Sunday 5 May 2013

Allah swt saja yang menciptakan, menempatkan hukum dan peraturan, membagi rezeki dan lain-lain. Dia menentukan urusan dengan bijaksana dan adil, termasuk urusan tentang diri kita dan apa yang terjadi pada kita itu disebut sunnatullah, kita makan memakai mulut, merasa makanan dengan lidah, mendengar dengan telinga, melihat dengan mata, semua diatur sedemikian detil dengan urat urat dan tulang yang tersusun rapi, andai saja kita coba menyalahi apa yang menjadi pengaturan Allah, sungguh kita akan sengsara, misal makan pakai telinga, melihat memakai hidup, buang air besar memakai mulut, itu dalam ruang lingkup indra, juga dalam ruang lingkup kejadian dan ubudiyah, jika kita tak mengikuti aturan Allah maka kita sebenarnya telah memerangkap diri dalam kesusahan. Kita memandang diri kita dan kejadian yang menimpa kita dalam sekop yang kecil. Allah melihat kepada seluruh alam dan semua kejadian, tanpa keliru pandangan-Nya kepada diri kita dan kejadian yang menimpa kita, juga tidak beralih pandangan-Nya dari makhluk-Nya yang lain.

Urusan pemerintahan-Nya adalah lengkap dan sempurna. Orang yang tidak berbekas pada hatinya akan kesempurnaan Allah swt itu adalah orang dungu. Dia masih juga merungut tentang perjalanan hukum takdir Ilahi, seolah-olah Tuhan harus tunduk kepada hukum makhluk-Nya. Bagi murid yang cenderung mengikuti latihan spiritual perlulah berusaha untuk melenyapkan keinginan diri sendiri dan hidup dalam perbuatan Allah swt. Jangan sekali-kali berselisih dengan takdir karena Penentu Takdir tidak pernah berbicara dengan siapa pun dalam menentukan arus ketentuan-Nya.

Jika kita ingin mengenal Allah kita tidak dapat melihat-Nya pada satu aspek saja. Jika kita melihat Allah al-Ghafur (Maha Pengampun), kita juga harus melihat Allah al-'Aziz (Maha Keras). Jika kita melihat Allah al-Hayyu (Yang Menghidupkan) kita juga harus melihat Allah al-Mumit (Yang mematikan). Jika kita dapat melihat semua sifat-sifat Allah swt dalam satu kesatuan barulah kita dapat mengenali-Nya dengan sebenar-benar kenal. Bila Allah dikenal dalam semua aspek, hikmat kebijaksanaan-Nya dalam menentukan sesuatu hal pada suatu waktu tidak terlindung lagi dari pandangan mata hati.

Hati yang tidak mau tunduk kepada Maha Pengatur tidak akan menemukan kedamaian. Waktu, ruang dan kejadian akan membuatnya gelisah karena nafsunya tidak dapat menguasai semua itu. Dia inginkan sesuatu hal pada satu waktu sedangkan Maha Agenda inginkan hal lain. Kehendak makhluk tidak dapat mengatasi kehendak Tuhan. Jika ingin hati menjadi tenteram usahakan agar hati selalu ingat kepada Allah swt, tunduk dan singkron atas kehendaknya, tak membantah dan tak menolak atas perintahnya tak merasa berat ketika menjalankan yang diperintahkan, dan senang hati meninggalkan yang dilarang.

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan zikrullah". Ketahuilah! Dengan "zikrullah" itu, hati menjadi tenteram. (Ayat 28: Surah ar-Ra'd )
Berimanlah kepada Allah dan beriman juga kepada takdir. Lepaskan ketergantungan pada sebab musabab yang menjadi pagar nafsu menutup hati.

Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan siapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah terjadi itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Ayat 11: Surah at-Taghaabun)

No comments:

Post a Comment