Segala pujian bagi Allah yang telah menganugerahkan kebaikan yang sangat besar kepada setiap hambaNya, dengan menolakkan tipuan dan kecerdikan setan dari mereka. Dan menolakkan harapan dan mengecewakan sangkaan dari setan itu. Karena Allah telah menjadikan puasa suatu benteng dan kota pertahanan bagi segala AuliaNya. Dan membukakan bagi mereka dengan puasa itu segala pintu sorga. Serta memperkenalkan kepada mereka, bahwa jalan setan kedalam hati segala AuliaNya, adalah nafsu yang telah teguh kuat. Dan dengan mencegah segala hawa nafsu itu, maka jadilah jiwa yang aman tenteram, menampak keperkasaannya dalam menbasmikan musuh nya yang teguh cita-citanya. Dan shalawat kepada Muhammad, pemimpin segala makhluk dan yang mempersiapkan sunnah (jalan yang akan ditempuh). Dan kepada kaum keluarga dan para sahabatnya, yang memiliki pandangan mata yang tembus dan akal pikiran yang kokoh kuat. Kiranya Allah mencurahkan keamanan yang sebanyak-banyaknya kepada mereka! Kemudian dari itu, bahwa puasa adalah seperempat iman, menurut sabda Nabi saw.
الصوم نصف الصبر
(Ash-shaumu nishfush-Shabri). Artinya: "Puasa itu setengah sabar". (1). Dan menurut sabdanya lagi: الصوم نصف الصبر (Ash-shabni nishful iimaan). Artinya: "Sabar itu setengah iman". (2).

Kemudian, puasa itu memperoleh posisi yang istimewa, dengan disandarkan kepada Allah Ta'ala, bila dibandingkan dengan rukun-rukun Islam lainnya. Karena firman Allah Ta'ala, menurut yang diceritakan Nabi صلى الله عليه وسلم. : كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف إلا الصيام, فإنه لي وأنا أجزي به

1.Dirawikan At Tirmidzi dari seorang laki-laki dari suku Bani Salim. Dan Ibnu Majah dari Abi.Hurairah.
2.Dirawikan Abu Na'im dari Ibnu Mas'ud dengan sanad baik.

Kemudian, puasa itu memperoleh posisi yang istimewa, dengan disandarkan kepada Allah Ta'ala, bila dibandingkan dengan rukun-rukun Islam lainnya. Karena firman Allah Ta'ala, menurut yang diceritakan Nabi صلى الله عليه وسلم. : كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف إلا الصيام, فإنه لي وأنا أجزي به
(Kullu hasanatin bi-'asyri amtsaalihaa ilaa sab'-i-mi-' ati dli'-fin illash shiyaamu fainnahuulii wa ana ajzii bih). Artinya: "Setiap perbuatan baik, pahalanya sepuluh kali, sampai kepada tujuh ratus kali, selain puasa. Maka puasa itu adalah bagiKu dan Aku akan membalasnya (1).

Berfirman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang yang berhati teguh (sabar) itu akan dibayar pahalanya dengan tidak terbatas". (S. Az-Zumar, ayat 10).

Dan puasa itu, adalah setengah (nishfu) sabar. Maka pahalanya melampaui hukum penentuan dan penghitungan. Cukuplah bagi Anda untuk mengetahui kelebihannya, akan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Demi Allah yang jiwaku dalam tanganNya sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa, akalah lebih harum di sisi Allah dari bau kesturi. Berfirman Allah Ta'ala:" Sesungguhnya orang yang berpuasa itu meninggalkan hawa nafsu, makanan dan minuman karenaku. Maka puasa itu untukKu dan Aku akan membalasinya ". (2).

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : للجنة باب يقال له الريال لا يدخله إلا الصائمون وهو موعود بلقاء الله تعالى في جزء صومه "Sorga itu memiliki sebuah pintu, yang dinamakan" Ar-Rayyan ", yang tidak memasuki pintu itu, selain orang-orang yang berpuasa. Dan dijamin dengan menemukan Allah Ta'ala pada balasan puasanya". (3).

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : للصائم فرحتان : فرحة عند إفطاره, وفرحة عند لقاء ربه "Orang yang berpuasa itu memiliki dua kesenangan: kesenangan ketika berbuka dan kesenangan ketika bertemu denga Tuhannya". (4).

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : 'Setiap sesuatu itu memiliki pintu. Dan pintu ibadah adalah puasa ". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. : "Tidur orang yang berpuasa itu ibadah".
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Apabila masuk bulan Ramadlan, maka terbukalah segala pintu sorga dan Terkuncilah segala pintu neraka dan dirantaikan segala setan. Dan berserulah seorang penyeru:" Wahai orang yang ingin berbuat kebajikan! Marilah kamu! Wahai orang yang ingin berbuat kejahatan! Hentikanlah dari kejahatan itu! "(5).

Mengatakan Waki tentang firman Allah Ta'ala: "Kuluu wasyrabuu hanii-an-bimaa aslaftum fil-ayyaamil khaaliyah". Artinya: "Makan dan minumlah dengan penuh kepuasan, karena

1. Dirawikan Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
2. Dirawikan Al Bukhari dan Muslim, sebagian dari hadits yang lalu.
3. Dirawikan Al Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Saad.
4. Dirawikan Al Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah.
5. Dirawikan Al Tirmidzi dan katanya, hadits gharib.

(Perbuatan baik) yang telah kamu kirimkan lebih dahulu dihari yang lampau ".-S. Al-Haqqah, ayat 24, adalah yang dimaksudkan dengan hari yang lampau itu, adalah hari-hari puasa. Karena mereka telah meninggalkan padanya makan dan minum.

Telah dikumpulkan oleh Rasulu'Iah صلى الله عليه وسلم. dalam tingkatan membanggakan, diantara zuhud didunia dan puasa, dengan sabdanya: "Bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala membanggakan pada para malaikat dengan seorang pemuda yang beribadah banyak dengan firmanNya:" Wahai pemuda yang meninggalkan hawa nafsunya karenaku, yang menyerahkan kemudaannya-Ku! Engkau di sisiku adalah seperti sebagian para malaikatku ". (1).

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. tentang orang yang berpuasa: "Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:" Lihatlah wahai para malaikatku kepada hambaKu yang meninggalkan hawa nafsunya, kesenangannya dan makan minumnya dari karenaku ".
Ada yang mengatakan tentang firman Allah Ta'ala:
فلا تعلم نفس ما أخفي لهم من قرة أعين جزاء بما كانوا يعملون
(Falaa Ta'-lamu nafsun-maa ukhfia lahum min qurratt a'yunin jazaa-an bimaa kaanuu ya'-maluun). Artinya: "Seorangpun tidak mengetahui cahaya mata yang disembunyikan untuk mereka, sebagai pembalasan apa yang telah mereka kerjakan". - S. As-Sajadah, ayat 17, bahwa praktek mereka itu, adalah puasa. Karena Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang berhati teguh (sabar) itu akan dibayar cukup pahalanya dengan tidak terbatas". (S.Az-Zumar, ayat 10). Maka dituangkan bagi orang yang berpuasa, pembalasannya dan dilebihkan dengan kelebihan tanpa takaran. Dan yang demikian itu tidak masuk dibawah sangkaaan dan penilaian.

Maka layaklah adanya yang demikian itu! Karena puasa adalah untukNya dan itu tanda kemuliaan, dengan disangkutkan kepadaNya. Meskipun ibadah itu seluruhnya, adalah untukNya, sebagaimana dimuiiakan sebuah rumah (al-bait), dengan disangkutkan kepada (Baitu'llah), pada hal bumi seluruhnya miliknya, adalah karena dua pengertian: Pertama: bahwa puasa itu mencegahkan dan meninggalkan. Dan pada puasa itu sendiri ada rahasia. Tak ada padanya perbuatan yang terlihat. Sedang segala praktek ta'at adplah dengan dipersaksikan dan dilihat oleh orang banyak. Dan puasa itu tidak ada yang melihatnya selain Allah Azza wa Jalla. Dari itu, puasa adalah amalan pada batin dengan kesabaran semata-mata.

1.Dirawikan Ibnu Uda dari Ibnu Mas'ud, dengan sanad dla'if

Kedua: bahwa puasa itu adalah paksaan bagi musuh Allah 'Azza wa Jalla. Sesungguhnya jalan bagi setan-dikutuk oleh Allah dia kiranya-adalah hawa-nafsu. Dan hawa nafsu itu kuat dengan makan dan minum. Karena itulah, bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم
إن الشيطان ليجري من ابن آدم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع
(Innasy-syai thaana layajri minibni Aadama majraddami fadlayyiquu majaariyahu tagihan-ju). Artinya: ' Bahwa setan berjalan dari anak Adam pada tempat jalan darahnya. Maka sempitkanlah tempat jalannya dengan.lapar ". (1)

Karena itu, bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. ke 'A'-isyah ra: , داومي قرع باب الجنةTerus meneruslah mengetuk pintu sorga! "Bertanya 'A'-isyah ra: : بماذا "Dengan apa?" Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم : بالجوع "Dengan lapar!" (2). Dan akan datang prioritas lapar pada Kitab Kelobaan Makanan Dan Mengobatinya, dari bagian (rubu '): Yang Merusak. Tatkala puasa itu khususnya adalah pencegahan bagi setan, penghambatan bagi tempat-tempat yang dilaluinya, penyempitan bagi tempat-tempat yang ditempuhnya, maka berhaklah puasa itu dikhususkan penyangkutannya kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Maka pada mencegah musuh Allah itu, adalah menolong (agama) Allah swt Dan menolong Allah Ta'ala adalah terhenti kepada menolongnya. Berfirman Allah Ta'ala:
إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامك م
(In tanshurUllaaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum). Artinya: "Kalau kamu menolong Allah (agamaNya) tentu Allah akan menolong kamu dan mengokohkan tegakmu". (S. Muhammmad, ayat 7).

Maka permulaannya, adalah dengan perjuangan dari hamba dan pembalasan dengan petunjuk dari Allah 'Azza wa Jalla. Karena itulah, berfirman 'Allah Ta'ala:
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
(Walladziina jaa haduu fiina lanah diyannahum subulanaa). Artinya: "Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami". (S. Al-Ankabut, ayat 69)

1.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Shafiyah.
2.Menurut Al-lraqi, ia tidak pernah menemukan hadits ini.

Dan berfirman Allah Ta'ala: إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم "Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum, sebelum mereka merobah keadaan diri mereka sendiri". (S. Ar-Ra'd, ayat 11).

Dan bahwasanya perubahan itu ialah: pembanyakan, hawa nafsu. Maka hawa nafsu adalah tempat bersenang-senang dan tempat menjaga diri setan-setan. Maka selama hawa-nafsu itu subur niscaya tidak putus-putus lah setan-setan itu pulang-pergi. Dan selama mereka pulang-pergi, niscaya tidak terbukalah bagi hamba akan kebesaran Allah swt Dan adalah ia terdinding dari menjumpainya.

Bersabda Nabi saw لولا أن الشياطين يحومون على قلوب بني آدم لنظروا إلى ملكوت السموات jikalau tidaklah setan-setan itu berkeliling diatas hati anak Adam, niscaya anak-anak Adam itu melihat kealam malakut yang tinggi ". (1). Maka dari segi ini, jadilah puasa itu pintu ibadah dan benteng. Dan ketika besar kelebihannya sampai ke batas ini, maka tak bisa tidak dari menerangkan kondisi, yang dhahir dan yang batin dengan menyebutkan rukun-rukun, sunat-sunat dan persyaratannya yang batin.
DI UMPAMAKAN POHON JIKA INGIN MENANAM POHON YANG BISA DIPAKAI BERNAUNG ORANG BANYAK DAN KUAT MELINDUNGI MAKA HARUSLAH DITANAM YANG DALAM SAAT MENANAM BIJI POHON ITU AGAR AKARNYA KUAT MENGGURAT KE DALAM BUMI DAN JIKA JADI POHON BESAR TIDAK MUDAH ROBOH SAAT ANGIN BESAR MENERPA.
jika mau menjadi orang yang bisa menaungi keluarga juga orang lain, maka seharusnya harus menanam diri tak terlihat oleh orang lain, mengistiqomahkan diri tertanam menjalankan amaliyah, tidak sering terlihat di masyarakat, dan tidak sering kumpul nongkrong, agar diri tercetak menjadi pohon yang mempunyai keimanan yang teguh tak gampang tumbang ketika menerima angin cobaan dan ujian, sehingga orang yang berteduh merasa aman dari diri kita yang tumbang.

Tuesday, 9 July 2013

Rasulullah s.a.w bersabda:
Semua kamu (yang berpikir) tentang Zat Allah adalah orang dungu.

Upaya akal untuk menembus Hijab Keteguhan adalah sia-sia. Jika dipaksa juga tidak ada yang ditemukan melainkan kemungkinan menjadi gila. Sebab zat Allah itu bukan bagian dari apa yang bisa dipikirkan dengan logika, karena bukan konsumsi logika dan logika tak akan menemuinya, sebab Allah itu bukan bagian dari alam ini, dan molekulnya, Allah itu penciptanya Alam ini. Bukan bagian dari alam semesta.

Begitulah makrifat Allah s.w.t melalui akal. Tercerahkan dengan akal menjadi dasar kepada makrifat melalui zauk atau pandangaan mata hati. Anggota Allah swt. meningkatkan imannya dengan membenamkan dirinya ke dalam ibadah dengan sungguh-sungguh. Mereka berpuasa pada siang hari dan shalat di malam hari. Ada antara mereka yang bersembahyang lebih 500 rakaat sehari, khatam membaca Al-Quran setiap hari dan berpuasa sepanjang tahun. Jika Allah izinkan, mereka akan mengalami hakikat wujud Zat Allah swt. yang sulit untuk dijelaskan akal dan penjelasan yang bagaimanapun.

Pengalaman makrifat menurut akal berhenti pada pernyataan: "Semata-mata zat, yang maujud hanya Wajibul Wujud", atau dzat yang wujudnya wajib, karena adanya ciptaaaNya, Pengalaman tercerahkan secara zauk pula berakhir pada: "Zat yang kosong dari makhluk, yang maujud hanya Allah swt. Sudah ada Allah swt. dan tidak sesuatu beserta-Nya. Dia sekarang adalah tetap sebagaimana sebelumnya."

Ungkapan ini bukan untuk diperdebatkan atau dijelaskan dengan rinci karena ia telah melewati batas ilmu tak sesiapapun bisa menjelaskannya, karena apa yang dijelaskan itu adalah apa yang kelihatan dan dapat ditangkap indra bisa dijelaskan, karena adanya penyesesuaian dan persamaan, siapa si UDIN si udin itu orangnya setinggi tukul, mulutnya seperti dono, kumisnya seperti opi kumis, nah penjelasan itu bisa dijelaskan karena ada persamaannya, sedang Allah tak ada yang menyerupainya,

Makanya tidak bisa dijelaskan dengan permisalan yang lain. Ini adalah pengalaman rohani, dinamakan penyaksian hakiki mata hati, tatkala hilang rasa wujud diri dan sekalian yang maujud, hanya Wujud Allah swt. yang nyata, semata-mata Allah SWT dan segala sesuatu Allah swt. Kondisi ini dicapai setelah melewati makam-makam ilmu, amal, berserah diri, rido, ikhlas, lalu masuk ke dalam makam tauhid yang hakiki.
Sudah ada Allah swt. dan tidak sesuatu beserta-Nya.
Allah sekarang adalah Allah yang dahulu juga.
Juga Allah yang kapanpun juga, Allah itu bersifat abadi, kekal, tak ada awal juga tak ada akhir.

Pengalaman rohani adalah aneh menurut kacamata akal. Ini adalah satu kondisi terlepasnya ikatan kesadaran terhadap diri sendiri dan dikuasai oleh kesadaran yang lain. Jika ingin memahami akan kesadaran-kesadaran yang mempengaruhi kesadaran manusiawi itu terlebih dahulu perlu dipahami tentang kejadian manusia itu. Manusia yang bertubuh badan dapat diistilahkan sebagai alam jasad. Alam jasad mendiami alam dunia. Hubungan yang erat antara alam jasad dengan alam dunia menyebabkan pengaruh alam dunia ke alam jasad sangat kuat. Alam jasad menerima pengaruh alam dunia dan menganggapnya sebagai kesadaran dirinya sendiri. Ia tidak dapat lagi membedakan antara kesadaran jasad yang asli dengan kesadaran duniawi yang menguasainya.

Alam dunia itu berada di dalam lingkupan Alam Malakut (alam malaikat). Alam Malakut menguasai alam dunia dan alam jasad. Energi malaikat-malaikat menjadi energi kepada dunia dan jasad yang menyebabkan dunia dan jasad bisa bergerak. Sistem yang berjalan rapi di dunia dan jasad adalah disebabkan oleh energi malaikat yang bekerja dengan tepat mengawalnya. Hisap udara, kerlipan mata, peredaran darah, pertumbuhan rambut dan kuku, gerakan otot dan semuanya adalah hasil dari tindakan malaikat meskipun manusia tidak menyadarinya. Perjalanan matahari, penurunan hujan, angin dan semua aktivitas benda-benda dunia dihasilkan dari tindakan malaikat-malaikat. Relevansi antara jasad, dunia dan malakut adalah umpama sebatang pohon kelapa di atas sebuah pulau di dalam laut. Pohon kelapa tidak terpisah dari pulau dan tidak terpisah dari laut. Air laut meresap ke dalam tanah pulau dan air yang sama juga meresap ke dalam akar, batang, daun dan seluruh pohon kelapa. Pohon kelapa memperoleh energi pertumbuhan dari air laut yang meresap ke dalamnya. Begitulah ibaratnya energi malaikat yang menjadi sistem aktivitas manusia.

Alam Malakut dengan segala isinya termasuk dunia dan jasad berada di dalam Alam Jabarut. Jabarut bukanlah alam seperti yang dipahami. Jabarut berarti sifat Allah s.w.t. Ini berarti malakut, dunia dan jasad adalah efek dari kemampuan sifat atau dikatakan juga perbuatan yang dihasilkan oleh sifat. Jabarut pula dikuasai oleh Lahut yaitu Zat Ilahiat. Malakut, dunia dan jasad diistilahkan sebagai sekalian alam, merupakan perbuatan yang dikuasai oleh sifat dan sifat pula dikuasai oleh zat. Ini berarti tidak putus hubungan di antara Lahut kepada Jabarut kepada malakut kepada dunia dan kepada jasad.

Jika dilihat pada lapisan yang paling luar akan kelihatanlah gerakan benda-benda. Jika direnungkan ke lapisan yang lebih mendalam sedikit kelihatanlah pula gerakan benda-benda dihasilkan oleh energi malaikat. Jika dilihat ke lapisan yang lebih mendalam akan terlihat pula pergerakan benda-benda dan energi malaikat merupakan perbuatan Tuhan. Jika dilihat ke lapisan yang lebih dalam akan tampak pula sekalian perbuatan Tuhan itu adalah efek dari kemampuan sifat Allah swt Jika dilihat pada lapisan yang paling dalam akan kelihatanlah bahwa sekalian alam yang muncul karena perbuatan Tuhan, perbuatan itu lahir dari kemampuan sifat Tuhan dan sifat pula bersumberkan zat Ilahiat. Jika dilihat semuanya tanpa terdinding antara satu dengan yang lain maka kelihatanlah bahwa zat Ilahiat menguasai segala sesuatu.

Bila semuanya sudah sempurna kedudukannya maka Allah swt mengwujudkan sesuatu yang sangat istimewa. Ia adalah roh manusia. Roh manusia adalah sesuatu yang dari Allah swt, tiupan Roh Allah, berkait dengan Zat Allah, tidak dapat dinisbahkan kepada apa saja melainkan kepada Allah, tetapi ia bukanlah Allah karena "Tidak sesuatu yang menyamai-Nya". Roh manusia yang dinisbahkan kepada Allah swt inilah yang paling mulia:

Kemudian ketika Aku sempurnakan kejadiannya (Adam), dan Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku maka hendaklah kamu sujud kepadanya. (Ayat 72: Surah Saad)

Kemuliaan roh manusia yang Allah tiupkan dari Roh-Nya menyebabkan malaikat-malaikat kena sujud kepada Adam. Roh pada martabat ini adalah urusan Allah s.w.t:

Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhanku". (Ayat 85: al-Israa')
Bagaimana atau apakah hubungan roh dengan Allah swt? Perkaitannya adalah Rahasia Allah SWT yang manusia tidak diberi pengetahuan tentang kecuali sedikit saja. Roh pada martabat Rahasia Allah swt inilah yang sudah mengenal Allah swt dan menyaksikan bahwa:
Sesungguhnya Allah Maha Esa. Tidak sesuatu beserta-Nya.

Roh yang terkait dengan Allah swt menghadap kepada Allah swt dan dikuasai oleh kesadaran yang hakiki atau penglihatan rohani yang hakiki atau kesadaran tauhid yang hakiki.

Roh urusan Allah swt itu kemudian terkait pula dengan perbuatan Allah swt yaitu alam. Unsur alam yang menerima hubungan dengan roh urusan Allah swt itu disebut roh juga. Roh jenis kedua ini menghuni alam seperti makhluk Tuhan yang lain juga. Tempat roh tersebut adalah Alam Arwah {alam roh}. Roh yang mendiami Alam Arwah ini kemudian terkait pula dengan jasad. Jasad yang berkait dengan roh menjadi hidup dan disebut manusia. Perjalanan dari atas ke bawah ini dinamakan:
innaa lillahi
Kami datang dari Allah s.w.t.
Karena manusia datang dari Allah swt mereka berkewajiban pula kembali kepada Allah swt.
wa innaa ilaihi roji'uun
Kepada Allah s.w.t kami kembali.
Ada perbedaan antara sifat iblis dengan hawa nafsu. Sifat iblis adalah pendatang haram sementara hawa nafsu adalah tuan rumah yang mengizinkan pendatang haram tinggal di rumahnya. Tidak mungkin ada sifat yang menyalahi ubudiyah jika tidak ada keinginan. keinginan itu yang menjadikan seseorang lantas menyalahi dan menyeleweng dari arah tujuannya, mau ke suatu tempat, di jalan melihat tukang bakso, lantas ingin beli bakso, juga ketika menerima amanah kepercayaan, misal kekuasaan, karena punya keinginan kaya lantas kedudukannya di pakai memperkaya diri sendiri, Malaikat tidak memiliki hawa nafsu, sebab itu mereka selalu taat dan menjalankan tugas mereka dengan sempurna, tak ada malaikat yang nongkrong di warung pecel pasar, istirahat dulu ketika mau mencabut nyawa seseorang, juga malaikat walau wanita secantik apapun, akan tetap di cabut nyawanya ketika Allah memerintah di cabut nyawanya, dan itu bukan menganiaya, karena telah membunuh wanita cantik atau bayi yang tak berdosa, karena itu semata mata menuruti perintah Allah bahkan mereka tidak tahu berbuat durhaka kepada Allah swt, Matahari tidak ada keinginan, sebab itu ia tidak menyimpang dari orbitnya. tak pernah kan sekali waktu, matahari nelonong, malam malam nongol karena ada konser dangdut, cuma karena konsernya malam, jadi waktu siang dia ndak bisa ngelihat, Manusia memiliki hawa nafsu sebab itu manusia dapat berbuat tidak taat dan bisa lari dari jalan lurus yang disajikan kepada mereka, dan manusia selalu terseret oleh banyaknya bayang banyang keinginan, ingin bakso karena membayangkan nikmatnya, sudah membeli bakso, ingin bakso lain, karena di kiranya gak sama rasanya. seorang lelaki ingin punya perempuan lain, karena mebayangkan kalau rasanya tak sama.

Iblis dan antek-anteknya yaitu setan bertindak memberikan saran dan rekomendasi tetapi tidak kuat menggerakkan setiap anggota manusia untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan. sebab iblis tidak di beri ijin untuk menjajah manusia, tapi hanya di beri ijin untuk menggoda manusia, juga tak di beri ijin untuk menyerang manusia dengan perang terbuka, entah bagaimana jika iblis itu di beri ijin untuk berperang dengan manusia, niscaya manusia akan binasa, karena kuatnya iblis dalam perhitungan logika, Tetapi, jika hawa nafsu menerima rekomendasi dan saran iblis itu maka hawa nafsu berkuasa memaksa anggota tubuh badannya supaya berbuat sebagaimana yang disarankan oleh iblis itu. syaitan menuangkan berbagai gambaran dan bayangan ke dalam hati manusia, melalui urat urat, mengaliri darah, dan seperti tontonan bioskop yang memenuhi pemikiran manusia, dan memanas manasinya sampai manusia itu mau menjalankan, dan tau akan berhenti sampai manusia itu melakukan satu kesalahan, dan mengulang kesalahan, dan sampai manusia itu merasa kesalahan itu jadi kebiasaan dan kebuuhan, ketagihan, dan sampai sudah teramat berat lagi karena sudah sakau dalam menjalankan kesalahan dan dosa, Iblis menyalurkan sifat-sifat, dan hawa nafsulah yang menerima dan memakai atribut tersebut. Satu hal yang signifikan adalah rekomendasi atau ide yang disampaikan oleh iblis dan setan kepada hawa nafsu itu dirasakan oleh hawa nafsu bahwa saran itu datang dari dirinya sendiri, bukan disalurkan kepadanya dari sumber lain. karena pintarnya dan liciknya syaitan membuat perumpamaan dan gambaran pada nafsu, sehingga nafsu terbelai belai, seperti bayi yang di buai buaian ibunya. sampai manusia merasa yang kesenangan itu adalah tujuan sebenarnya, dosa itu adalah kenikmatan yang sejati dan harus di perjuangkan.

Hawa nafsu akan mempertahankan pendapat iblis dan setan yang diterimanya itu seperti dia mempertahankan pendapatnya sendiri bahkan dia menepuk dada mengakui bahwa pendapat tersebut adalah pendapatnya sendiri. Begitulah kebodohan dan kesombongan hawa nafsu yang tidak menyadari dirinya ditunggangi oleh iblis dan setan. Ketika dia menerima rekomendasi dari iblis dan setan dia memberontak kepada Tuhan dan melakukan syirik terhadap-Nya. manusia yang sadar akan mengembalikan pokok tujuan diri di ciptakan, memandang awal juga akhir perjalanan, sehingga bisa membedakan mana tipuan iblis yang akan menjerumuskan. dan mana ajakan kepada kebenaran. tak semua yang menyenangkan itu adalah benar, dan tak semua yang menyakitkan itu adalah kesengsaraan, dalam hakikatnya.

Friday, 5 July 2013

Sang Kyai 65

Jam menunjukkan jam 10 malam, baru saja buka internet, ada telpon masuk, katanya ada orang kesurupan yang mau datang dari Cirebon, tapi sekarang lagi ditangani di sebuah mushola, dan akan dibawa ke rumahku, sekarang lagi ngamuk-ngamuk di mushola dipegangi 8 orang, apa aku mau menerimanya jika dibawa kerumahku? Ku jawab tak apa-apa, dibawa saja datang, pasti ku terima.

Ku tunggu sampai jam 11 lebih, kenapa tak juga datang, padahal jarak mushola yang dimaksud dengan rumahku juga paling sejarak 1 KM, kenapa tak juga datang? Heran, padahal yang mengantar katanya ada 1 orang muridku. Tetap saja ku tunggu, akhirnya mobil yang membawa perempuan kecil yang kerasukan itupun datang, dan awalnya ku lihat pas datang sebelum masuk rumahku, dipegangi orang, segera ku tatakan tempat untuk tiduran yang nyaman, dan anehnya yang kerasukan kenapa anteng saja, dan diam saja seperti tiduran tak bergerak.

“Katanya tadi ngamuk-ngamuk?” tanyaku pada semua orang yang membawanya ada 9 orang.

“Iya pak, tadi ngamuk, malah di mobil juga ngamuk-ngamuk. kami kuwalahan.” jawab salah satu orang yang memakai peci hitam.

“Kok sekarang anteng?”

“Ya ngamuknya kalau ada yang memegang pak..” jelasnya, “Tadi juga sudah dipanggilkan kyai dan orang yang bisa mengobati, ee malah orangnya ditendang, dan dipanggilkan orang yang membacakan al-qur’an, malah dibilangin, sudah berapa kali kamu khatam qur’an kok berani-beraninya membacakan padaku? Juga pas di mushola tadi nantang-nantang, siapa yang punya ilmu ditantang mau diajak duel…”

“Wah kok sampai begitu?”

“Iya pak… saya ayahnya, nama saya Sutono, iya pak memang kejadiannya begitu…” jawab lelaki setengah baya yang mengaku sebagai ayah si anak yang kerasukan.

“Sebentar….” ku ambil air dan ku suruh minumkan ke gadis kecil yang kerasukan.

Susah juga memasukkan air, karena bibirnya menutup rapat dan tak terbuka sama sekali, ku tempelkan saja tanganku di punggung gadis itu, sehingga konsentrasi jin biar ke tanganku, dan mulutnya bisa terbuka dan air bisa masuk ke mulutnya, Alhamdulillah mulutnya terbuka dan air pun bisa masuk.

Kontan terjadi reaksi, tubuh gadis itu menggeliat, dan mencoba berontak dia berusaha mencekikku, tapi tak sampai cekikannya ke leherku, berusaha menyerangku tapi seperti serangannya ada yang menahan. Ku tanya siapa di dalam? Tapi tak juga ada jawaban, berulang kali ku tanya tetap saja mulutnya terkatup rapat.

Karena merasa tak ada manfaat yang bisa ku ambil, maka jin segera ku keluarkan. Dan gadis kecil itu pun sadar.

“Ini ceritanya bagaimana pak, awal mulanya seperti ini?” tanyaku kepada pak Sutono.

“Ini begini kyai awalnya… anak saya mau dikorbankan jadi tumbal pesugihan.” jawab pak Sutono.

“Tumbal pesugihan?” tanyaku heran, walau dalam kenyataannya saya belum pernah mengalami sendiri bagaimana sebenarnya tumbal pesugihan itu, tapi kalau cerita apalagi cerita di Pekalongan ah cerita itu sepertinya sudah makanan sehari-hari dari mulut ke mulut, cuma secara prakteknya saya sendiri belum mengalami secara pengobatan maupun kejadian. Aneh juga dan hm masuk akal atau bukan ya sudah ikuti saja cerita yang terjadi.

“Bisa diceritakan lengkapnya pak?” tanyaku.. “Bagaimana awalnya dan bagaimana sampai dibawa kesini ini.”

Pak Sutono mulai bercerita.

“Awalnya terjadi kerasukan masal di sekolah SMA di daerah saya sana pak pas kejadian ada acara upacara, di mana anak saya ini sekolah, juga awalnya anak saya ini tidak ikut kerasukan, jadi dia yang malah mau bantu menolong kerasukan, eee malah anak saya yang kemudian kerasukan, dan yang lain sudah pada sembuh, anak saya malah yang gak ikut sembuh, sampai dibawa pulang juga gak sembuh, lantas saya carikan obat kesana kemari, untuk mengobati anak saya yang kerasukan gak sembuh-sembuh, saya sampai kemana-mana mencari obat agar anak saya sembuh dari kerasukan, berapa uang saja saya keluarkan agar anak saya sembuh, tapi tetap saja berganti-ganti orang kerasukan anak saya gak sembuh-sembuh, malah ada yang ditendang sampai pingsan, ada yang dicakar sampai berdarah-darah, juga ada yang disembur pakai darah, sama anak saya ini… saya sampai kuwalahan, bagaimana lagi, dan kemana lagi mencari obat, sampai akhirnya anak saya sudah saya kira mati, karena nafasnya sudah gak ada, sudah tiga hari, semua tubuhnya juga sudah dingin, jadi saya menganggapnya sudah meninggal, maka akan saya kuburkan, ee ada datang seorang kyai yang datang ke rumah, gak tau juga siapa yang ngundang saya gak tau. Tau tau saja dia datang ke rumah saya, mencegah saya menguburkan anak saya ini.

“Jangan kuburkan anakmu, dia belum meninggal, sukmanya sedang ditawan.” kata kyai itu.

“Lalu bagaimana ini pak… anak saya sudah ndak ada nafasnya begitu..” jawab pak Sutono.

“Gak papa biar saya bantu menarikkan, sebentar saya akan memanggil teman-teman saya..”

Kata kyai itu sampil bergegas pergi dan kembali dengan membawa sepuluh orang.

Kemudian sepuluh orang itu menjalankan lelaku ritual, menarik sukma anak saya. Setelah setengah harian menjalankan lelaku, maka alhamdulilah tangan anak saya bergerak gerak, dan akhirnya bisa bergerak dan sadar, tapi aneh, seluruh tubuhnya menghitam.

Saya kasihan sekali melihat keadaan anak saya, kata kyai tersebut anak saya mau dikorbankan pada pesugihan, sebenarnya awalnya juga saya tak tau pak bagaimana kok ada tumbal pesugihan segala, tapi setelah dicermati memang ada orang yang bernama Bowo yang sebagai donatur sekolah dia kaya raya, usahanya di mana-mana, vila, hotel, dan berbagai usaha ditekuninya, secara logika ya tak heran kalau orang itu kaya, karena memang banyak usahanya, tapi apa mungkin, tapi memang di sekolah tempat anak saya sekolah ini memang sudah banyak anak sekolah yang meninggal, ya ada saja sebabnya kebanyakan karena terjadi kecelakaan, misal ada yang kemaren yang ada anak tiga dilindas truk pasir, lalu ada yang ditabrak kereta api padahal palang kereta sudah ditutup, herannya anak itu menerobos palang kereta, dan ditabrak kereta api, ada juga yang naik motor cuma nabrak spion angkot lantas begitu saja jatuh mati, pokoknya aneh-aneh lah pak kejadiannya, sampai tak masuk akal, dan kalau dihitung sudah korban kejadian itu ada 37 orang, jadi maunya 40 orang maka tinggal 3 orang, nah anak saya inilah yang nomer 38 pak.”

“Wah panjang juga ceritanya.”

“Nah setelah kyai yang menolong anak saya untuk sembuh itu selesai menyadarkan anak saya, anak saya pun cerita bahwa selama tiga hari itu dia dibawa ke kerajaan jin, ke rumahnya ibu Ratu Dewi, di Paliman, menurut anakku ini dia ditunjukkan nantinya tempatnya, yang akan ditempati setelah menjadi korban ini.., setelah mengetahui itu, saya dengan kyai, temannya dan para aparat desa, kami bersama-sama mau mendatangi rumahnya Bowo, malam-malam kami datang pak, karena siangnya Bowo itu tidak ada, jadi kami datang malam, anehnya pak, rumah mewahnya yang luas sekali berhektar-hektar itu gak ada sama sekali, kami semua tak melihat rumahnya di mana, padahal jelas di sebelah jembatan, jadinya sebelah jembatan malah gak ada rumah, adanya hanya kebon semua, lalu kami pun meminta tetangganya yang dekat supaya mengantar agar kami bisa menemukan rumahnya, dan aneh tetangganya itu malah masuk ke kebonan, ya kami kehilangan dia, dan dia kembali-kembali sudah di ujung, lalu kami panggil katanya dia sudah masuk ke rumahnya sama saya, dan juga rombongan saya, padahal saya sama rombongan tidak ikut masuk, lalu keputusan kyai yang beserta saya, rumahnya sangat kuat perlindungannya jadi tidak bisa di tembus.”

“Aneh juga…” kataku.

“Ya begitulah pak…, nah setelah kejadian itu kami berusaha mendatanginya di siang hari, karena di rumah tak ada maka kami berusaha mencari kesempatan pas dia si Bowo itu ada di sekolah, dan saat di sekolah di hari-hari tertentu, pas hari itu kami dan aparat desa mendatanginya, maunya untuk meminta pertanggung jawabannya, dan anehnya ketika kami di depan dia semua mulut kami seperti terkunci kami tak kuasa berbuat apa-apa, kami diam mematung, malah diam saja ketika dia menanyakan keperluan, yang asalnya kami mau marah-marah ya seperti lulut saja kayak kerbau dicocok hidung, malah dia menunjukkan kalau dia bisa membaca qur’an, padahal kata semua guru bahkan kata istrinya Bowo itu ndak bisa baca qur’an sama sekali.”

“Lalu selanjutnya bagaimana?” tanyaku.

“Ya begitu pak, setelah kejadian itu dia malah berkata pada saya, soal sakit anakmu itu berapa biayanya, semua saya ganti, begitu katanya, ya saya gak mau sambil saya minta jangan mengganggu anak saya, eee malah akhirnya bukan anak saya saja yang kemudian jadi kerasukan istri saya pun akhirnya kerasukan, malah lebih ganas lagi, sampai sebelumnya kyai yang menolong anak saya sadar, awalnya mereka sanggup membantu, akhirnya mereka semua angkat tangan gak sanggup, dan menyerah. Maka saya kembali mencari orang pintar untuk mengobatkan istri saya, kemana mana saya cari, sampai saya putus asa rasanya, kalau anak saya sebelumnya kerasukan kan dipegang orang delapan saja masih kuat, kalau istri saya yang kerasukan kok orang delapan yang memegangi saja gak kuat, semua dimentalkan, sampai suatu malam saya bermimpi, yang bisa menyembuhkan anak saya itu orang yang rumahnya di Jogya, di suatu daerah dan saya pun berangkat mengikuti isyarat mimpi saya, seharian di Jogya saya tanya kesana kemari, sampai akhirnya sampai di daerah yang saya tuju. Saya ketemu orang namanya pak Giman, dia orang yang tubuhnya lumpuh separo, dan berjalan memakai tongkat.

“Ada apa?’ tanya pak Giman,

“Ini pak saya mau minta tolong, soal istri saya yang kerasukan, sudah saya obatkan kemana-mana gak sembuh, bagaimana pak apa bapak mau membantu? Apa syaratnya?”

“Sudah bapak di sini saja…” jawab Pak Giman.

“Maksudnya pak?”

“Ya biar saya yang kesana..”

“Ke rumah saya bareng saya saja pak.”

“Gak saya kesana sekarang..”

Lalu pak Giman masuk kamar, dan setengah jam kemudian menemui saya lagi.

“Sudah istrinya sudah sembuh, silahkan bapak pulang.”

Saya heran, dan saya pulang, memang istri saya sudah sadar dari kerasukannya, dan menurut yang saya serahi nunggu di rumah, memang pak Giman datang dan menebas-nebas istri saya dengan daun sampai istri saya sadar, aneh memang pak, tapi itulah yang terjadi.”

“Setelah istri saya sadar dan seminggu kemudian ternyata anak saya kerasukan lagi, dan saya bingung karena seperti semula anak saya tidak bisa diobati, sampai akhirnya saya mencari kyai yang dulu pernah membantu menyadarkan anak saya, dia dan teman-temannya tak sanggup. Dan hanya memberikan cincin, setelah anak saya memakai cincin, memang lantas tak kerasukan, dan saya disarankan untuk mencari orang yang bisa mengobati di daerah Pekalongan, katanya yang bisa mengobati orangnya adanya di Pekalongan, maka saya bawa anak saya ke Pekalongan, saya mencari kontrakan, sambil mecari siapa yang bisa mengobati katanya di Pekalongan tinggalnya, soalnya petunjuknya gak jelas pak… orangnya muda saja … begitu kata kyai itu..”

“Selanjutnya bagaimana?” tanyaku.

“Ya begitu, setelah seminggu ngontrak, ndak juga saya temukan mencari orang yang bisa mengobati yang katanya muda, sudah beberapa orang saya datangi semua kalah sama jin yang ada di tubuh anak saya, saya kan makin bingung. Sampai malam ini, anak saya kambuh, sudah banyak jin yang datang kata anak saya, akan mengeroyok dan menguasai, maka saya bawa anak saya ke musholla, di mushola malah semua orang ditantang, mau diajak tarung, jadi ramai, nah ternyata salah satu yang di mushola adalah murid bapak, lantas saya dianjurkan dibawa saja ke tempat bapak ini…”

Setelah selesai bercerita, akhirnya ku tangani anak yang bernama Ningsih itu, ku beri mimun air, dan tanganku ku tempel ke punggungnya, sebentar lantas tak sadar, dan setelah ku usahakan ku tanya ternyata tak mau jawab sama sekali jinnya, diam membisu, kadang hanya menatapku, kadang tak berani menatap tapi tetap diam seribu bahasa, akhirnya, jin yang tak bisa memberikan informasi apa-apa ku keluarkan, karena kurasa tak ada manfaat di dalam lama-lama.

Semalaman gonta ganti jin, ku keluarkan tapi sama sekali tak satupun memberikan informasi, sebenarnya kalau bicara paling tidak akan ada informasi yang bisa digali. Akhirnya di malam pertama walau sudah beberapa jin ku keluarkan hasilnya nihil tak ada informasi yang bisa ku dapat.

Siangnya Bapak dan anak itu pulang, dan malamnya datang lagi karena biasanya memang malam jum’at kliwon atau malam sabtu kliwon, korban itu akan diambil sebagai persembahan, dan malamnya setelah datang ke tempatku, ku langsung beri minum air isian doa, dan ku tempel tanganku di punggungnya, sebentar kemudian sudah tak sadar dan satu dua jin seperti kemarin tak mau bicara, dan hanya diam seribu bahasa, akhirnya ku keluarkan, setelah 5-6 jin ku keluarkan, Alhamdulillah jin yang ke tujuh, ternyata menangis, wah ini bisa diajak komunikasi.

“Siapa ini?” tanyaku.

“Saya Bunga.” jawab jin dalam tubuh gadis itu sambil masih terus menangis.

“Kamu dikirim?”

“Ya.”

“Sama siapa?”

“Bowo..”

“Untuk apa?”

“Untuk menjemput anak ini.”

“Kamu muslimah?” tanyaku karena terdengar suaranya perempuan.

“Bukan.”

“Lalu apa agamamu?”

“Seperti Bowo.”

“Apa Hindu ?”

“Bukan.”

“Budha..?”

“Kristen?”

“Bukan.”

“Kafir?”

“Ya…”

“Kamu tak kasihan dengan anak ini? Kok mau kamu ambil jadi korban?”

“Kasihan…., tapi saya tak bisa menolak perintah Ratu?”

“Ratu siapa?”

“Ratu dewi.”

“Siapa itu?”

“Yang punya perjanjian dengan Bowo..”

“Perjanjian apa?”

“Perjanjian pesugihan.”

“Sudah berapa korbannya?”

“Banyak.”

“Banyak berapa?”

“Ya ada 37 orang, termasuk ayahnya Bowo sendiri.”

“Ayahnya dikorbankan?”

“Ya.”

“Yang lain dari mana yang dikorbankan?”

“Dari sekolah yang didanai.”

“Jadi anak sekolah itu dikorbankan?”

“Iya..”

“Apa yang merasuki teman sekolah anak ini kemaren itu juga ulahnya Bowo?”

“Iya…”

“Yang merasuk itu semua teman-temamu?”

“Iya semua temanku, atas perintah Bowo.”

“Berarti di sekolah itu banyak sekali jinnya?”

“Banyak…”

“Ada berapa?”

“Ratusan.”

“Kamu sendiri tinggal di mana?”

“Saya tinggal di pohon asem, tapi ditebang, jadi saya pindah ke mushola sekolah.”

“Kamu keluar ya…!”

“Gak mau..”

“Kenapa?”

“Ya gak mau..”

“Sekarang kamu di sebelah mana tinggal di tubuh anak ini?”

“Saya di kaki.”

Lalu aku menuju ke kaki gadis itu dan ku tarik keluar, lantas gadis itu sadar. Dan ku lihat sangat kelelahan, jadi ku biarkan saja agar istrirahat. Sampai besoknya malam akan ku selesaikan.

Besoknya setelah magrib gadis itu datang diantar lagi oleh ayahnya, sebenarnya aku sudah lelah sekali, karena disamping gadis itu aku seharian harus mengeluarkan jin yang ada di tubuh dua orang lagi tamuku, bahkan yang satu di dalamnya ada sampai hampir seratus jin dalam tubuhnya, energiku terkuras, maka ku putuskan memanggil murid-muridku membantu, agar bebanku agak berkurang, ku suruh murid-muridku mengeluarkan jin yang kapasitasnya ringan, sekalian mengajari mereka memakai ilmu yang ku berikan, sehingga kalau ada masalah yang sama jadi mereka sudah bisa.

Sampai saat jin yang bernama Bunga itu yang kemaren ku keluarkan yang ternyata ada di dalam, tandanya dia menangis, ku segera menanyakan, karena rupanya jin ini lumayan ramah menurut pendapatku.

“Kamu Bunga?” tanyaku.

“Iya.”

“Kenapa ada di dalam lagi, bukannya kemaren sudah saya keluarkan?”

“Iya saya disuruh masuk lagi..”

“Sama siapa?”

“Sama Bowo..”

“Apa waktu di tempat lain, yang mencakar wajah orang yang mengobati, juga waktu ngamuk di mushola itu juga kamu Bunga?”

“Iya…”

“Kenapa di tempat lain ngamuk, sedang di sini tidak?”

“Saya dilarang melawan?”

“Sama siapa?”

“Sama gurunya Bowo.”

“Dia bilang apa?”

“Ya saya dilarang jangan melawan.”

“Kenapa?”

“Karena gurunya Bowo takut.”

“Takut dengan siapa?”

“Takut denganmu.”

“Kenapa takut denganku?”

“Tak tau..”

“Apa bentukmu Bunga.”

“Saya perempuan cantik.”

“Sudah punya pacar “

“Ya belum…”

“Kenapa belum?”

“Karena umur saya baru 100 tahun.”

“Loh umur 100 tahun kok belum punya pacar?”

“Ya kan jin umur 100 tahun masih kecil.”

“Sebesar apa?”

“Sebesar anak kelas 1 SMP.”

“Oooo begitu?”

“Ya…”

“Lalu kenapa kamu menangis kalau muncul.”

“Karena saya sakit.”

“Sakit karena saya ini tidak bisa apa-apa.”

“Maksudnya?”

“Ibu saya ditawan Ratu, dan saya dipaksa mengambil anak ini jadi tumbal, kalau saya tak melaksanakan ibu saya disiksa,”

“Kenapa ibumu tak kamu bebaskan?”

“Saya sudah tak punya kekuatan, kekuatan saya diambil Ratu.”

“Kamu kasihan gak sama anak ini?”

“Kasihan..”

“Kalau kasihan kenapa gak kamu lepaskan?”

“Tidak bisa, karena saya kalau tidak mengambil anak ini ibu saya disiksa terus.”

“Disiksa bagaimana itu?”

“Ya dirantai sama dicambuki,”

“Kasihan..”

“Kamu lepaskan anak ini ya..”

“Ya tapi saya ditolong melepaskan ibu saya ya..”

“Iya… saya insaAllah akan bantu.”

“Iya saya tak ganggu anak ini, anak ini akan saya bantu lepas dari menjadi tumbal.”

“Nah begitu..”

“Kamu saya Islamkan?”

“Ndak mau.”

“Kenapa ndak mau.”

“Saya sudah pernah masuk Islam, diIslamkan oleh kyai yang mengislamkan saya, tapi saya kembali kafir.”

“Kenapa kembali kafir?”

“Karena saya disiksa Ratu, diperintah jadi kafir.”

“Bagaimana kalau masuk Islam, tapi tinggal di sini, kan dalam perlindungan saya, jadi ibu Ratu itu gak berani ngapa-ngapain.”

“Tak bisa, ibu saya kan disiksa.”

“Ya kalau begitu, kamu keluar dulu ya…. kasihan anak ini, kita ngobrolnya di luar saja, kamu sekarang di tubuh anak ini di sebelah mana?”

“Saya di punggung..”

Ku arahkan tanganku ke punggung, dan ku tarik Bunga keluar, gadis itu pun sadar. Anak itu pun duduk, dan sebentar kemudian dia nangis lagi..

“Ini Bunga?” tanyaku.

“Iya…” jawabnya pendek.

“Kok kamu masuk lagi?”

“Saya tak masuk..”

“Lalu di mana?”

“Saya di belakangnya anak ini,”

“Duduk apa berdiri?”

“Duduk., saya hanya meminjam mulut anak ini untuk bicara.”

“Ooo begitu.”

“Bunga…”

“Iya..”

“Kenapa kamu kok jadi pengikutnya Ratu?”

“Saya diajak teman-temanku.”

“Apa kerajaannya luas Ratu itu?”

“Iya.”

“Apa dia sakti.”

“Ya.”

“Sakti mana sama dengan ratu pantai selatan?”

“Sama-sama saktinya.”

“Saya dibantu ya..”

“Bantu apa?”

“Di dalam tubuh gadis ini ada berapa jin?”

“Saya tidak bisa melihat mereka.”

“Kenapa?”

“Saya dihalang-halangi penglihatan saya.”

“Sama siapa?”

“Sama mereka.”

“Lhoh bukannya mereka temanmu?”

“Bukan.”

“Lalu mereka siapa?”

“Mereka kiriman orang yang diarahkan untuk mencelakai anak ini.”

“Ooo begitu, jadi bukan temanmu?” tanyaku.

“Bukan.”

“Saya bantu melihat ya..” kataku sambil menempelkan tangan ke kening gadis yang kerasukan.

“Ya… ada 7.”

“Apa saja bentuk mereka?”

“Bentuknya macam-macam..”

“Yang mengirim siapa?”

“Yang mengirim, orang yang rumahnya di pinggir laut.”

“Kenapa mereka sama sekali tak menyerangku?”

“Semua takut,”

“Yang takut siapa?”

“Yang takut jin dan juga dukun yang mengirim.”

“Aneh… kenapa mereka takut padaku?”

“Tak tau, gurunya Bowo, dan ratu juga takut.”

“Denganku?”

“Ya.”

“Apa kamu juga takut denganku, coba pandang aku.”

Lama Bunga terdiam tak menjawab….. “Bagaimana?”

Dia diam saja..

“Aku tak akan mengapa-apakanmu kok, jangan takut.”

“Ya..”

“Kamu mau di sini saja, jadi muridku?”

“Mau… tapi saya kasihan sama ibu bapakku, yang ditawan ratu.”

“Sudah dulu ya Bunga… kasihan anak ini lelah, kamu pinjam lisannya..”

“Iya..”

“Jangan masuk lagi ke tubuh anak ini ya..”

“Iya…”