Wednesday 26 June 2013

Perebutan kekuasaan di antara nafsu dengan ikhlas. Modal nafsu adalah kepentingan diri. Nafsu mengingatkan sesuatu yang dia ada kepentingan atau hak padanya telah dilepaskan kepada orang lain. Oleh karena nafsu tidak mati maka ingatannya kepada yang kehilangan itu juga tidak mati. Jihad terhadap nafsu ini berkepanjangan terus menerus dan tiada akhir. Ikhlas adalah umpama bayi suci yang harus dipelihara dan dilindungi dari dimakan oleh harimau nafsu.

Cara menundukkan harimau nafsu adalah jangan memberinya makan. Makanannya adalah cerita tentang haknya yang telah terlepas ke tangan orang lain. Racun bagi harimau nafsu adalah cerita tentang kebaikan Tuhan yang membagi nikmat yang tidak terhingga kepada makhluk-Nya. Penetapan hak Allah atau Allah jualah Pemilik nyata, akan melindungi bayi suci dari musuh-musuh yang ingin menyakitinya.

Maka dzikir itu harus ditekankan dan dipalukan pada nafsu, agar keingkarannya pada Allah yang maha besar dan berkuasa penuh atas prilaku yang dilakukan tubuh, dan segala gerak gerik itu tercerai berai, menjadi potongan kecil kecil, ego yang menggumpal itu tak lagi keras, dan mencair... dan pengakuan pada Allah akan keesaaaNya dan kebesaranNya juga kuasaNya terwujud di setiap pandangan nafsu yang memperoleh pukulan demi pukulan dzikir. Sehingga diperolehlah amal itu tidak lagi memang pada bentuk tangan ego yang melakukan amal tapi telah memandang Allah lah yang sebenarnya telah beramal, diri seperti benang yang dipakai Allah menerbangkan layangan.
Tidak ada amal ibadah yang bisa diharapkan akan diterima oleh Allah selain amal perbuatan yang kita tak memandang sama sekali pada nilai amal itu, amal sepele dan tidak penting. Amal yang demikian kita lakukan seketika kemudian terus melupakannya. di situlah terletak keikhlasan dalam beramal, Misalnya, ketika kita sedang berkendara, seekor anak ayam melintasi jalan di depan, kita memperlambat mobil sehingga anak ayam itu selamat menyeberang. Misal yang lain, seekor lalat jatuh ke dalam minuman kita, lalu kita keluarkan dan biarkan ia terbang pergi. Peristiwa seperti itu dialami dalam beberapa detik saja, bersahaja, tidak menyentuh jiwa dan kemudian dilupakan selamanya. Amal yang seperti itulah yang perlu direnungkan karena begitulah bentuk amal yang diterima oleh Allah swt. Amal yang demikian keluar dari kemanusiaan yang asli dan murni. Keaslian dan kemurnian itulah yang akan diaktifkan dalam setiap praktek, walau bagaimana besar sekalipun praktek itu. Apalah bedanya menyelamatkan seorang manusia dengan seekor lalat yang sama-sama tenggelam di dalam air. Atau membantu bebek atau nenek nenek menyeberang jalan, dalam nilai amal bukan terletak pada nenek atau bebeknya tapi ketika kita tak memandang amal perbuatan itu sebagai amal perbuatan yang pantas dipandang atau dihargai dan dipuji puji, atau dijadikan kebanggaan, karena sesungguhnyalah Allah yang mengizinkan dan menggerakkan Anda untuk menyelamatkan lalat yang tenggelam itu. Allah juga yang mengizinkan dan menggerakkan kamu menyelamatkan manusia yang lemas. Siapakah kamu, di mana kamu, apakah kekuasaan kamu, apakah tindakan kamu dalam peristiwa tersebut? Apakah berbeda kamu yang menyelamatkan lalat itu dengan kamu yang menyelamatkan manusia itu? Jika seseorang itu tidak ada ego atau kefanatikan terhadap dirinya sendiri dan hatinya tawadhu kepada Allah swt, dan tidak terperangkap dalam group atau kelompok atau keluarga atau kebangsaan, atau embel embel lelaki atau perempuan, atau embel embel kuat dan lemah, juga lelaki atau perempuan, maka dia akan melihat Allah yang menyelamatkan lalat dan Dia juga yang menyelamatkan manusia itu. Ambillah iktibar dari amal yang kecil-kecil dan berlebihan dalam membentuk amal yang besar-besar dan dipandang penting, supaya kamu tidak melihat kepada amal ketika beramal.

Nilai sesuatu amal terletak pada ikhlas yang mengiringi amal tersebut dan ikhlas melepaskannya. Biasa terjadi seseorang itu ikhlas ketika berbuat kebaikan tetapi keikhlasan itu terusik kemudian. Kebanyakan manusia enggan melepaskan perbuatan baik yang telah mereka lakukan. Mereka suka mengingat dan menyebut kebaikan tersebut. Perbuatan demikian dapat menyebabkan seseorang jatuh ke dalam sumaah, yaitu menceritakan kebaikan supaya dirinya bersertifikat dan diakui sebagai seorang yang baik. Sumaah menjadi minyak yang memudahkan riak menyala. Ketika riak sudah menyala segala kebaikan yang telah dibuatnya akan terbakar. Apa yang tinggal dalam simpanan akhiratnya hanyalah debu-debu yang tidak berharga. Orang tersebut akan menjadi orang yang memikul peti besi yang besar berisi debu untuk dibukakan di hadapan Tuhan. Mereka senang di dunia tetapi kehampaan di akhirat.

Tapi kadang juga seseorang tidak bisa lepas dari penyakit sumaah karena amat kuatnya tarikan pada kebanggaan melakukan apa yang dilakukan yang orang lain tidak melakukannya, sehingga merasa beda dan lain, sehingga melihat amal dan melihat tinggi nilai amal, karena merasa tak biasa melakukan, maka diri harus melewati pintu yang lain untuk menghindari sum'ah dan ujub, yaitu membiasakan beramal, dan membiasakannya menyebutnya secara ringan, agar tak membekas di hati karena kebiasaan menjalankannya, seperti orang yang memakan nasi, karena amat biasanya, maka memakan nasi sudah jadi kebiasaan, bukan lagi suatu kebanggaan, seperti orang luar negeri yang merasa bangga karena merasa berjemur matahari, dan kulitnya terbakar, tapi seorang petani tak merasa bangga karena punggungnya gosong karena nyangkul di sawah.

Tuesday 25 June 2013

ingin menulis kata kata indah, tapi aku bukan penulis yang pandai menyusun kalimat....jadi menulis saja apa adanya,
manusia itu sebenarnya tidak bisa menipu siapa saja, karena apa yang dilakukannya akan tercatat rapi, jika tidak dibuka saat ini juga pasti dibeber nanti,
sebagaimana ketika cahaya ilmu itu menerangi hati memenuhi setiap lubuknya dengan cahaya, maka gelimang cahaya akan memancar seperti pancuran, atau bendungan air yang jebol, lantas cahaya itu akan mengaliri urat, dan memenuhi pikiran, pemikiran, pendapat, dan kepahaman, dan pancuran air itupun mengalir seperti air yang punya nyawa, memancar tak henti dari lisan, mata, telinga, tangan, dan kaki, sebab terbawanya cahaya ke semua urat tubuh, dan mengalir ke seluruh anggota badan, beda antara kata orang yang hatinya dipenuhi cahaya dan hati yang gelap gulita,
bahkan cahaya itu akan mempengaruhi orang sekitar, sebagaimana berpengaruhnya air pada biji dan menjadikannya kecambah.... sebagaimana berpengaruhnya air pada hasil panen dan merubah pendapatan petani,
cahaya itu bisa merubah haluan orang yang salah jalan dengan drastis, orang yang akan jatuh ke dalam jurang menyadari kekeliruannya sebab ada cahaya yang membedakan jurang dan bukan, sekalipun cahaya itu sama sekali tidak memerintahmu, cahaya itu telah kau pahami penjelasannya, sekalipun cahaya itu mengajarmu, sesugguhnya kau telah diajari mengeja, sekalipun cahaya itu tidak menyuruhmu merubah hidupmu, tapi kau telah berubah karena mengikuti semua petunjuknya.... itu sebenarnya atraksi Allah atas manusia, memberi petunjuk pada siapa yang dikehendaki ditunjukkan dengan cara misterius dan seakan tanpa Dia bermain di belakangnya, begitulah Allah mengatur kejadian karena cahayaNya di atas segala cahaya.
Seseorang itu hendaklah tidak meninggalkan zikir walaupun hati lalai dari apa yang dizikirkan. Zikir yang dilakukan secara paksa itu akan meleburkan sangkaan buruk terhadap Allah s.w.t sedikit demi sedikit, lalu muncullah sangkaan baik. Sebab tidak ada dosa yang lebih berat dari buruk sangka kepada Allah, lantas timbul kemusrikan, membuat tuhan tandingan atas Allah, karena pertama timbulnya buruk sangka pada Allah, seakan Allah tidak mengurusi urusannya, maka mencari pengurus lain, seakan Allah tidak memperdulikannya, lantas mencari dukun, jin, syaitan, dan sesembahan yang lain yang dianggap lebih bisa dimintai pertolongan dan bantuan.

Jika seseorang sudah dipalu ruhaninya dengan zikir maka Rohaninya seterusnya meningkat ke darjat yang lebih tinggi, dimana tidak ada lagi sangkaan buruk terhadap Allah s.w.t, tetapi hati mengenal Allah s.w.t dengan sebenar-benar kenal. Dapatlah dia melihat bahawa niat datangnya dari Iradat Allah s.w.t. Tidak ada suatu kehendak kecuali apa yang bergantung kepada Iradat Allah s.w.t. Tidak ada satu perbuatan kecuali apa yang bergantung kepada Kudrat Allah s.w.t. Pada sisi Allah s.w.t tidak ada yang jahat, Allah hanya punya kebaikan karena semua sifatnya baik, apa yang dipenuhi sifat baik, maka pasti akan mengeluarkan hal yang baik saja. maka dari Allah semuanya baik belaka. Jahat hanya wujud apabila nafsu manusia mengadakan kehendak dan perbuatan dirinya sendiri, lupa dia bersandar kepada Allah s.w.t.
Manusia yang terkurung di dalam penjara dunia, hatinya dibayangi oleh cahaya api setan. Setan membawa kepadanya khayalan-khayalan yang membentuk sangkaan. Ketika seseorang itu didatangi oleh keinsafan dan ingin bertobat dari dosa-dosanya, setan akan mengulang-tayang akan perbuatan dosanya dengan gambaran keindahan dosa, sehingga manusia akan mengucapkan, ah nanti taubatnya, sekali lagi saja....., dan hal itu akan berulang berulang, sehingga menebal dalam gambaran dan dosa tak lagi ingin ditaubati, dan sudah terlihat sebagai suatu hal yang amat biasa, atau jika orang tadi masuk ke dalam pintu taubat, maka syaitan akan memutar ulang lagi filem dosa di masa lalu, dan mengajak manusia itu untuk mengulangi lagi, atau mendatangkan manusia lain, sebagai pengantar setrum dosa, dan mengajaknya dengan kata sekali lagi saja..., besok taubat kan bisa, atau jika itu tidak bisa maka syaitan akan memutar gambaran di saat orang itu sendiri, menghayalkan dosa itu betapa enaknya, lebih enak daripada melakukan hal yang tidak dosa, ada gregetnya, jika itu juga gagal, maka syaitan akan membuat gambaran yang sangat hina dan menjijikkan sehingga orang itu merasa dosanya terlalu besar, tidak mungkin mendapat ampunan Allah swt. Dia tenggelam dalam lautan sangkaan bahwa Allah SWT tidak akan mengampuni dosanya. Selanjutnya timbul sangkaan bahwa tidak menguntungkan lagi dia melakukan kebaikan karena dosa-dosa yang lalu menghambat kebaikan yang hendak dilakukannya diterima oleh Allah swt. Jadi dia seorang yang hidup dengan dosa-dosa yang lalu dan tidak ada kebaikan baru dikerjakan. Tarikan syaitan itu akan berusaha menarik manusia itu untuk kembali pada perbuatan dosa, lebih besar tarikan daripada orang yang tak pernah melakukan dosa..... sebab syaitan punya rekaman dosa yang siap diputar dilayar hayalan orang yang pernah melakukan dosa, makanya orang bertaubat itu lebih dicintai Allah, Sebagaimana firman dalam surat Al-Baqarah: 222,
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Sunday 23 June 2013

Mereka yang memiliki penglihatan hakiki mata hati ada dua jenis. Jenis pertama adalah yang memiliki nama dan tabir penutup. Hijab nama (asma') tidak terangkat lalu dia melihat di dalam hijab. Dia melihat Allah swt pada apa yang menghijabkannya. Dzikirnya adalah nama yang padanya dia melihat Allah swt. Jenis kedua adalah yang berpisah dengan nama dan hijab, lalu dia melihat Allah dan merasakan ketenangan dengan penglihatan itu. Pada saat itu tidak sepatah pun ucapan yang terucap olehnya dan tidak sepatah pun kalam yang terdengar padanya. Dia melihat nama itu tidak memiliki kekuatan hukum apa pun selain-Nya. Bila nama dinafikan tibalah pada wusul (sampai). Bila tidak terlintas lagi nama tibalah pada ittisal (hubungan). Nama yang tidak lagi terlintas karena kuatnya tarik dari yang dinamai. Makam ini dinamakan makam al-Buhut (merasa heran-hairanan), karena dia melihat Allah dalam merasa heran-hairanan, tiada ucapan kecuali pandangan. Inilah makam terakhir di mana semua hati terhenti di situ. Ini adalah tingkatan tertinggi tentang kecintaan terhadap zat Ilahiat.

Pada tahap ini Nur-Nya memancar, menyinar, menjulang naik ke lubuk hati. Tingkat ini sudah tidak ada zikir dan tiada pula yang berzikir, hanya memandang bukan berzikir dan tidak berbalik kembali pandangannya. Inilah hal yang dikatakan faham dengan tiada deskripsi pemahamannya dan mencapai dengan tiada sesuatu pencapaiannya. Insan di dalam hal ini sudah tidak lagi menerapkan fatwa, tidak meminta persetujuan, tidak meminta pertolongan dan ucapan juga tidak. Baginya setiap sesuatu adalah ilmu dan setiap ilmu adalah zikir. Inilah hamba yang telah benar-benar berhasil menghimpun semua makam dan martabat. Dia sudah melihat takdir-takdir dan melihat bagaimana Allah menghalau takdir demi takdir dan melihat bagaimana Allah mengulangi takdir-takdir itu dengan berbagai cara yang dikehendaki-Nya karena sesungguhnya Allah swt saja yang memulai penciptaan dan Dia juga yang mengulanginya. Penglihatannya tidak berbolak-balik lagi. Dia melihat Allah di depan dan di belakang apa yang dilihatnya dan melihat Allah dalam segala yang dilihatnya.

Ketika kerinduan terhadap Allah swt telah menguasai hati seseorang sampai ke tingkat tidak ucapan yang bisa diucapkan maka kondisi itu dikatakan melihat Allah yang tiada sesuatu yang menyamai-Nya, sebagaimana firman-Nya:

Tidak sesuatupun yang sebanding dengan (Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan administrasi)-Nya, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Ayat 11: Surah asy-Syura)
Empat kondisi yang berkaitan dengan zikir:
1: Tidak berzikir langsung.
2: Berzikir dalam kondisi hati tidak ingat kepada Allah swt
3: Berzikir dengan disertai rasa kehadiran Allah di dalam hati.
4: Berzikir dalam keadaan fana dari makhluk, lenyap segala sesuatu dari hati, hanya Allah saja yang ada.

Bukanlah sulit bagi Allah untuk mengubah suasana hati hamba-Nya yang berzikir dari suasana yang kurang baik kepada yang lebih baik hingga mencapai yang terbaik.

Spiritualitas manusia berada dalam beberapa derajat, maka suasana zikir juga beragam, menurut derajat spiritualnya. Derajat yang paling rendah adalah si Raghib yang telah sekarat dikuasai oleh setan dan dunia. Cahaya api setan dan fatamorgana dunia menutup hatinya sehingga dia tidak sedikit pun mengingat Allah swt. Seruan, peringatan dan ayat-ayat Allah swt. tidak melekat pada hatinya. Inilah golongan Islam yang dijajah oleh sifat munafik. Golongan ini tidak berzikir langsung.

Golongan kedua berzikir dengan lidah tetapi hati tidak ikut berzikir. Lidah menyebut nama Allah, tetapi ingatan tertuju kepada harta, pekerjaan, perempuan, hiburan dan lain-lain dzikirnya masih mengharapkan kesenangan kesenangan yang bersifat pendek yang dilihat di depan mata, dan yang diangan angankan karena pengaruh lingkungan kehidupannya. Inilah golongan orang Islam yang umum. Mereka meminta agar jangan meninggalkan zikir karena dengan meninggalkan zikir mereka akan lebih dihanyutkan oleh kelalaian. Tanpa zikir, setan akan lebih mudah memancarkan gambar-gambar tipuan ke cermin hatinya dan dunia akan lebih kuat menutupinya. Zikir pada tingkat ini berperan sebagai 'juru ingat'. Sebutan lidah menjadi teman yang mengingatkan hati yang lalai. Lidah dan hati berperan seperti dua orang yang memiliki minat yang berbeda. Seorang enggan mendengar sebutan nama Allah, sementara yang seorang lagi memaksanya mendengar dia menyebut nama Allah. Sahabat yang berzikir (lidah) harus memaksa keras agar temannya (hati) mendengar ucapannya. Di sini terjadilah peperangan di antara energi zikir dengan energi setan yang didukung oleh energi dunia yang mencoba menghalangi energi zikir dari memasuki hati. akan ada tarik menarik antara kepentingan kesenangan nafsu, dengan masuk ke ruang lingkup dzikir, ah enaknya dzikir apa saya kerja saja mengejar cita cita? tarik tarikan itu menguasai segala gerak dan laku, sehingga orang seperti ini akan sering bleng.

Golongan yang ke tiga itu adalah mereka yang energi dzikirnya sudah berhasil memecahkan dinding yang dibangun oleh setan dan dunia. Ucapan zikir sudah bisa masuk ke dalam hati. Energi zikir bertindak menyucikan hati dari karat-karat yang melekat padanya. Awalnya ucapan zikir masuk ke dalam hati sebagai sebutan nama-nama Allah swt. Setelah karat hati sudah hilang maka sebutan nama-nama Allah swt akan disertai oleh rasa nyaman yang mengandung kelezatan. Pada tahap ini zikir tidak lagi dilakukan secara paksa. Hati akan berzikir tanpa menggunakan lidah. Sebutan nama-nama Allah mengarahkan hati kepada Empunya nama-nama, merasakan sifat-sifat-Nya sebagaimana dikutip. orang yang sudah bisa memasukkan dzikir ke dalam hatinya ini akan mulai merasakan ketenangan dalam dirinya, dan mulai merasakan efek dalam dzikirnya, dan mulai merasakan kenikmatan kenikmatan di luar logika, sebab awal dzikir itu mulai bisa dipetik manfaatnya itu adalah ketika dzikir itu masuk ke dalam hati. dan dzikir mulai ada ruhnya.

Golongan ke empat adalah mereka yang telah sepenuhnya dikuasai oleh Haq atau hal ketuhanan. Mereka sudah keluar dari batas alam maujud dan masuk ke dalam hal yang tidak ada alam, yang ada hanya Allah swt. Tubuh kasar mereka masih berada di atas muka bumi, bersama-sama makhluk yang lain. Tapi, kesadarannya terhadap dirinya dan makhluk sekaliannya sudah tidak ada, maka keberadaan sekalian yang maujud tidak sedikit pun mempengaruhi hatinya. Mereka karam dalam zikir dan yang dizikirkan. Mereka yang berada pada tingkat ini telah terlepas dari ikatan manusiawi dan seterusnya mencapai visi hakiki mata hati, dan keajaiban keajaiban dzikir sudah mulai dirasakan sepenuhnya oleh orang yang dzikir itu... kenikmatan yang tidak dinikmati kecuali oleh orang yang telah mengistiqomahkan diri dalam dzikirnya. diceritakan kepada orang awam, orang awam tak akan percaya.

Tuesday 18 June 2013

Setiap hari usahakan selalu makan, walau makanannya tidak enak, dan lidah tidak berselera, nafsu makan hilang, dan makanan sama sekali tidak bisa dinikmati kelezatannya, sebab kadangkala makan itu lebih baik, daripada tidak makan lantas mati karena kelaparan.
Hati juga begitu, selalu lah berdzikir, walau dalam keadaan tidak nafsu, dan sama sekali tidak memetik buah manisnya dzikir, tidak lezat sama sekali rasanya, lalai dan sama sekali tidak konsentrasi, juga nikmatnya dzikir tidak dapat dirasakan, sebab orang yang dzikir dalam keadaan lalai itu lebih baik dari pada tidak dzikir sama sekali, karena akan mematikan hati, dan tidak dzikir sama sekali itu membahayakan pada kehidupan.... karena akan mematikan hati dan menjalarkan berbagai penyakit karena kematian hati

Monday 17 June 2013

(Jibril AS. berkata: 'Wahai Muhammad hiduplah engkau sekehendakmu, sesungguhnya engkau akan mati) Karna sesungguhnya akhir kehidupan adalah kematian (dan cintailah orang yang engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya) yakni berpisah dengan orang yang kau kehendaki sebab kematian. (Dan beramallah sekehendakmu, sesungguhnya engkau akan dibalas) karna semua hamba akan dibalas atas semua amal perbuatan mereka. jika amalnya baik, maka baik pula balasannya, Dan jika jelek, maka jelek pula balasannya.
Dari Abdullah bin Mas'ud RA: ''Betapa banyak manusia yang dihukum secara berangsur-angsur melalui kenikmatan.
Betapa banyak manusia yang mendapat fitnah yakni mendapat cobaan (dengan pujian) dengan banyaknya pujian orang-orang (kepadanya)
(Dan betapa banyak orang yang tertipu) yakni merasa tenang hatinya di dunia dan melalaikan akhirat (dengan tertutup) yakni dengan sebab Allah menutup aibnya (atas dirinya)."
(Dari Imam Ali ra: ''Sesungguhnya dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu)
Karna sesungguhnya nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba adalah Allah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada, dan mengeluarkannya dari kegelapan kufur kepada cahaya Islam.
(Sesungguhnya dari sekian banyak kesibukan, cukulah keta'atan sebagai kesibukan bagimu)
Karna ta'at kepada Allah ta'ala merupakan kesibukan yang paling besar.
(Dan dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu).
Karna sesungguhnya kematian adalah nasehat yang paling besar bagi manusia."
Dari Sayyidina Utsman RA: 
-Siapa saja yang meninggalkan dunia) yakni dengan menyedikitkan kenyang dan makan, dan tidak menyukai pujian dari manusia, (maka akan dicintai Allah Ta'ala) karna meninggalkan riya 'dan keangkuhan.
-Siapa saja yang meninggalkan dosa, maka ia akan dicintai oleh malaikat), karena ia tidak melelahkan malaikat penulis, yaitu malaikat yang selalu mencatat perbuatan jelek.
-Dan siapa saja yang menanggalkan sifat tamak terhadap milik muslim lain), yakni memutuskannya (niscaya akan dicintai oleh orang lain) orang yang menanggalkan sifat rakus/tamak terhadap milik orang lain akan dicintai semua orang, sebab dia tidak menjadi beban pikiran orang lain.
dari sayidina Umar, (RASA SAYANG) mencintai (KEPADA MANUSIA ADALAH SETENGAH DARI KECERDASAN AKAL)

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban, Thobroniy dan Baihaqi dari Jabir bin Abdullah, bahwasannya Nabi saw bersabda: ''Ramah tamah terhadap manusia adalah shodaqoh''

Yakni: berlaku lemah lembut kepada manusia dengan ucapan dan perbuatan, akan diberi pahala perbuatannya itu sebagai pahala shodaqoh.

Diantara keramahan Nabi saw adalah, dia tidak pernah mencelah makanan, tidak pernah membentak pembantu, dan tidak pernah memukul istri.

Ramah tamah adalah meninggalkan dunia untuk tujuan agama, kebalikan dari mencari muka.

(Pertanyaan yang baik) kepada ulama (adalah setengah ilmu) karna ilmu itu dapat diperoleh melalui bertanya.

Dan (perenungan yang baik) yakni melakukan segala hal berdasarkan pengetahuan tentang akibatnya (merupakan setengah kehidupan) Yaitu lahan usaha seseorang yang bisa hidup dengan sebab-sebab tersebut.
dari sayidina Abubakar Ash-Shiddiq ra: 'TIGA HAL TIDAK AKAN TERCAPAI DENGAN TIGA HAL:
-KAYA DENGAN ANGAN-ANGAN, maksudnya kaya tidak bisa diperoleh dengan angan-angan/lamunan-lamunan, akan tetapi berdasarkan pembagian dari Allah ta'ala.
-MUDA dengan semir, yakni, muda tidak bisa diperoleh dengan menyemir rambut menggunakan inai (pacar rambut) dan semacamnya.
-SEHAT DENGAN OBAT, yakni, sehat tidak akan didapat dengan obat saja, akan tetapi melalui penyembuhan dari Allah ta'ala.
(Siapa saja berpagi hari yakni memasuki pagi hari merasa sedih terhadap urusan dunia, maka sungguh dipagi hari ia telah membenci Allah.)
Artinya, siapa saja yang bersusah hati atas urusan dunia, maka sungguh ia telah marah kepada Allah, karena berarti ia tidak Ridho dengan Qodho Allah dan ia tidak sabar atas cobaan-Nya, dan ia tidak percaya dengan takdir-Nya, karna sesungguhnya setiap sesuatu yang terjadi di dunia, adalah berdasarkan Qodho dan Qodar-Nya.

(SIAPA SAJA YANG MERENDAHKAN DIRI TERHADAP ORANG KAYA KARNA KEKAYAANNYA, MAKA SUNGGUH TELAH HILANG 2 /3 AGAMANYA')
Maksudnya, karena sesungguhnya syariat mengajarkan bahwa adanya pengagungan terhadap menusia itu adalah karna alasan amal sholehnya dan karna ilmunya, bukan pengagungan karna alasan hartanya.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailany ra, berkata: ''haruslah bagi setiap orang beriman melakukan 3 hal dalam seluruh kondisinya, yaitu:
1.terhadap perintah, ia harus mematuhinya.
2.terhadap larangan, ia harus menjauhinya.
3.terhadap takdir itu harus merelakannya''

Maka sekurang-kurangnya kondisi orang yang beriman, tidak bisa kosong pada dirinya salah satu dari 3 hal tersebut. Maka selayaknya baginya menetapkan cita-citanya (terhadap 3 hal tsb) di dalam hatinya, dan membicarakan hal itu (3 hal tsbt) pada dirinya dan ia mempergunakan anggota tubuhnya dengan halnya (3 hal tsbt) itu pada seluruh keadaannya.
(DiriwayatKAN dari NABI SAW., Beliau bersabda: siapa saja yang berpagi hari) yakni memasuki waktu pagi (dan ia mengeluhkan) kepada orang-orang (akan kesulitan hidupnya, maka seakan-akan ia mengeluhkan Tuhannya).

Mengeluh itu tidak pantas kecuali hanya kepada Allah, karna mengeluh termasuk do'a. Adapun mengeluh  kepada manusia, maka itu termasuk tanda-tanda tidak ridho dengan pembagian Allah ta'ala kepadanya.

Sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata: ''Rasulullah saw bersabda: ''maukah kalian aku ajarkan beberapa kalimat yang telah diucapkan oleh Nabi Musa as ketika beliau mengarungi lautan bersama bani Isroil?''

Lalu kami berkata: "tentu ya Rasulullah''

Nabi bersabda: ''ucapkanlah oleh kalian,'' ALLAHUMMA LAKAL HAMDU WA ILAIKAL MUSYTAKAA WA ANTAL MUSTA'AN WA LAA HAULA WA LAA QUWATA ILLA BILLAHIL ALIYIL ADHIIM''
(Ya Allah hanya bagi-Mu segala puji, dan hanya kepada-Mu keluhan diadukan, dan Engkaulah yang dimintai pertolongan, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang maha luhur lagi maha agung)

Syekh Al-A'masy berkata: ''maka aku tidak pernah meninggalkan kalimat do'a itu semenjak aku mendengarnya dari saudara kandungku, yaitu Al-Asadiy Al-kufiy, dan beliau menerima dari Sayyidina Abdullah ra.''

Syekh Al-A'masy berkata: ''telah datang kepadaku aat (sebangsa malaikat) beliau berkata: ''wahai Sulaiman tambahkan pada do'a tersebut dengan kalimat ini: WA NASTA'INUKA 'ALA FASAADI FIINA WA NAS'ALUKA SOLAAHA AMRINAA KULLIHI''

(Dan kami memohon pertolongan-Mu atas kerusakan yang ada pada kami, dan kami mohon kepada-Mu kebaikan urusan kami seluruhnya).

20 CIRI-CIRI MANUSIA YANG dimusuhi IBLIS


  1. Nabi Muhammad SAW 
  2. Orang berilmu dan mengamalkannya
  3. Orang yang memahami Al-Qur'an dan mengamalkannya
  4. Muadzin (orang yang adzan) dalam sholat 5 waktu dengan niat karena Allah
  5. Orang yang menyayangi fakir miskin dan anak yatim
  6. Orang yang memiliki hati penuh kasih sayang
  7. Orang yang berpegang teguh pada kebenaran
  8. Orang yang taat pada Allah
  9. Orang yang hanya makan barang yang halal
  10. Dua orang pemuda-pemudi yang saling mencintai karena Allah
  11. Orang yang selalu membiasakan sholat jamaah
  12. Orang yang gemar sholat tahajud disaat orang lelap tidur
  13. Orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan haram
  14. Orang yang menasehati orang lain tanpa pamrih
  15. Orang yang selalu menjaga wudlunya
  16. Orang yang ringan tangan membantu orang lain (dermawan)
  17. Orang yang memiliki akhlak mulia
  18. Orang yang memiliki keyakinan kuat bahwa Allah penjamin dirinya
  19. Orang yang berbuat kebajikan kepada para janda
  20. Orang yang mempersiapkan kematian dengan bekal amal kebaikan

10 SAUDARA-SAUDARA IBLIS


  1. Pemimpin yang tidak bisa menjaga amanah
  2. Orang yang sombong
  3. Orang kaya yang tidak tahu darimana dia memperoleh harta dan untuk apa hartanya dimanfaatkan 
  4. Orang alim (ulama) yang memungkinkan penguasa dholim
  5. Pedagang yang curang
  6. Orang yang suka menimbun harta
  7. Orang yang berzina
  8. Orang yang suka memakan harta riba (rentenir)
  9. Orang kikir yang tidak mau menginfaqkan hartanya
  10. Orang yang suka minum alkohol

6 HAL YANG DAPAT MENGHAPUS AMAL KEBAIKAN


  1. Gemar memperhatikan aib orang lain
  2. Keras hati (tidak mau menerima nasihat)
  3. Cinta dunia
  4. Kurang memiliki rasa malu
  5. Banyak mengkhayal
  6. Terus-menerus berbuat dholim

7 GOLONGAN YANG MENDAPAT PERLINDUNGAN DARI PANASNYA MATAHARI DI HARI KIAMAT


  1. Orang yang saling mencintai karena Allah
  2. Orang yang terpelihara dari perbuatan zina
  3. Orang yang penuh semangat dalam beribadah
  4. Orang yang gemar bersedekah
  5. Orang yang suka menangisi dosa
  6. Orang yang suka sholat tahajud
  7. Imam (pemimpin) yang adil

3 hal yang dapat menghapuskan dosa


  1. Menyempurnakan wudlu disaat udara sangat dingin
  2. Melangkahkan kaki menuju sholat berjamaah
  3. Menunggu sholat selanjutnya, setelah melaksanakan sholat

7 hal yang dapat menerangi alam kubur


  1. Ikhlas dalam beribadah
  2. Berbakti kepada ibu dan bapak
  3. Mempererat tali silaturahmi
  4. Tidak menyia-nyiakan usia dalam kemaksiatan
  5. Tidak mengikuti keinginan hawa nafsu
  6. Bersungguh-sungguh dalam taat
  7. Memperbanyak dzikir kepada Allah

3 HAL YANG MENJADI SEBAB MEMPEROLEH PERINGKAT TINGGI DI AKHIRAT


  1. Membudayakan ucapan salam
  2. Memberi makan kepada orang yang lapar dan tamu
  3. Sholat tahajud tengah malam ketika orang lelap tidur

3 HAL YANG DAPAT MERUSAK DIRI SENDIRI


  1. Orang yang sangat kikir
  2. Orang yang mengikuti kehendak nafsu
  3. Memandang diri sendiri dengan pandangan sempurna, tanpa memandang kenikmatan Allah
Rasulullah SAW bersabda :
manfaatkanlah sebaik-baik lima kesempatan sebelum datang yang lima, masa muda sebelum datang masa tua Anda, kondisi sehat sebelum Anda jatuh sakit, saat kaya sebelum Anda jatuh miskin, masa hidup sebelum datang kematian Anda, dan waktu senggang sebelum Anda sibuk. (hr al hakim dan al baihaqi)

Hadist tersebut diriwayatkan hakim dan baihaqi dari ibnu abbas dengan sanad hasan dan imam ahmad, abu nuim dan baihaqi meriwayatkannya dari amr bin maimun.

Yakni hadist tersebut menjelaskan lima kesempatan berharga yang harus kita pergunakan sebelum datangnya lima kondisi yang membuat kita tidak berdaya yaitu:

1). masa muda harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sebelum datang masa tua, yaitu kita harus taat ketika kita masih muda dan kuat sebelum datang masa tua yang tentu kondisinya telah menjadi lemah.

2). waktu sehat sebelum jatuh sakit, yaitu kita melakukan amal sholeh ketika dalam kondisi waktu sehat, sebelum datang sakit yang membuat kita jadi tidak bisa optimal dalam melakukan kesholehan.

3). waktu kaya sebelum jatuh fakir, yaitu kita melakukan sedekah dengan kelebihan harta dari kebutuhan yang menjadi kewajiban kita untuk memberi nafkah sebelum datang musibah yang merusak dan menghabiskan harta kita, jika kita tidak bershodakoh dengan hal itu, niscaya kita menjadi orang yang fakir di dunia dan di akherat.

4). masa hidup sebelum datang kematian yaitu masa hidup harus kita pergunakan untuk memperbanyak bekal yang bermanfaat setelah kita mati, karena orang yang mati itu terputus segala amalnya.

5). waktu senggang sebelum datang kesibukan yakni jadikanlah waktu luang kita di dunia ini sebelum kita sibuk dengan ketakutan-ketakutan pada hari kiamat, dimana tempat pertamanya adalah di alam kubur.
Rasululloh SAW bersabda :
akan datang suatu masa dimana umatku menyukai lima hal dan melupakan lima hal yang lainnya yaitu mereka mencintai dunia dan melupakan akherat, mencintai rumah yang megah dan melupakan kubur, mencintai harta benda dan melupakan hisab, mencintai keluarga dan melupakan bidadari surga, mencintai diri sendiri dan melupakan Allah, jika terjadi begitu mereka adalah orang-orang yang melepaskan diri dariku dan aku pun melepaskan diri dari mereka.

Melalui hadist tersebut Nabi saw telah merekam telah meramal serta telah mensinyalir bahwa akan terjadi suatu masa dimana umat manusia akan mencintai lima hal sementara mereka pun melalaikan lima hal yang lainya, ketika sudah terjadi demikian maka mereka menjadi jauh dari Nabi saw dan Nabi saw pun jauh dari mereka, lima hal yang digambarkan dan yang dimaksud oleh Rasulullah saw yaitu:

1). mereka sibuk dengan urusan dunia karna mereka sangat cinta dunia hingga melupakan dan tidak mengerjakan amalan baik untuk menuju bekal di akherat.

2). mereka sibuk membangun rumah-rumah yang indah dan megah sementara mereka lalai dan meninggalkan amal ibadah yang dapat menerangi kehidupannya di alam kubur.

3). mereka sangat mencintai harta benda dan sibuk menumpuk-numpuk harta kekayaan serta melupakan akan adanya hisab dan perhitungan Allah, terhadap harta benda mereka sesungguhnya harta benda itu yang halal akan dihisab sedangkan yang haram akan menjadi siksa.

4). mereka begitu besar cintanya terhadap keluarga, istri, dan anak-anaknya, sementara melupakan bidadari-bidadari surga.

5). mereka sangat mencintai diri sendiri serta melupakan Allah swt, mereka hanya memperturutkan hawa napsunya dan tidak mau menjalankan perintah-perintah Allah swt.
Mengabaikan ulama dengan tidak menghormati dan memuliakannya dapat mengakibatkan kerugian di bidang agamanya, sebab mereka adalah sumber syariah agama, sedang mengabaikan para penguasa atau para raja, dapat mengakibatkan rugi dunia sebab di tangan merekalah urusan dunia dan bagaimana cara mengelola serta menanganinya.

Orang yang meremehkan tetangga-tetangganya niscaya dia akan rugi tidak mendapatkan manfaat kebaikan-kabaikan sebab dengan mereka. yang termasuk kategori tetangga adalah mereka yang tinggal dekat dengan tempat tinggal kita dari sisi manapun.

Nabi saw bersabda: demi zat yang jiwaku berada di dalam kekuasaannya tidak lah sempurna iman seorang hamba, sehingga ia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Dalam hadist lain diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: sesungguhnnya Allah menyukai orang yang memiliki tetangga jahat yang menyakitinya lalu dia tetep bersabar menghadapi gangguan kejahatannya itu sehingga Allah mencukupinya dengan tetep hidup dan mematikannya.

Dan orang yang meremehkan hubungan kekerabatan maka dia mendapat kerugian dengan rusaknya keharmonisan dan kasih sayang di antara mereka, dan barang siapa yang meremehkan istrinya maka ia akan mendapatkan kerugian dengan tidak mendapatkan manisnya hubungan dan kelezatan dalam pengidupannya.
Aku melihat semua teman tapi aku tidak melihat seorang teman karib pun yang lebih utama dari pada memelihara ucapan aku melihat semua pakaian namun aku tidak melihat pakaian yang utama dari pada wirai aku melihat semua harta benda tapi aku tidak melihat harta benda yang lebih utama dari pada qonaah aku melihat semua kebaikan tapi aku tidak melihat satu kebaikan yang lebih utama dari pada nasehat dan aku melihat semua makananan namun aku tidak melihat suatu makanan yang lebih lezat dari pada sabar.

Itulah maqolah dari umar ra dalam kitap Nashoihul ibad, maksud dari maqolah tersebut adalah:

- temen karib yang lebih utama adalah memelihara lisan, banyak perbedaan antara orang yang diam karna menjaga perkataan dusta dan ghibah dengan orang yang diam agar diberi kehormatan oleh raja.

- pakaian yang lebih utama adalah takwa yang menurut Ibrahim bin Adham, wara adalah meninggalkan yang subhat adapun meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat bagi Anda adalah dengan jalan meninggalkan hal-hal yang berlebih-lebihan, Rasulullah bersabda kepada Abi Hurairoh: "jadilah anda sebagai orang yang wirai maka Anda menjadi orang yang paling tinggi ibadahnya."

- kekayaan yang paling utama adalah qonaah, qonaah adalah tidak melihat suatu yang tidak ada dan merasa cukup puas degan sesuatu yang ada:

كن ورعاتكن اعدالناس وكن قنعا تكن اشكرالناس وأحب للناس ماتحب لنفسك تكن مؤمنا واحسن مجاورةمن جاورك تكن مسلما وأقل الضحك فإن كثرة الضحك تميت القلب

Jadilah anda sebagai orang yang wara niscaya Anda menjadi orang yang paling beribadah, jadilah anda orang qonaah niscaya Anda menjadi orang yang bersyukur, cintailah untuk manusia apa-apa yang anda cintai untuk diri sendiri niscaya Anda menjadi orang mukmin yang sempurna, berbuat baiklah dalam kehidupan bertetangga dengan orang yang dekat dengan Anda niscaya Anda menjadi seorang muslim sebenarnya, dan sedikitlah dalam tertawa karna banyak tertawa itu akan mematikan hati

-Kebaikan yang utama adalah nasehat yakni benar dalam perbuatan kebaikan ada dua macam yaitu shilah dan maruf pemberian dan kebaikan, shilah itu sikap suka berderma dengan mengorbankan harta di jalan yang terpuji tanpa ada maksud supaya mendapatkan diganti imbalannya.

-Makanan yang paling lezat adalah sabar, sabar terdiri atas tiga sendi utama yaitu, yaitu menahan napsu dari sikap membenci pada qodho / ketentuan, menahan lisan dr ucapan yg jelek, dan menahan anggota badan dr semacam memukul, merobek-robek saku, menjerit-jerit, mencoreng-coreng muka dan menaburkan debu di atas kepala.

Barang siapa yang menegakkan sendi-sendi utama itu maka ia memperoleh keutamaan sabar, sedangkan sabar merupakan setengah dari iman. Sehingga musibah dalam skeptisnya adalah pemberian kebaikan semata, sabar ada dua macam yaitu sabar terhadap hal-hal yang bersifat ikhtiar/usaha dan sabar menjalankan perintah Allah swt, dan sabar menjauhi laranganNYA, sedangkan yang kedua adalah sabar menerima ketetapan Allah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai apa yang yang diinginkan karna memang demikian itu adalah ketetapan dari Allah swt.

Rasulullah saw bersabda:

جبلت القلوب على حب من احسن اليها وبغضى من اساء اليها

Hati menjadi tertarik karna cinta kepada orang yang telah berbuat baik kepadanya dan membenci kepada orang yang telah berbuat jahat kepadanya.
Iblis celaka karena lima hal yaitu tidak mau mengakui dosa, tidak menyesal atas dosa yang dilakukan, tidak mencela dirinya sendiri, tidak ada kemauan niat untuk bertobat, dan putus asa dari rahmat Allah, sementara Adam as mendapatkan rahmat Allah dan bahagia juga karena lima hal yaitu mengakui dosa, menyesali atas dosanya, menyalahkan diri sendirinya sendiri, segera bertobat dan tidak putus asa dari rahmat Allah swt.

Nabi Adam as bahagia karna mengakui dosanya sebagaimana dalam pengakuan beliau yang diungkapkan dalam sebuah ayat alquran:

Wahai Tuhan kami kami telah dholim terhadap diri kami sendiri jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak memberi rahmat kepada kami niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.

diriwayatkan dari Aisyah ra:

ان العبد اذا اعترف بذنبه ثم تاب تاب الله عليه

Sesungguhnya seorang hamba jika mau mengakui dosanya kemudian bertobat maka Allah berkenan menerima tobatnya.

HR Bukhori dan Muslim

Dalam kaitannya dengan penyesalan Nabi Adam atas dosa yang dilakukannya ada riwayat dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Nabi saw bersabda: barang siapa yang melakukan kesalahan atau berbuat dosa kemudian menyesali perbuatan itu maka penyesalan itulah tebusanya. HR BAIHAQI .

Wednesday 12 June 2013

Kondisi orang yang tidak dapat melepaskan dirinya dari syirik penyekutuan terhadap Allah adalah umpama seekor keledai yang terikat dan memutar memindahkan batu penggiling. Meskipun jauh jarak yang dijalaninya namun, dia selalu kembali ke tempat yang sama. Jika ia ingin bebas perlulah ia melepaskan ikatannya dan keluar dari lingkaran yang sempit. Orang yang ingin membebaskan dirinya dari syirik secara keseluruhan harus membebaskan perhatian hatinya dari semua hal kecuali Allah. Keluar dari lingkaran alam dan masuk ke Wujud Mutlak.

Ada beberapa tahap yang harus dilalui sebelum mencapai Wujud Mutlak. Tingkat pertama adalah membebaskan diri dari kungkungan penjara alam jasad. Penjara alam jasad adalah hawa nafsu. Di dalam penjara hawa nafsu ini tersedia berbagai hidangan yang lezat-lezat seperti kekuasaan, kemegahan, kemuliaan, kasihkan puji-pujian, ujub, riya, tamak, dengki dan lain-lain. Jika ingin melepaskan diri dari penjara ini harus berpuasa dari semua makanan yang disajikan. Jangan diajak berbicara tentang makanan tersebut karena jika dibawa ke diskusi akan mendatangkan selera. Sembunyikan selera dan lapar meskipun perut bergelora. Sambutlah setiap hidangannya dengan menggelengkan kepala dan palingkan muka ke arah lain. Apabila makanannya tidak dijamah, hawa nafsu tidak ada kekuatan lagi memenjarakan seseorang itu. Bebaslah dia keluar dari penjara tersebut.

Setelah keluar dari penjara nafsu seseorang berhadapan pula dengan penjara dunia. Penjara dunia memamerkan berbagai jenis keindahan dan kesenangan dan menjanjikan keabadian. Dunia menyajikan apa saja yang menyenangkan dan memecahkan liur. Di dalam penjaranya seseorang diperbolehkan melakukan apa saja, menikmati apa jua hidangannya tanpa pantang dan larang. Di dalam penjara dunia ini seseorang dikurung di dalam kamar yang bernama syahwat. Kaki dan tangannya dirantai dengan rantai yang bernama kelalaian. Matanya ditutup dengan penutup yang bernama panjang angan-angan. Di dalam penjara ini makanan hawa nafsu masih dilayani karena dunia dan hawa nafsu selalu bekerjasama. Jadi setelah berpuasa dari makanan hawa nafsu seseorang itu harus pula mendapatkan alat memutuskan rantai yang mengikatnya dan merobohkan dinding penjara tersebut. Alatnya adalah ingat kepada mati dan huru hara setelah kematian. Inilah alat yang dapat membebaskan seseorang dari penjara dunia.

Setelah keluar dari penjara dunia seseorang itu akan masuk ke dalam penjara akhirat. Hidangan di dalam penjara ini adalah pahala, surga dan bidadari. Rantai yang mengikat seseorang di dalam penjara ini adalah kehendak atau keinginan atau lebih tepat jika disebut kesadaran terhadap diri sendiri. Memperhatikan diri sendiri yang melakukan amal kebaikan membuat seseorang lebih terkungkung di dalam penjara akhirat. Kendaraan yang dapat membawanya keluar adalah ilmu, yaitu ilmu yang dapat melepaskan seseorang dari bersandar kepada amalnya dan melihat bahwa amal kebaikan yang keluar dari dirinya adalah karunia Allah SWT semata-mata. Tanpa karunia rahmat dan petunjuk dari Allah niscaya tidak akan ada kebaikan pada dirinya. Ketika seseorang telah kuat berpegang kepada karunia Allah dia akan bebas dari penjara akhirat.

Setelah selamat dari penjara akhirat seseorang itu akan masuk pula ke dalam penjara alam malaikat, yaitu penjara alam maujud yang terakhir. Hidangan di dalam penjara ini adalah jarak dan kemuliaan di sisi Allah swt. Rantai pengikat adalah sisa-sisa kehendak diri sendiri dan kesadaran terhadap diri sendiri yang menerima karunia Allah swt Pada tahap ini perlu dihapus semua sekali keinginan, cita-cita, angan-angan, harapan , hajat, pikiran dan segala yang maujud. Ketika kefanaan dari semua yang maujud dicapai, dapatlah dia keluar dari penjara malaikat.

Setelah berhasil keluar dari semua jenis penjara alam, seseorang itu masuk ke dalam penjara Ilmu Allah. Ilmu Allah bukanlah alam, tetapi adalah hal ketuhanan sendiri. Hidangan di dalam penjara ini adalah rahasia yang gaib-gaib tentang hukum Allah di dalam alam. Dalam suasana Ilmu Allah swt inilah dapat dilihat administrasi Ilahi yang menggerakkan alam maya dan semua kejadian yang terjadi di dalamnya. Karena Ilmu Allah sangat luas dan tidak ada batas perbatasan maka penjaranya juga tidak ada batas. Siapa yang asyik dengan berbagai ilmu yang ada di dalamnya akan terpenjara selamanya di sini, karena jika mau dikaji Ilmu Allah niscaya seseorang akan mati sebelum sempat mengkaji sebesar partikel dari Ilmu-Nya. Seseorang yang ingin lepas dari penjara ini harus menjadikan ilmu sebagai kendaraan bukan tujuan. Ilmu bukanlah mahkota untuk dijunjung tetapi ia adalah alat untuk berjalan. Ketika ilmu diperlakukan dengan adil yaitu meletakkannya pada tempat yang patut baginya, dapatlah seseorang itu bebas dari tawanannya.

Bila keluar dari penjara ilmu, diri akan masuk ke dalam penjara makrifat. Ini adalah penjara yang paling kokoh. Ilmu Allah dan makrifatullah bukan lagi alam maujud. Apa yang tersedia pada keduanya adalah fakta-fakta atau hal-hal ketuhanan. Paling tinggi pencapaian ilmu tentang Allah ialah: Tidak tahu dan tidak bisa dikatakan apa-apa, karena tidak ada sesuatu menyamai-Nya, menyerupai-Nya atau bisa diibaratkan bagi-Nya. Pada martabat makrifat pula setinggi-tinggi prestasi adalah: Zat diri-Nya tidak dapat dikenal oleh siapa pun. Dia kini adalah sebagaimana Dia dahulu, bahkan tidak ada sekarang dan sebelumnya pada-Nya.

Upaya untuk mengenal diri Allah lebih dari itu adalah sia-sia. Jika dicoba juga maka hasilnya adalah tidak ada apa yang tersedia. Siapa yang sampai ke makam makrifat janganlah tinggal terpenjara di dalamnya. Keluarlah dari makrifat barulah bisa sampai ke Hadrat Allah swt

Tajrid atau penanggalan secara keseluruhan dari semuanya adalah syarat untuk bertemu dengan Allah swt Seseorang harus melepaskan ilmu pengetahuannya, amal perbuatannya, makrifatnya, sifatnya, namanya dan semua informasi, dengan demikian dia bertemu dengan Allah swt seorang diri tanpa bekal. Dia harus melihat tibanya hidayat dan kemurahan Allah, bukan hasil dari amal dan ilmunya. Tinggalkan segalanya dan masuklah ke Hadrat Allah swt. Bagaimana mungkin melakukannya?

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakan: "Roh itu termasuk urusan Tuhanku dan kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Ayat 85: Surah al-Israa ')
Apa yang kita tidak mengerti dan tidak memiliki ilmu tentangnya kecuali terlalu sedikit adalah roh.

Dan Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku. (Ayat 72: Surah Saad)
Roh yang terkait atau dinisbahkan kepada Allah itulah yang menghadap kepada Allah dan yang dapat masuk ke Hadrat Allah. Roh adalah urusan Allah swt. Bagaimana roh masuk ke Hadrat Allah swt itu juga urusan Allah, kamu tidak diberi ilmu tentangnya kecuali teramat sedikit. Pengetahuan yang sedikit itu adalah: "URUSAN ALLAH SWT!" Jangan disoal dan diusul lagi. Allah adalah puncak segala tujuan, penghabisan segala perjalanan dan tumpuan semua permintaan.
Kesadaran dan pengetahuan terhadap kebaikan yang Allah lakukan membuat seseorang hamba mengerti bahwa Allah berbuat baik karena Dia bersifat dengan sifat yang baik-baik. Efek dari sifat yang baik muncullah perbuatan yang baik. Bila kebaikan Allah dilihat pada sifat-Nya, aneka ragam perbuatan Allah yang sebagian menyesatkan pandangan, tidak lagi memudarkan sangkaan baik seseorang hamba terhadap Allah swt, Meskipun ada perbuatan Allah yang terlihat menekan hamba-Nya, berupa aneka cobaan yang sangat berat, bencana, kematian, tercerai berainya badan, kematian banyak orang yang diambil seketika, atau aneka penyakit yang seakan mengenai bayi yang tak berdosa, kejadian yang terlihat oleh mata seakan mengaburkan akan keadilan dan kemaha welas asihannya Allah, tetapi Allah yang sempurna sifat-sifat-Nya , dan semua sifat-Nya adalah baik belaka, tidak sebesar zarah pun yang tidak baik, mana mungkin bisa lahir perbuatan yang tidak baik dari-Nya. Jadi, baik sangka yang bersandar pada sifat adalah lebih kuat dari baik sangka yang terhenti pada perbuatan. Baik sangka yang bersandar pada perbuatan masih menyembunyikan keraguan yang samar-samar yaitu rasa kurang senang dengan apa yang terjadi, seperti firman-Nya:

Dan bisa jadi kamu benci pada sesuatu padahal itu baik bagi kamu. (Ayat 216: Surah al-Baqarah)
Baik sangka yang bersandarkan kepada sifat akan melahirkan tawakal dan rela yang sebenarnya, sesuai dengan maksud:

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan Pemelihara sekalian alam. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang Menguasai pemerintahan hari Pembalasan (hari Akhirat). Engkaulah saja (Ya Allah) yang kami sembah, dan kepada Engkaulah saja kami memohon pertolongan . (Ayat 1 - 4: Surah al-Faatihah)

Allah swt saja memiliki sifat ketuhanan yang menguasai dan mengatur seluruh alam. Sifat ketuhanan-Nya tidak berpisah dari sifat Pemurah dan Penyayang. Apa juga yang Dia lakukan kepada alam dan isi alam adalah dengan kasih sayang dan belas kasihnya. Tidak ada kezaliman dan kejahatan pada perbuatan-Nya. Dia mampu menaburkan ke seluruh alam akan kasih sayang dan kasih-Nya karena Dia memiliki hari Agama, yaitu semua kehidupan, dunia, Alam Barzakh, akhirat, yang diketahui oleh makhluk, yang tidak diketahui oleh makhluk, semua harta dan semuanya adalah milik-Nya yang mutlak, tidak berbagi dengan siapa pun. Lantaran itu hanya Dia yang disembah dan hanya kepada-Nya diajukan permintaan dan harapan.
Tanda seseorang itu akan diberi dan bisa merasakan fadhoilul amal, adalah dikuatkannya orang itu oleh Allah menjalankan istiqomah, teguh dalam ijtihad dan tekun dalam amaliyahnya, tak berubah di dalam perubahan waktu dan keadaan, sebab Allah akan menganugerahkan fadhilah, maka Allah pun mempersiapkan orang itu untuk kuat menerima fadhilah itu, dan sebaliknya jika seseorang itu tidak dikehendaki oleh Allah untuk memperoleh fadhoilul amal, maka Allah juga tidak memberi kekuatan orang itu untuk istiqomah, bahkan hal sepele akan dijadikan alasan untuk tidak menjalankan amaliyah dengan istiqomah, kadang cuma semuten, atau badan lemes, keju, lelah, penat, digigit nyamuk... dan berbagai alasan akan diajukan untuk menopang ketidak mampuan diri, syaitan ngitik itik, nyebuli, niup niup dan membisik bisikkan rasa malas.....
Seperti orang yang kerja di perusahaan, sudah malas berangkat kerja, dan akhirnya tak pernah berangkat, lalu dipecat dari pekerjaan, kemudian unjuk rasa, membakar pabrik, dan masuk penjara, kesalahan itu berantai rantai, sambung menyambung seperti bola salju.....asalnya kecil lalu membesar dan menerjang apa saja.....
Pandangan tauhid memperlihatkan kepada kita bahwa pada situasi Iradat dan Kudrat Allah swt tidak luput dari kita bahkan dalam niat, harapan atau keinginan. Ketika mata hati memandang dari asal mula sampai ke akhir tujuan tetap pada Allah maka hati pun akan bersandar kepada Allah SWT saja, tidak lagi bergantung kepada sesama makhluk dan tidak juga kepada dirinya sendiri. Dirinya dan orang lain sama-sama dipikulkan beban. Orang yang memikul beban tidak mampu mengangkat bebannya sendiri, jauh sekali untuk mengangkat beban orang lain. Siapakah dari antara makhluk Allah swt yang dapat mengubah apa yang Allah telah tetapkan dengan Iradat-Nya dan laksanakan dengan Kudrat-Nya? Tidak ada yang bisa melakukannya kecuali Allah swt

Perintah berbentuk kebaikan yang dibawa oleh malaikat mudah kita mengerti dan terima sebagai Iradat dan Kudrat Allah swt Bagaimana 'perintah' keburukan yang dibawa oleh setan? Apakah kita perlu melakukan keburukan tersebut? Apakah Allah memerintahkan kita berbuat jahat? Persoalan ini membuat kita bingung. Kita harus meneliti hal ini dengan mendalam supaya tidak terjadi salah iktikad. Ibaratkan setan sebagai anjing dan Tuhan adalah Tuan yang memerintahnya. Anjing tidak akan menyalak dan menggigit jika tidak diizinkan atau diperintah oleh Tuannya. Andainya Tuan mengizinkan anjing menyalak dan menggigit kita kemungkinannya adalah karena:
1: Tuan murka kepada kita.
2: Kita menantang hak Tuan.
3: Pada diri kita ada sesuatu yang disukai oleh anjing.

Ketika kita berhadapan dengan situasi seperti di atas kita memiliki dua pilihan yaitu:
1: Kita membiarkan diri kita digigit oleh anjing. Jika yang menggigit itu adalah anjing gila maka kita juga akan terkena rabies.
2: Kita lari ke Tuannya dan merayu agar mengusir anjing itu dari kita.

Ketika menerima kedatangan 'perintah' supaya berbuat jahat kita harus menerimanya dengan bijaksana agar kita tidak salah menafsirkannya. Allah selalu mengingatkan kita bahwa setan adalah musuh bagi manusia, dan layanlah setan itu sebagai musuh. Kita diajarkan untuk berlindung kepada Allah dari setan yang kena rajam. Jika Allah Yang Maha Mulia menyuruh utusan yang sangat keji yang menjadi musuh kita, membawa benda busuk kepada kita apakah yang dapat kita katakan tentang nilai diri kita pada pandangan Allah? Nilai diri kita adalah sama dengan benda busuk yang dibawa oleh musuh kita itu, yaitu kita ini adalah umpama tong sampah yang layak untuk diisikan dengan sampah. Jika kita menginsafi hal tersebut, setelah utusan yang keji itu dan benda yang busuk itu sampai kepada kita, tentunya kita akan jatuh pingsan karena takut dan khawatir terhadap kehinaan diri kita dan kemurkaan Allah swt kepada kita. Ketika sadar kita seharusnya menginsafi akan kejahatan dan kehinaan diri kita yang menyebabkan utusan yang jahat dan dilaknat membawa benda kotor dan busuk bagi kita. Kita harus menyucikan diri kita agar kotoran hilang. Kita harus memperbanyak taubat, memohon ampunan dan rahmat dari Allah swt Kita harus memperbaiki diri kita, bukan melahap benda busuk yang dibawa oleh utusan yang keji itu. Karena yang datang itu dengan izin Allah ia membawa kekuatan yang tidak sanggup kita melawannya dengan kekuatan diri kita sendiri. Sebab itulah kita diajarkan untuk mengadu kepada Allah dan meminta perlindungan-Nya. Jika kita melawannya dengan kekuatan diri kita sendiri, kita akan kalah, tetapi jika kita berlindung di bawah payung kekuatan Allah kita akan menang. Jadi, dalam menghadapi perintah baik dan 'perintah' jahat kita harus lari kepada Allah karena segala sesuatu datangnya dari Allah dan hanya Dia yang mampu menangani segala sesuatu itu.
Tidak ada satu pun makhluk yang memperoleh atau melakukan kebaikan melainkan ia bernaung di bawah rahmat yang Allah telah tentukan kepada Nabi Muhammad saw, meskipun kebaikan itu terjadi sebelum beliau lahir ataupun sesudah beliau wafat. Begitulah pandangan kita jika memandang ke perbatasan alam. Jika pandangan kita tidak berubah dari asal mula sesuatu tentu Iradat dan Kudrat Allah swt tidak terlindung dari kita. Kita akan melihat bahwa Iradat dan Kudrat Allah swt saja yang menimbulkan kemampuan dan kekuatan yang singgah ke hati lalu dinamakan niat, kemauan atau keinginan. Iradat dan Kudrat Allah swt yang sama juga memperjalankan niat, kemauan dan hajat melalui ruang dan waktu. Semuanya adalah Iradat dan Kudrat Allah swt

Dan kamu tidak dapat menentukan kemauan kamu (tentang sesuatu), kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah. (Ayat 29: Surah at Takwiir)

"Padahal Allah yang menciptakan kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu!" (Ayat 96: Surah as-Saaffaat)
Rasulullah saw bersabda:

Siapa dibimbing oleh Allah kepada jalan yang benar engkau tidak dapat menyesatkannya dan siapa yang dibimbing oleh Allah swt kepada kesesatan engkau tidak dapat meluruskannya.
Kita sering ucapkan:

Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Allah swt
Makhluk yang pertama menerima kemampuan dan kekuatan jahat adalah iblis laknatullah dan daripadanya kemampuan dan kekuatan jahat itu menyebar. Siapa yang melakukan kejahatan dia melakukannya dengan energi iblis laknatullah. Makhluk yang pertama menerima kemampuan dan kekuatan baik adalah Nabi Muhammad saw. Bahkan Nabi Adam as diciptakan terlebih dahulu dari Nabi Muhammad saw tetapi roh Nabi Muhammad saw diciptakan terlebih dahulu dan roh Nabi Muhammad saw itulah bekas yang pertama menerima energi baik. Siapapun yang melakukan kebaikan maka dia melakukannya dengan menggunakan energi yang diberikan oleh Roh Muhammad saw. Kejahatan tidak berpisah dengan iblis laknatullah. Kebaikan tidak berpisah dengan Muhammad saw.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (semua makhluk pada semua zaman) (Ayat 107: Surah al-Anbiyaa ')
Setiap hal yang diterima oleh hati, dibawa oleh malaikat dan setan, diberi berbagai nama menurut efeknya terhadap hati. Ada yang disebut niat, ada yang disebut keinginan dan ada yang disebut hajat serta banyak lagi nama yang digunakan untuk membedakan yang satu dengan yang lain. Setiap yang dibawa oleh malaikat adalah baik, maka lahirlah niat baik, kehendak yang baik dan hajat yang baik. Setiap yang dibawa oleh setan adalah buruk, maka lahirlah niat buruk, keinginan jahat dan hajat yang jahat. Biar apa pun istilah yang digunakan, yang pasti ia memiliki kemampuan untuk menarik hati agar cenderung ke arah atau ke sesuatu dan ada kekuatan yang memaksa hati untuk mengadakan tindakan mengarah kepada yang dicenderungi itu. Kemampuan dan kekuatannya tidak hanya terhenti sejauh hati dan anggota-anggota di bawah kendalinya saja, bahkan ia mampu bergerak melalui ruang dan zaman.

Kemampuan dan kekuatannya mampu mempengaruhi orang lain agar bergerak ke arah yang sama. Misalnya, seorang pemimpin yang visioner mampu mempengaruhi orang banyak supaya bergerak ke arah wawasannya. Kepala penjahat juga mampu menekankan rencana jahatnya kepada anak buahnya. Visi dan rencana itu bisa diteruskan oleh orang lain dan dapat juga melintasi zaman lain meskipun orang yang memulainya sudah meninggal dunia. Sebab itulah sesuatu amal yang dipelopori oleh seseorang kemudian menjadi ikutan orang lain maka si pelopor itu tetap bertanggung jawab atas perbuatan orang yang mengikutinya, karena pada hakikatnya kemampuan dan kekuatan yang diterimanya itulah yang disebarkannya kepada orang lain.
Dalam membentuk kepribadian tauhid, kita harus melihat sesuatu dari asal mulanya hingga penghabisan sampainya. Orang yang masih dalam proses membentuk kepribadian tauhid, diibaratkan jembatan tempat lalu-lintas yang datang dan yang pergi. Apa yang datang menceritakan asalnya dan yang pergi menceritakan tujuannya. Jembatan itu adalah hati dan yang datang itu bermacam-macam, diantaranya adalah niat, harapan, angan-angan, cita-cita, hajat dan keinginan. Semuanya datang dari arah yang sama, semuanya bukan jenis benda yang berupa, tetapi adalah jenis energi atau kekuatan gaib. Meskipun ghaib, masing-masing itu memiliki kemampuan dan kekuatan untuk mempengaruhi hati. Efek yang berbeda-beda menyebabkan satu kemampuan dan kekuatan dapat dibedakan dengan kemampuan dan kekuatan yang lain. Dapat dikenal kemampuan dan kekuatan marah, benci, suka, niat, harapan, keinginan dan lain-lain. Sumber datangnya semuanya adalah makam Lahut (zat Ilahiat), turun ke makam Jabarut (sifat). Pada makam Jabarut muncullah Iradat dan Kudrat. Iradat dan Kudrat Allah swt menjadi sumber kepada semua kemampuan dan kekuatan. Pancaran Iradat dan Kudrat diterima oleh Alam Malakut sebagai perintah Allah swt. Iradat dan Kudrat yang diterima oleh para malaikat bernama Haula dan Kuwwata Allah, lalu malaikat-malaikat yang menyambutnya mengucapkan:

Tidak ada kemampuan dan kekuatan melainkan (Iradat dan Kudrat) Allah swt.
Perintah-perintah yang berhubungan dengan manusia dibawa turun dari Lahut kepada Jabarut kepada malakut dan kemudian ke langit dunia atau langit pertama. Langit pertama adalah tempat pengasingan. Ketika Rasulullah saw Mikraj, beliau melihat dilangit pertama ada satu pintu ke surga dan satu pintu ke neraka. Apa yang naik ke atas diasingkan di langit pertama dan apa yang turun ke bawah diasingkan juga di langit yang pertama.

Perintah yang berupa kebaikan turun dari langit pertama dengan diiringi oleh malaikat hingga sampai kepada manusia. Perintah yang mengandung keburukan diiringi oleh setan hingga sampai kepada manusia juga. Baik dan jahat hanya diasingkan ketika memasuki dunia. Pada Alam Malakut tidak ada jahat dan tidak ada baik karena semuanya diterima oleh malaikat sebagai perintah Allah swt. Malaikat yang memukul ahli neraka tidak membuat kezaliman tetapi melaksanakan perintah Allah SWT, tetapi manusia yang memukul manusia lain di dunia adalah melakukan kezaliman. Manusia dan jin yang menghuni alam dunia inilah yang dihadapkan dengan kebaikan dan kejahatan. Makhluk lain di dunia tidak bertanggung kebaikan dan kejahatan. Harimau yang memakan rusa tidak dikira melakukan kejahatan. Angin yang menerbangkan rumah orang tidak dihitung sebagai melakukan kezaliman. Hanya manusia dan jin yang dipertanggungjawabkan memikul kebaikan dan kejahatan. Jin jenis jahat bernama setan. Setan sangat menyukai apa saja yang jahat. Setan menanti bawah atap langit dunia dan mengiringi keburukan yang turun dengan penuh sukaria hingga sampailah ke hati manusia. Hal yang baik diiringi oleh malaikat hingga selamat sampai ke hati manusia. Meskipun begitu setan masih juga mencoba mengganggu hal baik itu agar berubah menjadi buruk, tetapi dicegah oleh malaikat.
Orang yang menempuh perjalanan naik bus tentu ingin segera sampai, apalagi kalau yang dinaiki sangat tidak nyaman dan melelahkan, juga orang yang berjalan menempuh suatu jenjang cita-cita selalu ingin cepat sampai, yang ingin jadi tentara, ingin lekas jadi tentara, yang ingin jadi polisi, ingin lekas jadi polisi, yang ingin jadi pejabat juga ingin cepat jadi pejabat, sebab keinginan cepat sampai itu karena timbulnya bayangan bayangan keindahan orang-orang yang sudah jadi polisi, jadi tentara, jadi pejabat, apa apa serba enak di bayangan, kadang segala cara ditempuh, berusaha orang lain membantu agar dirinya cepat meraih apa yang dicapai, bisa dengan menyogok orang dalam, atau dengan lewat dukun atau cara cara yang di luar nalar sampai cara yang tidak dibenarkan, sehingga ketika mendapat kedudukan akan cacat secara kejiwaan, timbul jadi pejabat yang korup, sombong, suka menyalahgunakan jabatan.

Sama, Orang yang masih dalam perjalanan yang menempuh jalan menuju Allah, juga sangat ingin untuk cepat sampai kepada Allah swt. Dia terpesona melihat kondisi orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang timbul rasa tidak sabar untuk ikut sama sampai ke tujuannya. Perasaan tidak sabar akan menimbulkan harapan atau cita-cita agar ada seseorang yang dapat membantu mengangkatnya. Orang yang diharapkan itu mungkin terdiri dari mereka yang telah sampai atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada wali-wali ghaib dan malaikat-malaikat. Maksud dan tujuannya tidak berubah, yaitu sampai kepada Allah tetapi dalam mencapai maksud itu sudah diselingi dengan harapan kepada selain-Nya. Ini berarti sifat bertawakal dan berserah dirinya sudah bergoyang. Andai sampai, maka pencapaian sudah tidak murni lagi, kejiwaan akan terpengaruh, merasa ini , merasa itu, akan mempengaruhi segala kelebihan yang dimiliki, lalu akan berbekas ujub, riak, di setiap gerak dan laku.
Rasulullah saw bersabda:

Semua kamu (yang berpikir) tentang Zat Allah adalah orang dungu.
Upaya akal untuk menembus Hijab Keteguhan adalah sia-sia. Jika dipaksa juga tidak ada yang ditemukan melainkan kemungkinan menjadi gila.

Tuesday 11 June 2013

Pengetahuan lahir adalah umpama air hujan yang datang dan pergi sementara pengetahuan batin umpama mata air yang tidak pernah kering. "Dan satu tanda untuk mereka, adalah bumi yang mati (lalu) Kami hidupkan dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, lalu mereka memakannya." (Surah Yaa Sin, ayat 33).

===================================================================
Pengetahuan lahir itu umpama air hujan, memberi kesejukan membasahi tanah dan daun, tapi tidak boleh berlebihan, bisa banjir, sifatnya sesaat, sehari hujan deras saja bisa banjir apalagi sebulan, ilmu lahir itu ku umpamakan kita ngikuti pengajian, diberi tausiah, diberi pidato, ya pidatonya sebentar saja, dua jam pidato orang akan mulai jenuh, apalagi seharian pidato, bisa bisa milih pulang semua, dan setelah diberi snack, orang akan pulang, setelah bubaran tidak ada membekas di hati apa yang dibicarakan oleh dai nya,

Sedang ilmu bathin itu umpama sumur, sumur itu kalau pengen dapat sumber bagus harus menggali, kalau gak mau menggali ya tidak punya sumur, yang sudah jelas jelas menggali saja belum tentu dapat sumber yang bagus, kalau pas dapat sumber bagus diangsu banyak orang tetangga kanan kiri ikutan ngambil airnya, air sumur itu kemarau juga gak kering seperti zam zam walau seluruh orang dunia datang untuk mengambil airnya, airnya juga gak kering, sebab sumber di sumur itu adalah anugerah Allah seumpama biji bijian, ditanam, dipanen, dimakan sama orangnya, dan ditanam lagi akan menumbuhkan tumbuhan dan mengeluarkan biji bijian lagi, jika padi itu kok dimakan habis, tentu setelah panen pertama orang seluruh bumi akan kelaparan, nyatanya bumi makin banyak orangnya, tetap saja bumi mencukupi untuk diambil tumbuhannya, orang jaman nabi Adam dengan jaman sekarang tentu banyakan zaman sekarang, secara logikanya kalau bijian dimakan hanya cukup di jaman nabi Adam, seharusnya tidak cukup dimakan orang zaman sekarang, tapi nyatanya zaman sekarang semua orang kebagian makan, bahkan menyimpan logistik berapapun gudang akan tak kuat menyimpan, sebagaimana ilmu yang dari Allah, sekalipun semua hutan pohonnya diserut jadi pena, dan semua laut dibuat menjadi tintanya, tak akan cukup untuk menuliskan ilmu dari Allah, masih kurang juga menuliskannya, karena ilmu dari Allah itu maha luas tak terbatas, ilmu laduni, ilmu ilham, kepahaman akan hikmah penyelesaian masalah seluruh manusia dan semakin kedepan semakin beragam masalahnya, masalah sekarang tentu beda dengan masalah jaman nabi Adam, walau pokok masalahnya sama, tapi sarana masalahnya berbeda, jaman nabi Adam ndak ada facebook, jaman sekarang ada, jadi dulu tidak ada orang kena tipu lewat facebook dll....dan Allah juga memberi solusi lewat ilmu yang ditanamkan pada diri orang orang yang dikehendaki memperoleh augerah ilmu ilham dan kepahaman akan penyelesaian dari kemajmukan kejadian dalam masyarakat. makin macam macam masalah maka solusi juga telah disediakan oleh Allah...
Roh manusia adalah sesuatu yang dari Allah swt, tiupan Roh Allah, berkait dengan Zat Allah, tidak dapat dinisbahkan kepada apa saja melainkan kepada Allah, tetapi ia bukanlah Allah karena "Tidak sesuatu yang menyamai-Nya". Roh manusia yang dinisbahkan kepada Allah swt inilah yang paling mulia:

Kemudian ketika Aku sempurnakan kejadiannya (Adam), dan Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku maka hendaklah kamu sujud kepadanya. (Ayat 72: Surah Saad)
Kemuliaan roh manusia yang Allah tiupkan dari Roh-Nya menyebabkan malaikat-malaikat kena sujud kepada Adam. Roh pada martabat ini adalah urusan Allah swt:


Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhanku". (Ayat 85: al-Israa ')
Bagaimana atau apakah hubungan roh dengan Allah swt? Perkaitannya adalah Rahasia Allah SWT yang manusia tidak diberi pengetahuan tentang kecuali sedikit saja. Roh pada martabat Rahasia Allah swt inilah yang sudah mengenal Allah swt dan menyaksikan bahwa:
Sesungguhnya Allah Maha Esa. Tidak sesuatu beserta-Nya.

Roh yang terkait dengan Allah swt menghadap kepada Allah swt dan dikuasai oleh kesadaran yang hakiki atau penglihatan rohani yang hakiki atau kesadaran tauhid yang hakiki.

Roh urusan Allah swt itu kemudian terkait pula dengan perbuatan Allah swt yaitu alam. Unsur alam yang menerima hubungan dengan roh urusan Allah swt itu disebut roh juga. Roh jenis kedua ini menghuni alam seperti makhluk Tuhan yang lain juga. Tempat roh tersebut adalah Alam Arwah {alam roh}. Roh yang mendiami Alam Arwah ini kemudian terkait pula dengan jasad. Jasad yang berkait dengan roh menjadi hidup dan disebut manusia. Perjalanan dari atas ke bawah ini dinamakan:

Kami datang dari Allah swt.
Karena manusia datang dari Allah swt. mereka berkewajiban pula kembali kepada Allah swt.

Kepada Allah kami kembali.
Perjalanan kembali kepada Allah harus dilakukan ketika jasad masih diterangi oleh roh yaitu ketika kita masih hidup di dalam dunia. Bila roh sudah putus hubungannya dengan jasad, tidak ada lagi peluang untuk kembali kepada Allah swt. Siapapun yang buta (hati) di dunia akan buta juga di akhirat, bahkan lebih buruk lagi. Hamba Allah yang menyadari kewajibannya akan berusaha keras untuk kembali kepada Allah swt. ketika kesempatan masih ada. Syariat diturunkan supaya manusia tahu jalan kembalinya. Orang yang berjuang untuk kembali ke asalnya melepaskan kesadaran alam bawah yang menguasainya. Dia masuk ke kesadaran malaikat. Kemudian dia keluar dari kesadaran malaikat dan masuk ke kesadaran roh yang murni dan selanjutnya masuk ke kesadaran roh yang menjadi Rahasia Allah dan kembali menyaksikan Yang Hakiki sebagaimana telah disaksikannya sebelum berkait dengan jasad dahulu. Keluarlah ucapannya:

Sudah ada Allah swt (sebagaimana ia menyaksikan sebelum berkait dengan jasad) dan tiada sesuatu yang menyertai-Nya (sebagaimana disaksikannya dahulu). Dan Dia kini (sedang disaksikannya kembali) sama seperti ada-Nya (seperti yang disaksikannya dahulu).
Keadaannya adalah seperti orang yang melihat kepada sesuatu, kemudian dia memejamkan matanya seketika. Bila dia membuka matanya kembali ia melihat sesuatu yang sama berada dihadapannya. Tahulah dia bahwa pengalaman selama memejam mata itu sebenarnya gelap, majazi atau khayalan. Dia kembali melihat yang benar setelah matanya terbuka. Jadi, seseorang hanya dapat melihat Yang Hakiki setelah kembali ke aslinya yaitu dia kembali melihat dengan penyaksian hakiki mata hati.
Jika dilihat pada lapisan yang paling luar akan kelihatanlah gerakan benda-benda. Jika direnungkan ke lapisan yang lebih mendalam sedikit kelihatanlah pula gerakan benda-benda dihasilkan oleh energi malaikat. Jika dilihat ke lapisan yang lebih mendalam akan terlihat pula pergerakan benda-benda dan energi malaikat merupakan perbuatan Tuhan. Jika dilihat ke lapisan yang lebih dalam akan tampak pula sekalian perbuatan Tuhan itu adalah efek dari kemampuan sifat Allah swt. Jika dilihat pada lapisan yang paling dalam akan kelihatanlah bahwa sekalian alam yang muncul karena perbuatan Tuhan, perbuatan itu lahir dari kemampuan sifat Tuhan dan sifat pula bersumberkan zat Ilahiat. Jika dilihat semuanya tanpa terdinding antara satu dengan yang lain maka kelihatanlah bahwa zat Ilahiat menguasai segala sesuatu.
Pengalaman rohani adalah aneh menurut kacamata akal. Ini adalah satu kondisi terlepasnya ikatan kesadaran terhadap diri sendiri dan dikuasai oleh kesadaran yang lain. Jika ingin memahami akan kesadaran-kesadaran yang mempengaruhi kesadaran manusiawi itu terlebih dahulu perlu dipahami tentang kejadian manusia itu. Manusia yang bertubuh badan dapat diistilahkan sebagai alam jasad. Alam jasad mendiami alam dunia. Hubungan yang erat antara alam jasad dengan alam dunia menyebabkan pengaruh alam dunia ke alam jasad sangat kuat. Alam jasad menerima pengaruh alam dunia dan menganggapnya sebagai kesadaran dirinya sendiri. Ia tidak dapat lagi membedakan antara kesadaran jasad yang asli dengan kesadaran duniawi yang menguasainya.

Alam dunia itu berada di dalam Alam Malakut (alam malaikat). Alam Malakut menguasai alam dunia dan alam jasad. Energi malaikat-malaikat menjadi energi kepada dunia dan jasad yang menyebabkan dunia dan jasad bisa bergerak. Sistem yang berjalan rapi di dunia dan jasad adalah disebabkan oleh energi malaikat yang bekerja dengan tepat mengawalnya. Hisap udara, kerlipan mata, peredaran darah, pertumbuhan rambut dan kuku, gerakan otot dan semuanya adalah hasil dari tindakan malaikat meskipun manusia tidak menyadarinya. Perjalanan matahari, penurunan hujan, angin dan semua aktivitas benda-benda dunia dihasilkan dari tindakan malaikat-malaikat. Relevansi antara jasad, dunia dan malakut adalah umpama sebatang pohon kelapa di atas sebuah pulau di dalam laut. Pohon kelapa tidak terpisah dari pulau dan tidak terpisah dari laut. Air laut meresap ke dalam tanah pulau dan air yang sama juga meresap ke dalam akar, batang, daun dan seluruh pohon kelapa. Pohon kelapa memperoleh energi pertumbuhan dari air laut yang meresap ke dalamnya. Begitulah ibaratnya energi malaikat yang menjadi sistem aktivitas manusia.

Alam Malakut dengan segala isinya termasuk dunia dan jasad berada di dalam Alam Jabarut. Jabarut bukanlah alam seperti yang dipahami. Jabarut berarti sifat Allah swt. Ini berarti malakut, dunia dan jasad adalah efek dari kemampuan sifat atau dikatakan juga perbuatan yang dihasilkan oleh sifat. Jabarut pula dikuasai oleh Lahut yaitu Zat Ilahiat. Malakut, dunia dan jasad diistilahkan sebagai sekalian alam, merupakan perbuatan yang dikuasai oleh sifat dan sifat pula dikuasai oleh zat. Ini berarti tidak putus hubungan di antara Lahut kepada Jabarut kepada malakut kepada dunia dan kepada jasad.
Tingkat kesudahan pencapaian akal dan ilmu makhluk bernama Hijab al-'Izzati atau benteng keteguhan. Ilmu sekalian orang alim dan arif terhenti di sini. Zat Allah swt tidak diketahui oleh makhluk karena Dia tidak termasuk di dalam perbatasan informasi, pendapat dan pernyataan. Allah berfirman:

Dan Allah perintahkan supaya kamu beringat-ingat terhadap kekuasaan diri-Nya (menyiksa kamu). (Ayat 30: Surah a-li 'Imran)

Rasulullah saw bersabda:


Semua kamu (yang berpikir) tentang Zat Allah adalah orang dungu.
Upaya akal untuk menembus Hijab Keteguhan adalah sia-sia. Jika dipaksa juga tidak ada yang ditemukan melainkan kemungkinan menjadi gila.

Begitulah makrifat Allah melalui akal. Tercerahkan dengan akal menjadi dasar kepada makrifat melalui zauk atau pandangaan mata hati. Anggota Allah swt meningkatkan imannya dengan membenamkan dirinya ke dalam ibadah dengan sungguh-sungguh. Mereka berpuasa pada siang hari dan shalat di malam hari. Ada antara mereka yang bersembahyang lebih 500 rakaat sehari, khatam membaca Al-Quran setiap hari dan berpuasa sepanjang tahun. Jika Allah izinkan, mereka akan mengalami hakikat wujud Zat Allah swt. yang sulit untuk dijelaskan.

Pengalaman makrifat menurut akal berhenti pada pernyataan: "Semata-mata zat, yang maujud hanya Wajibul Wujud". Pengalaman tercerahkan secara zauk pula berakhir pada: "Zat yang kosong dari makhluk, yang maujud hanya Allah Telah ada Allah swt dan tiada sesuatu beserta-Nya. Dia sekarang adalah tetap sebagaimana sebelumnya ".

Monday 10 June 2013

Allah jadikan satu bijian, sebiji benih di langit. Benih itu menjadi kekuatan kepada kehewanan di dalam diri manusia. Dijadikan-Nya juga sebiji benih di dalam alam roh (alam al-anfus); menjadi sumber kekuatan, makanan roh. Bijian itu dijiruskan dengan air dari sumber hikmah. Nabi saw bersabda, "Jika seseorang menghabiskan empat puluh hari dalam keikhlasan dan kesucian sumber hikmah akan memancar dari hatinya ke lidahnya."
Tempat 'roh perpindahan atau roh transisi' adalah di dalam jiwa kepada hati. Alam malaikat berkelanjutan di dalam penyaksiannya. Ia bisa melihat surga alam tersebut, penghuninya, cahayanya dan semua malaikat di dalamnya. Kalam 'roh transisi' adalah bahasa alam batin, tanpa huruf tanpa suara. Perhatiannya terus menyentuh soal-soal rahasia-rahasia maksud yang tersembunyi. Tempatnya di akhirat ketika kembali adalah surga Na'im, taman kegembiraan karunia Allah.

Tempat 'roh sultan' di mana ia memerintah, adalah di tengah-tengah hati, jantung ke hati. Urusan roh ini adalah makrifat. Kerjanya adalah mengetahui semua pengetahuan ketuhanan yang menjadi perantara bagi semua ibadah yang sebenarnya diucapkan dalam bahasa hati. Nabi saw bersabda, "Ilmu ada dua bagian. Satu pada lidah, yang membuktikan keberadaan Allah. Satu lagi di dalam hati. Inilah yang perlu untuk menyadarkan tujuan seseorang." Ilmu yang sebenar-benarnya bermanfaat berada di dalam batas kegiatan hati. Nabi saw bersabda, "Quran yang mulia memiliki makna lahir dan makna batin." Allah Yang Maha Tinggi membukakan Quran kepada sepuluh lapis makna yang tersembunyi. Setiap makna yang berikutnya lebih bermanfaat dari yang sebelumnya karena ia semakin dekat dengan sumber yang sebenarnya. Dua belas nama kepunyaan Zat Allah adalah umpama dua belas mata air yang memancar dari batu ketika Nabi Musa as menghentamkan batu itu dengan tongkatnya. "Dan (ingatlah) tatkala Musa mintakan air bagi kaumnya, maka Kami berkata, 'Pukullah batu itu dengan tingkat kamu.' Lantas terpancar darinya dua belas mata air yang sesungguhnya setiap orang itu mengetahui tempat minumnya." (Surah Baqarah, ayat 60).
Dua belas nama-nama Ilahi berada di dalam lengkungan sumber pengakuan tauhid "La ilaha illa Llah" . Tiap satunya adalah satu dari dua belas huruf dalam kalimat tersebut. Allah Yang Maha Tinggi memberi nama masing-masing untuk setiap huruf di dalam perkembangan hati. Setiap satu dari empat alam yang dilalui oleh roh ada tiga nama yang berbeda. Allah Yang Maha Tinggi dengan cara ini memegang erat hati para pencinta-Nya, dalam kasih sayang-Nya. Firman-Nya: "Allah tetapkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang tetap di Penghidupan dunia dan akhirat". (Surah Ibrahim, ayat 27).

Kemudian diberikan kepada mereka jarak-Nya. Dia sediakan pokok keesaan di dalam hati mereka, pohon yang akarnya turun ke tujuh lapis bumi dan Dahannya meninggi ke tujuh lapis langit, bahkan meninggi lagi sampai ke arasy dan mungkin lebih tinggi lagi. Allah berfirman: "Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah adakan misal, satu kalimat yang baik seperti pohon yang baik, pangkalnya tetap dan cabangnya ke langit. (Surah Ibrahim, ayat 24).
Allah adalah esa dan Dia mencintai yang bersatu dan satu. Dia ingin semua penyembahan dan semua amal kebaikan, yang Dia anggap sebagai pengabdian kepada-Nya, menjadi milik-Nya semata-mata, tidak diasosiasikan dengan apa saja. Jadi, seseorang tidak memerlukan persetujuan atau hambatan dari siapa pun di dalam pengabdiannya kepada Tuhannya, juga amalannya bukan untuk kepentingan duniawi. Semuanya semata-mata karena Allah. Suasana yang dihasilkan oleh petunjuk Ilahi seperti menyaksikan bukit-bukti keberadaan Allah di dalam alam nyata ini; kenyataan sifat-sifat-Nya, kesatuan di dalam yang banyak, fakta di balik yang nyata, jarak dengan Pencipta, semuanya adalah ganjaran bagi praktik kebaikan yang benar dan ketaatan tanpa pamrih. Namun, semuanya itu di dalam taklukan alam benda, dari bumi yang di bawah kaki kita sampai ke langit-langit. Termasuk juga di dalam taklukan alam dunia ialah kekeramatan yang muncul melalui seseorang, misalnya berjalan di atas air, terbang di udara, berjalan dengan cepat, mendengar suara dan melihat gambaran dari tempat yang jauh atau bisa membaca pikiran yang tersembunyi. Sebagai imbalan terhadap praktek yang baik manusia juga diberikan nikmati di akhirat seperti surga, khadam-khadam, bidadari, susu, madu, anggur dan lain-lain. Semuanya itu merupakan nikmati surga tingkat pertama, surga dunia.

Sunday 9 June 2013

Shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Jika mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, mereka pasti mendatangi keduanya, meskipun dengan merangkak. (HR Bukhari dan Muslim)
Apa yang keluar dari penilaianmu pada sesuatu, apa yang keluar dari lisan dan tulisanmu, itu adalah kadar pribadi dan hatimu.... sebab hati itu rajanya seluruh anggota badan, yang menggerakkan pikiran dan menggerakkan seluruh uratmu, jika hatimu ada noktah dosa, dan bertitik titik dosa, berkerak kerak, berlapis lapis, dari makanan haram yang kau makan, dari dosa dosa yang menumpuk numpuk, maka akan menggelapkan cara pandangmu, pemikiranmu, penilaianmu, bicara dan tulisanmu, jadi manusia itu tidak bisa menipu dirinya sendiri, sebab anggota tubuhnya telah menjadi saksi.... seperti honda bodol yang diberi bensin air comberan, maka akan ngadat menyusahkan orang yang membawa, juga menyusahkan jalan, jika ngadat di tengah jalan, akan menimbulkan kemacetan..
kebersihan hati dan kejernihan ikhlas itu tidak bisa ditipu, bagaimanapun kau bersopan santun dan manis budi, orang yang jernih hatinya, dari lisannya akan keluar kata-kata yang menyejukkan, semangat membangun, jauh dari mencela, dan menghujad siapa saja, sebab manusia itu diciptakan sebagai khalifah, pembangun dan perawat dunia, jika gagal sebagai khalifah, hatinya akan kotor, di setiap tempat merusak, di setiap kesempatan menghancurkan, menunjukkan hati yang jauh dari kebersihan, bau sepiteng WC itu tidak bisa berbau minyak wangi, hati yang bersih akan wangi di setiap tempat, hidup membentuk sekitar menjadi berbudi terpuji tanpa menyentuh dan menggurui, dan meninggal pun akan dikenang sepanjang masa.

Saturday 8 June 2013

togho.... bahasa arab artinya lacut.... jelek lisannya, artinya keburukan seseorang itu bisa dikorek dari tetangganya, jadi untuk mengorek dan menilai seseorang itu baik atau buruk bisa diketahui dari lisan tetangga kanan kirinya depan belakang.... jika semua tetangganya mengatakan dia itu buruk, maka jelas orang itu buruk.
Sebaiknya seseorang itu melihat orang dan mendengar uraiannya, tidak langsung percaya, sebelum melihat dan mendengar dari tetangganya bagaimana orang itu, apa dia layak dipercaya lisannya, sebab tetangga itu bisa menjadi ukuran orang itu baik apa buruk, tetangga tau orang itu suka ngutang gak bayar, atau suka menjelek jelekkan tetangga, nggibah, dusta, suka makan hak tetangga... nah bisa ditanyakan pada tetangganya, orang ini baik atau buruk, pantas tidak lisannya didengar, jangan asal percaya dengan perkataan seseorang, tanpa tau keberadaannya, juga jangan percaya padaku, kalau perlu datanglah ke rumahku, tanyakan pada tetanggaku, diam diam selidiki lewat tetanggaku, apa aku ini bagaimana, bagaimana menjaga lisannya, bagaimana menjaga semuanya.... pernah tidak ngutang gak bayar.... nah baru nilai seseorang itu baik jika tetangganya mengatakan baik, jika tetangganya kok semua mencelanya maka jelas orang itu harus dijauhi.

Maqamat Ajaran Thoriqoh

Ini ku update, karena ada yang mempertanyakan kalau apa praktek tharekat itu sama dengan perdukunan dan menuduhku sebagaimana dukun yang mengamalkan ajaran sesat, mungkin ini bisa dibaca apa itu thoreqoh qodiriyah wa naqsyabandiyah, apa sama dengan perdukunan atau kemusrikan/menyukutukan Allah dengan yang lain,

Maqamat Ajaran Thoriqoh

Praktek ini didasari dengan jalan memelihara keluar masuknya nafas, sehingga hati tidak lupa kepada Allah Swt, agar senantiasa tetap akan hadirnya Allah Swt pada masuk dan keluarnya nafas, dalam menarik dan menghembuskan nafasnya, harus selalu ingat dan hadir bersama Allah Swt di dalam hati sanubari, ingat kepada Allah saat keluar masuknya nafas guna memudahkan jalan dekat kepada Allah Swt dan diridhaiNya.

Ulasan ini sangat berguna untuk jalan atau membuat seorang anak manusia (hamba) sehingga dapat mengontrol dirinya agar jangan sampai lupa kepada Allah Swt, disamping dengan ibadah fardhu (wajib) yang dilakukan sebagai sifat penghambaan dan pengabdian terhadap Allah Swt, praktek ini jika dilakukan dengan rutin (istiqamah) dapat menjaga seorang hamba dari sifat lalai atau lupa kepada Allah Swt yang disebabkan oleh bisikan syetan pada jalan-jalan atau pintu masuk yang halus dari manusia, jadi inilah upaya untuk jalan menuju kepada Allah Swt yang Maha Agung dan Maha suci.

Penerapan dalam kesehariannya salah satunya menjaga jika ia (salik) berjalan, harus selalu menundukkan kepalanya, kalau tidak dapat dikhawatirkan membuat hati bimbang dan ragu, maka dari itu kita harus memelihara hati.

Terjadinya perpindahan sifat-sifat kemanusiaan yang kotor dan rendah, kepada sifat-sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi penuh dengan ketaqwaan, karena itu wajiblah kita mengontrol hati, agar dalam hati kita tidak ada rasa cinta kepada makhluk selain dari Allah Swt, setiap salik harus selalu menghadirkan hati kepada Allah Swt dalam segala keadaan, baik di suasana sunyi maupun di tengah keramaian dunia.

Suluk dalam hal ini terbagi dari 2 (dua) bagian, yakni; Khalwat Lahir, yaitu orang yang sunyi di tengah keramaian, dan Khalwat Bathin, yaitu orang yang suluk senantiasa musyahadah kepada Allah Swt dan menyaksikan rahasia-rahasia Allah Swt, meskipun berada di tengah keramaian, dalam arti kata abadi dzikir (ingat) kepada Allah Swt, baik dzikir izmu zat dengan membaca Allah ... Allah ... Allah maupun dengan dzikir napi istbat menyebut La ilahaa illallah, sampai yang disebut itu terlihat di dalam dzikir yang hadir dan datang.

Di luar suluk yang resmi, seorang salik harus memelihara hatinya dari masuknya sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya sedapat mungkin di dalam kesadarannya yang jernih, jika terjadi yang demikian meskipun hanya sebentar dapat menjadi persoalan besar, hal ini tidak dapat terjadi dalam ajaran ibadah cara thariqat.

Tawajjuh atau pemusatan perhatian sepenuhnya pada musyahadah yang menyaksikan keindahan kebesaran dan kemuliaan Allah Swt terhadap Nur Zat Ahdiyah, cahaya yang maha esa dengan tidak seumpama dengan apapun juga dan tanpa disertai dengan kata-kata, hal ini dapat dicapai oleh seorang hamba dalam menjalani ibadah cara suluk setelah dia mengalami fana dan baqo yang sempurna.

Pelajaran dalam ajaran ini ada memiliki beberapa tingkatan yang disesuaikan dengan tingkat kebersihan jiwa dan hasil dari pengamalan dzikirnya terhadap Allah Swt, dengan dibimbing oleh seorang guru mursyid tentunya pada pembelajaran ini, semakin dekat seorang hamba dengan khalikNya, maka semakin naik pulalah tahapan tingkatan kajiannya dalam memperdalam ajaran dzikir ini, tingkatan dari ajaran dzikir ini terdiri sebagai berikut:

1. LATIFATUL QALBIY

Berhubungan dengan jantung jasmani, kira-kira dua jari di bawah susu kiri, dzikirnya sekurang-kurangnya 5000 dalam sehari semalam, ini wilayahnya Nabi Adam As, cahayanya kuning dan berasal dari tanah, angin dan api.

Wilayah ini tempatnya sifat buruk pada manusia, yakni; hawa nafsu, Syetan dan Dunia, jika seorang hamba lkhlas dzikirnya di wilayah ini, maka hilanglah itu darinya dan paling tidak berkurang, jadi sifat yang buruk pada wilayah ini jika di dzikirkan terus menerus, maka dapatlah menjelma atau masuklah sifat yang baik dan berakhlak, yaitu; Iman, Islam, Tauhid dan Ma'rifat.

Uraian latifah ini adalah merupakan sentral dari ruhaniah manusia, wilayah ini merupakan induk dari latifah-latifah lainnya, yaitu hati sanubari manusia itu sendiri. Madzmumahnya adalah hawa nafsu yang buruk itu menurut kehendak iblis dan syetan, cinta dunia, kafir dan syirik bertempatkan di wilayah ini.

Madzmudahnya adalah Iman, Islam, Tauhid dan Ma'rifat serta sifat-sifat malaikat, melalui dzikir pada latifatul qalbiy menjelmalah sifat madzmudah tadi kedalamnya, justru inilah di tuntut seorang hamba supaya rajin-rajin membersihkan wilayah ini dengan dzikrullah.

Jika seorang hamba benar-benar ikhlas dan rajin berdzikir pada wilayah ini dan beristiqamah, maka insya Allah Swt terbukalah rahasia gaib alam jabarud dan alam malakud dengan izin dan kehendakNya, dia mendapatkan ilham dan karunia dari-Nya, dan itu ini dikatakan sunah dan thariqat Nabi Adam As.

Puncaknya adalah fana pada Af'al Allah Swt, munculnya mati tabi'i, mati yang dimaksudkan di sini adalah matinya hawa nafsu dan hiduplah hati sanubari.

Mati Tabi'i artinya perasaan lahiriah orang yang berdzikir menjadi hilang, fana pendengaran dan penglihatan lahiriahnya, sehingga tidak berfungsi lagi, yang berfungsi adalah pendengaran dan penglihatan bathinnya yang memancar dari lubuk hatinya, sehingga terdengar dan terlihat adalah lapzul jalalah, dalam kondisi demikian akal dan pikiran tidak berjalan lagi, tetapi hanyalah ilham dari Allah Swt yang merupakan nur illahi itulah yang terbit dari orang yang berdzikir, sehingga hatinya muhadharoh hadir bersama Allah Swt.

Mati Tabi'i juga merupakan lompatan dari pintu fana yang pertama, oleh sebab diterimanya dzikir seorang hamba oleh Allah Swt, dan ini merupakan hasil dari mujahadahnya dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah Swt, juga merupakan fanafillah dimana gerak dan diam tidak ada kecuali dari Allah Swt.

2. LATIFATUL RUH

Berhubungan dengan rabu jasmani dua jari di bawah susu kanan, dzikirnya sekurang-kurangnya 1000 kali dalam sehari semalam, ini adalah kawasan Nabi Ibrahim As dan bercahaya merah, maqam ini berasal dari api.

Maqam ini adalah tempatnya sifat madzmumah yaitu tamak, rakus dan bakhil, jika ikhlas dzikirnya maka masuklah dan berganti dengan sifat madzmudah, yaitu Khana'ah dalam arti memadai itu akan apa ada adanya.

Sifat buruk ini seperti, loba, tamak, rakus dan bakhil adalah salah satu sifat yang tidak disukai oleh Allah Swt dan Rasul-Nya, sifat bathiniah yang buruk seperti ini tidak ubahnya seperti binatang yang suka menurut akan hawa nafsunya, jadi dengan rajinnya mengobati sifat ini dengan dzikir pada maqam tersebut di atas adalah dapat berganti sifas yang disukai Allah Swt dan RasulNya, seperti merasa selalu bersyukur dan menerima apa adanya yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, usaha untuk merubah sifat ini adalah dengan cara yang wajar melalui dzikir kepada Allah Swt dengan seperti cara yang diajarkan oleh Thariqat An-Naqsyabandi.

Puncaknya pada dzikir adalah maqam fanafil asma dan mati ma'nawi, artinya semua sifat keinsanan manusia telah mencair dan lenyap di liputi oleh sifat ketuhanan yang dinamakan dengan fanafisifattillah, sifat yang baru dan sifat yang kekurangan pada diri seseorang yang berdzikir jadi lenyap atau fana, yang tinggal hanyalah sifat tuhan yang maha sempurna dan azali.

Pendengaran dan penglihatan lahir menjadi hilang lenyap, yang tersisa hanyalah pendengaran bathin dan penglihatan bathin yang memancarkan nur illahi, yang terbit dari dalam hati yang dapat memancarkan ilham dari Allah Swt, mati ma'nawi ini merupakan pintu fana yang kedua dan diterima oleh seseorang berdzikir, ini merupakan hasil mujahadahnya dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah Swt jika ikhlas dzikirnya.

3. LATHIFATUL SIRRI

Berhubungan dengan hati jasmani kira-kira dua jari di atas susu kiri, dzikirnya dalam sehari semalam sekurang-kurangnya 1000 kali, ini wilayahnya Nabi Musa As dan bercahaya putih asalnya dari angin, maqam ini tempatnya sifat madzmumah pada manusia, yaitu pemarah, pembengis, emosi tinggi dan penaik darah dan pendendam, jadi kita harus berdzikir di tempat ini jika ingin menghilangkan sifat buruk tersebut dari bathin kita, jika ikhlas dzikirnya di tempat ini maka akan bergantilah sifat buruk tadi menjadi sifat yang terpuji, seperti pengasih, penyayang, baik budi bahasa dan pekertinya.

Sifat ini dikatakan seperti sifat binatang buas yang suka berbuat onar, kekejaman, penganiayaan, penindasan, permusuhan dan pendzaliman sesama, dan sebagai madzmudahnya adalah sementara lenyap sifat buruk di atas dan berganti dengan sifat kesempurnaan, terutama rahman dan rahim, ini dikatakan adalah sunah dan thariqatnya Nabi Musa As.

Puncaknya pada maqam ini adalah fanafisifattisubutiah dan mati sirri, mati sirri artinya segala sifat keinsanan menjadi lenyap dan berganti fana, demikian juga dengan alam yang ada ini menjadi lenyap dan ditelan oleh alam gaib, alam Malakul yang penuh dengan nur illahi, mendapat karunia mati sirri ini adalah bergelimang baqa finurillah, yaitu nur af'al Allah Swt, nur asma Allah Swt, nur zat Allah Swt dan nurron 'ala nurrin, cahaya di atas cahaya Allah Swt, dimana Allah Swt memberikan karunia itu kepada siapa saja yang dia kehendaki.

4. LATHIFATUL Khafi

Berhubungan dengan limpa jasmani kira-kira dua jari di atas susu kanan, berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam sekurang-kurangnya 1000 kali, ini adalah kawasan Nabi Isa As dengan bercahayakan hitam dan berasal dari air.

Ini adalah tempatnya sifat madzmumah pada manusia, seperti busuk hati, munafik, pendusta, janji, penghianat dan tidak dapat dipercaya, nah jika ikhlas dzikir pada tempat ini maka hilanglah sifat yang demikian dan berganti dengan sifat yang terpuji, seperti ridha dan syukur, madzmumahnya lathifatul khafi ini dikatakan dengan sifat syetaniah yang menimbulkan was-was, cemburu, dusta dan sebagainya yang sejenis, dan mahmudahnya adalah sifat syukur dan ridha serta sabar dan tawakkal, ini dikatakan dengan sunahnya Nabi Isa As.

Puncaknya adalah fana fissifatis Salbiyah dan mati hissi, mati hissi artinya segala sifat keinsanan yang baru menjadi lenyap atau fana dan yang tinggal hanyalah sifat tuhan yang qadim azali, ada tingkat ini tanjakan bathin seorang yang berdzikir telah mencapai tingkat tertinggi, yaitu tingkat ma'rifat, pada tingkat ini orang yang berdzikir telah mengalami keadaan yang tidak pernah dilihat oleh mata zahir, tidak pernah didengar telinga zahir dan tidak pernah terlintas dalam hati sanubari manusia dan tidak mungkin pula bisa disifati oleh sifat manusia kecuali yang telah dikaruniakan oleh Allah Swt dengan seperti pada jalan tersebut di atas.

5. LATHIFATUL AKHFA

Berhubungan dengan empedu jasmani kira-kira tempatnya di tengah dada, dzikirnya sekurang-kurangnya dalam sehari semalam adalah 1000 kali, ini merupakan kawasan Nabi Muhammad Saw dan bercahaya hijau serta berasal dari tanah, tempat sifat takabur, ria, ujub dan suma'ah, ini harus kita hilangkan dengan berdzikir pada maqam ini agar dapat berganti dengan sifat tawadduk, ikhlas, sabar dan tawakkal kepada Allah Swt.

Sifat segala keakuan seperti sombong, takabur, ria, loba, ujub dan serakah serta bersikap akulah yang terpandai, akulah yang terkaya, akulah yang tergagah, tercantik dan lain sebagainya, maqam ini juga dikatakan dengan sifat rububiyah atau rabbaniyah dan hanya pantas bagi Allah Swt, sebab dialah yang pada hakikatnya yang memiliki, mengatur alam semesta ini, sifat baik pada maqam didapatkan jika berdzikir dengan ikhlas adalah khusyu', tawadduk, tawakkal dan ikhlas sebenarnya ikhlas, selalu tafakkur akan keagungan Allah Swt dan ini dikatakan dengan sunahnya dan thariqatnya Nabi Muhammad Saw, puncaknya adalah fana fidzzat, almuhallakah.

6. LATHIFATUL NAFSUN NATIKAH

Berhubungan dengan otak jasmani terletak di tengah-tengah dahi, berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam adalah sebanyak 1000 kali sekurang-kurangnya, ini adalah kawasan Nuh As dan bercahaya biru serta tempat sifat buruk pada manusia yaitu khayal dan angan-angan, oleh karena itu kikislah sifat tersebut dengan berdzikir secara ikhlas pada tempat ini, agar berganti dengan sifat muthma'innah, yaitu sifat dan nafsu yang tenang.

Buruknya pada tempat ini adalah selalu panjang angan-angan, banyak khayal dan selalu merencanakan selalu yang jahat untuk memuaskan hawa nafsu, sifat baiknya adalah nafsu muthma'innah yaitu sifat yang sakinah, aman, tenteram serta berpikiran yang tenang, ini dikatakan dengan sunah thariqatnya Nuh As, puncaknya adalah mati hissi.

7. LATHIFATUL KULLU JASAD

Berhubungan dengan seluruh tubuh atau jasad lahir, berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam sekurang-kurangnya 11.000 kali, ini adalah tempatnya sifat buruk manusia, yaitu jahil dan lalai, seseorang yang dzikirnya ikhlas pada tempat ini dapat menimbulkan ilmu dan amal yang diridhai oleh Allah swt.

Dzikir ini disebut juga dengan dzikir sultan aulia Allah Swt, artinya raja sekalian dzikir dan dijalankan melalui seluruh tubuh, tulang belulang, kulit, urat dan daging di luar maupun di dalam, di tempat ini dzikir Allah ... Allah ... Allah pada sudut anggota tubuh beserta ruas dari ujung rambut sampai ujung kaki sampai tembus keluar yakni bulu roma pada sekujur tubuh atau badan, agar dapat menghilangkan sifat malas dan lalai beribadah kepada Allah Swt.

Untuk menghantam seluruh sifat malas dan lalai tersebut harus dilaksanakan dengan sepenuh hati yang ikhlas, menurut penelitian praktisi ajaran cara ibadah tasawwuf bahwa iblis dan syetan bisa masuk melalui dan menetap pada seluruh bagian tubuh, karena itu perlu digetar dengan dzikirullah sehingga dzikirullah menetap di tempat itu dengan sendirinya dan tentu saja tidak ada lagi jalan iblis atau syetan untuk dapat memasuki tubuh zahir dan merasuk ke dalam bathin manusia untuk membisikkan segala perbuatan jahat yang tercela di hadapan Allah Swt.

Sifat yang masuk pada maqam ini setelah dzikir tersebut adalah ilmu dan amal yang diridhai oleh Allah Swt, dia berilmu sesuai dengan qur'an dan syari'at serta sunnah Rasul Saw, hakikat cahaya pada maqam ini adalah nuurus samawi dan dikatakan dengan sunah dan thariqatnya orang alim dan ma'rifat kepada Allah Swt, puncak pada dzikir ini adalah mati hissi yang merupakan pokok dan mendasari dzikir-dzikir yang lain di atasnya, karena itu para praktisi ajaran ini harus mengkhatamkannya sekurang-kurangnya 11.000 sehari semalam.

Dzikir lathaif inilah merupakan senjata paling ampuh untuk mengusir dan membasmi sifat madzmumah yang ada pada 7 (tujuh) lathaif tadi, segala sifat madzmumah atau sifat buruk ini ditunggangi oleh iblis dan syetan.