Sunday 12 May 2013

Lintasan Malaki mengajak kepada berbuat taat kepada Allah dan meninggalkan cegahan-Nya. Lintasan Rahmani adalah atraksi langsung dari Tuhan. Dalam lintasan-lintasan duniawi, syaitani, nafsi dan Malaki, manusia memiliki pilihan untuk menerima atau menolak cetusan atau rangsangan yang diterimanya itu. Akal dan imannya dapat memikir dan menimbang akan sebab dan akibat jika dia mengikuti suatu rangsangan itu. Tetapi, dalam lintasan Rahmani hamba tidak ada pilihan, tidak ada hukum sebab musabab yang bisa mencegahnya dan tidak ada hukum logika yang bisa mengatakan hal.

Jika seseorang diseret oleh lintasan rohmani, seretan Allah bagai tali temali, kadang seseorang diluluh lantakkan dalam kehancuran hidup, diherat, dibanting banting dalam aneka ujian yang menjadikannya habis habisan, sama sekali seseorang tak bisa menghindar dan sembunyi dilubang semut sekalipun, bahkan seperti tak memiliki pijakan di bumi, setiap ruang adalah kesempitan, setiap sudut adalah derita, tapi saat seseorang telah mencapai puncak derita yang dirinya sudah tak mampu menahannya dan sudah di ujung ledakan akhir yang sudah di luar ukuran logikanya, lantas Allah begitu saja mendatangkan penolong dari sudut yang sama sekali tidak diperkirakan sebelumnya, dan dari seseorang yang sederhana, semua masalahnya teratasi, semua apa yang hilang begitu saja menjadi kembali... karena sebenarnya bagaimana bentuk suatu ujian dan kejadian yang menimpa adalah bagaimana seseorang itu bisa mengambil hikmahnya,

Atraksi yang dilakukan Allah dalam membentuk seseorang menjadi apa itu tak akan dapat siapapun menolaknya... sebenarnya Allah tak pernah menganiaya hamba, Allah hanya akan meletakkan hamba sesuai pada tempatnya.

Sekrup saja kalau mau ditempatkan pada baut, dia harus dipanaskan dan digerenda, juga kayu jika mau dijadikan papan itu harus digergaji diserut dan pukul memakai palu sehingga menjadi lemari yang bermanfaat.

Salah besar jika kamu mengatakan tukang kayu itu kamu anggap tak adil dan gila karena memukuli kayu, karena mau dibuat lemari.

No comments:

Post a Comment